Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGUJIAN BAKTERI ENDOFIT TERHADAP EFISIENSI HARA PADA PERTUMBUHAN TANAMAN LADA DI LAMPUNG / The Evaluation of Endophytic Bacteria Application on Nutrient Efficiency of Black Pepper Growth in Lampung Gusmaini Gusmaini; Andriana Kartikawati; Hera Nurhayati
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v25n2.2019.100-107

Abstract

Black pepper (Piper nigrum L.) requires high nutrients to support its growth. The research was carried out to find an alternative way to reduce high nutrient requirements with the application of growth-promoting bacteria. The research was conducted at Natar Experimental Station, Lampung Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT), from January to December 2018. The study was undertaken in a randomized block design, arranged factorially, with 16 treatments and 3 replications. The first factor was endophytic bacteria application consisted of: without endophytic bacteria (B0), Ca2 endophytic bacterial isolates (B1), isolates combination A (Dj9 + Sa4 + Labt8 + Ldbp4) (B2), and isolates combination B (Sa8 + Sd10 + Labt1 + Ldbp9 (B3). The second factor was fertilizer application comprised of: without fertilizer (P0), 25% (P1), 50% (P2), and 75% (P3) of recommendation dosage (NPKMg: 12: 12: 17: 2). The recommended fertilizer dose was 200 kg/ha/year. The results showed that there was an interaction between endophytic bacteria and fertilizer in enhancing plant growth and NPK nutrient uptake of pepper at 11 months after planting. The combination of Ca2 endophytic bacteria and 75% NPK fertilizer recommendations enhanced plant growth by 19.5% for plant height, 34.3% for the number of nodes, and 16.8% for the number of branches, compared to that without endophytic bacteria application. However, the combination of B2 endophytic bacteria and 75% of NPK fertilizer recommendations showed the best result for biomass weight and nutrient uptake. Endophytic bacteria can improve the effectiveness of organic fertilizer usage to support sustainable agriculture.Keywords: Piper nigrum, nutrition, improvement, PGPB. AbstrakLada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman yang memerlukan hara cukup tinggi untuk pertumbuhannya. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pemberian hara yang cukup tinggi yaitu dengan memberikan bakteri pemicu pertumbuhan. Penelitian telah dilakukan di Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung, dimulai dari bulan Januari-Desember 2018. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, faktorial, 16 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari faktor pertama penggunaan bakteri endofit yaitu; tanpa bakteri endofit (B0), isolat bakteri endofit Ca2 (B1), isolat kombinasi A (Dj9+Sa4+Labt8+Ldbp4) (B2), dan isolat kombinasi B (Sa8+Sd10+Labt1+Ldbp9) (B3). Faktor kedua pemupukan anorganik yaitu; tanpa pupuk (P0), 25% (P1), 50% (P2), dan 75% (P3) dosis rekomendasi (NPKMg: 12:12:17:2). Dosis rekomendasi adalah 200 kg/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara bakteri endofit dan pupuk terhadap peningkatan pertumbuhan, dan serapan hara NPK pada tanaman lada berumur 11 bulan setelah tanam. Pemberian bakteri endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman 19,5%, jumlah ruas 34,3%, dan jumlah cabang 16,8% pada kombinasi bakteri endofit B1 dibandingkan tanaman tanpa pemberian bakteri endofit dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Namun kombinasi perlakuan terbaik untuk bobot biomas dan serapan hara adalah pada kombinasi perlakuan bakteri endofit B2 dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Bakteri endofit dapat berfungsi sebagai pupuk hayati dan dapat mengefisienkan penggunaan pupuk buatan untuk pertanian berkelanjutan.Kata kunci: Piper nigrum, nutrisi, peningkatan,PGPB.
PENGARUH POLA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) Hera Nurhayati; Ireng Darwati; Rosita SMD
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n1.2013.%p

Abstract

Simplisia tempuyung (Sonchus arvensis) mengandung silika, kalium, flavonoid, taraksasterol, inositol, oe-laktuserol, p-laktuserol, manitol, dan inositol yang bermanfaat sebagai pelancar keluarnya air seni, antiurolitiosis, serta mempunyai daya melarutkan batu ginjal, kolesterol, Ca-Oxalat, dan asam urat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pola tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia tempuyung. Kegiatan penelitian dilaksanakan di KP Cimanggu, Bogor, Jawa Barat dari sejak April sampai Juli 2012. Metode penelitian dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan sebanyak lima kali. Perlakuan pertama adalah pola tanam, yakni (K1) monokultur, (K2) tumpangsari dengan jagung, jarak tanam jagung satu meter, dan (K3) tumpangsari dengan jagung, jarak tanam jagung dua meter. Jarak tanam jagung dalam baris adalah 20 cm. Perlakuan kedua adalah dosis pemupukan, terdiri dari (P1) 50% SOP (50 kg Urea + 50 kg SP36 + 50 kg KCl ha-1); (P2) 100% SOP (100 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl ha-1); dan (P3) 150% SOP (150 kg Urea + 150 kg SP36 + 150 kg KCl ha-1). Pengamatan meliputi parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun) dan produksi. Panen dilakukan pada umur tiga bulan setelah tanam (BST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam dan pemupukan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Penanaman secara monokultur, maupun dengan jagung pada jarak tanam antar baris dua meter, dapat dilakukan dalam budidaya tempuyung. Pemupukan sesuai SOP dapat dijadikan rekomendasi pemupukan mendukung teknologi budidaya tempuyung. 
PEMANFAATAN BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Hook.f & Thomson) SEBAGAI PESTISIDA NABATI / The utilization of bitter grape (Tinospora crispa (L.) Hook.f & Thomson) as botanical pesticide Wiratno Wiratno; Hera Nurhayati; Sujianto Sujianto
Perspektif Vol 18, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n1.2019.28-39

Abstract

Penggunaan pestisida kimia menyebabkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.  Oleh karena itu, penggunaan pestisida  berbahan baku alami merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).  Brotowali (Tinospora crispa) merupakan tanaman berkhasiat obat yang tumbuh di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanaman tersebut sering digunakan sebagai obat untuk demam, kolera, rematik, penyakit kuning dan diabetes tipe II.  Bahan aktif yang terkandung di dalam akar, batang, daun, buah dan bunga brotowali, yang dapat mengendalikan OPT di antaranya adalah alkaloid, tanin, saponin, glikosida, terpenoid dan flavonoid beserta turunannya. Selain bersifat toksik untuk serangga, tanaman brotowali juga bersifat antijamur, antinematisida dan antimoluska.  Batang brotowali dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga diantaranya tungau, Spodoptera exigua, Nephotettix spp, Nilaparvata lugens, Plutella xylostella, Phyliotera sinuata Ateph, Scirtothrips dorsalis Hood, Phyllocnistis citrella Stainton dan larva nyamuk Culex quinquefasciatus (vektor penyakit filariasis) dengan nilai efektivitas diatas 50% dan rasio efisiensi biaya produksi yang lebih rendah dari pestisida sintetik. Selain itu juga brotowali  dapat digunakan sebagai bahan untuk campuran pestisida organik.  Budidaya brotowali cukup mudah, walaupun belum banyak diteliti, sehingga ketersediaan bahan baku juga dapat berkelanjutan. Review ini bertujuan untuk mengemukakan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan penggunaan brotowali sebagai bahan untuk pestisida nabati. ABSTRACT Excessive use of chemical pesticides cause various problems related to environmental sustainability and human health. Therefore, the use of pesticides made from natural materials, such as from plants known as botanical pesticides, is one of the alternatives used to control plant pest.  Bitter grape (Tinospora crispa) is a medicinal plant  grows in tropical regions including Indonesia. The plant is often used as medicine for fever, cholera, rheumatism, jaundice and type II diabetes. The active ingredients contained in the roots, stems, leaves, fruits and flowers of this plant, which are able to control pests, are alkaloids, tannins, saponins, glycosides, terpenoids, flavonoids and their derivatives. Besides being toxic to insects, bitter grape also has  antifungal, antinematicidal and antimollusca activities. The extract or directly used of bitter grape stem had been utilized to control insects such as mites, Spodoptera exigua, Nephotettix spp, Nilaparvata lugens, Plutella xylostella, Phyliotera sinuata ateph, Scirtothrips dorsalis Hood, Phyllocnistis citrella Stainton and larvae of Culex quinquefasciatus (phyllariasis disease vector), with the pesticide effectiveness above 50% and efficiency ratio of cost production lower than synthetic pesticide.  Moreover, it can be mixed with other plants as raw materal for organic pesticide.  Bitter grape can be cultivated easily, although its cultivation technology has not been widely studied.  Thus, the sustainability of the raw materials will not be a problem. This review aimed to present the results of research related to the use of bitter grape as the material for botanical pestiside.
PENGUJIAN BAKTERI ENDOFIT TERHADAP EFISIENSI HARA PADA PERTUMBUHAN TANAMAN LADA DI LAMPUNG / The Evaluation of Endophytic Bacteria Application on Nutrient Efficiency of Black Pepper Growth in Lampung Gusmaini Gusmaini; Andriana Kartikawati; Hera Nurhayati
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v25n2.2019.100-107

Abstract

Black pepper (Piper nigrum L.) requires high nutrients to support its growth. The research was carried out to find an alternative way to reduce high nutrient requirements with the application of growth-promoting bacteria. The research was conducted at Natar Experimental Station, Lampung Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT), from January to December 2018. The study was undertaken in a randomized block design, arranged factorially, with 16 treatments and 3 replications. The first factor was endophytic bacteria application consisted of: without endophytic bacteria (B0), Ca2 endophytic bacterial isolates (B1), isolates combination A (Dj9 + Sa4 + Labt8 + Ldbp4) (B2), and isolates combination B (Sa8 + Sd10 + Labt1 + Ldbp9 (B3). The second factor was fertilizer application comprised of: without fertilizer (P0), 25% (P1), 50% (P2), and 75% (P3) of recommendation dosage (NPKMg: 12: 12: 17: 2). The recommended fertilizer dose was 200 kg/ha/year. The results showed that there was an interaction between endophytic bacteria and fertilizer in enhancing plant growth and NPK nutrient uptake of pepper at 11 months after planting. The combination of Ca2 endophytic bacteria and 75% NPK fertilizer recommendations enhanced plant growth by 19.5% for plant height, 34.3% for the number of nodes, and 16.8% for the number of branches, compared to that without endophytic bacteria application. However, the combination of B2 endophytic bacteria and 75% of NPK fertilizer recommendations showed the best result for biomass weight and nutrient uptake. Endophytic bacteria can improve the effectiveness of organic fertilizer usage to support sustainable agriculture.Keywords: Piper nigrum, nutrition, improvement, PGPB. AbstrakLada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman yang memerlukan hara cukup tinggi untuk pertumbuhannya. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pemberian hara yang cukup tinggi yaitu dengan memberikan bakteri pemicu pertumbuhan. Penelitian telah dilakukan di Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung, dimulai dari bulan Januari-Desember 2018. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, faktorial, 16 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari faktor pertama penggunaan bakteri endofit yaitu; tanpa bakteri endofit (B0), isolat bakteri endofit Ca2 (B1), isolat kombinasi A (Dj9+Sa4+Labt8+Ldbp4) (B2), dan isolat kombinasi B (Sa8+Sd10+Labt1+Ldbp9) (B3). Faktor kedua pemupukan anorganik yaitu; tanpa pupuk (P0), 25% (P1), 50% (P2), dan 75% (P3) dosis rekomendasi (NPKMg: 12:12:17:2). Dosis rekomendasi adalah 200 kg/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara bakteri endofit dan pupuk terhadap peningkatan pertumbuhan, dan serapan hara NPK pada tanaman lada berumur 11 bulan setelah tanam. Pemberian bakteri endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman 19,5%, jumlah ruas 34,3%, dan jumlah cabang 16,8% pada kombinasi bakteri endofit B1 dibandingkan tanaman tanpa pemberian bakteri endofit dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Namun kombinasi perlakuan terbaik untuk bobot biomas dan serapan hara adalah pada kombinasi perlakuan bakteri endofit B2 dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Bakteri endofit dapat berfungsi sebagai pupuk hayati dan dapat mengefisienkan penggunaan pupuk buatan untuk pertanian berkelanjutan.Kata kunci: Piper nigrum, nutrisi, peningkatan,PGPB.
PEMANFAATAN BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Hook.f & Thomson) SEBAGAI PESTISIDA NABATI / The utilization of bitter grape (Tinospora crispa (L.) Hook.f & Thomson) as botanical pesticide Wiratno Wiratno; Hera Nurhayati; Sujianto Sujianto
Perspektif Vol 18, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.887 KB) | DOI: 10.21082/psp.v18n1.2019.28-39

Abstract

Penggunaan pestisida kimia menyebabkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.  Oleh karena itu, penggunaan pestisida  berbahan baku alami merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).  Brotowali (Tinospora crispa) merupakan tanaman berkhasiat obat yang tumbuh di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanaman tersebut sering digunakan sebagai obat untuk demam, kolera, rematik, penyakit kuning dan diabetes tipe II.  Bahan aktif yang terkandung di dalam akar, batang, daun, buah dan bunga brotowali, yang dapat mengendalikan OPT di antaranya adalah alkaloid, tanin, saponin, glikosida, terpenoid dan flavonoid beserta turunannya. Selain bersifat toksik untuk serangga, tanaman brotowali juga bersifat antijamur, antinematisida dan antimoluska.  Batang brotowali dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga diantaranya tungau, Spodoptera exigua, Nephotettix spp, Nilaparvata lugens, Plutella xylostella, Phyliotera sinuata Ateph, Scirtothrips dorsalis Hood, Phyllocnistis citrella Stainton dan larva nyamuk Culex quinquefasciatus (vektor penyakit filariasis) dengan nilai efektivitas diatas 50% dan rasio efisiensi biaya produksi yang lebih rendah dari pestisida sintetik. Selain itu juga brotowali  dapat digunakan sebagai bahan untuk campuran pestisida organik.  Budidaya brotowali cukup mudah, walaupun belum banyak diteliti, sehingga ketersediaan bahan baku juga dapat berkelanjutan. Review ini bertujuan untuk mengemukakan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan penggunaan brotowali sebagai bahan untuk pestisida nabati. ABSTRACT Excessive use of chemical pesticides cause various problems related to environmental sustainability and human health. Therefore, the use of pesticides made from natural materials, such as from plants known as botanical pesticides, is one of the alternatives used to control plant pest.  Bitter grape (Tinospora crispa) is a medicinal plant  grows in tropical regions including Indonesia. The plant is often used as medicine for fever, cholera, rheumatism, jaundice and type II diabetes. The active ingredients contained in the roots, stems, leaves, fruits and flowers of this plant, which are able to control pests, are alkaloids, tannins, saponins, glycosides, terpenoids, flavonoids and their derivatives. Besides being toxic to insects, bitter grape also has  antifungal, antinematicidal and antimollusca activities. The extract or directly used of bitter grape stem had been utilized to control insects such as mites, Spodoptera exigua, Nephotettix spp, Nilaparvata lugens, Plutella xylostella, Phyliotera sinuata ateph, Scirtothrips dorsalis Hood, Phyllocnistis citrella Stainton and larvae of Culex quinquefasciatus (phyllariasis disease vector), with the pesticide effectiveness above 50% and efficiency ratio of cost production lower than synthetic pesticide.  Moreover, it can be mixed with other plants as raw materal for organic pesticide.  Bitter grape can be cultivated easily, although its cultivation technology has not been widely studied.  Thus, the sustainability of the raw materials will not be a problem. This review aimed to present the results of research related to the use of bitter grape as the material for botanical pestiside.
PENGARUH POLA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) Hera Nurhayati; Ireng Darwati; Rosita SMD
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n1.2013.%p

Abstract

Simplisia tempuyung (Sonchus arvensis) mengandung silika, kalium, flavonoid, taraksasterol, inositol, oe-laktuserol, p-laktuserol, manitol, dan inositol yang bermanfaat sebagai pelancar keluarnya air seni, antiurolitiosis, serta mempunyai daya melarutkan batu ginjal, kolesterol, Ca-Oxalat, dan asam urat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pola tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia tempuyung. Kegiatan penelitian dilaksanakan di KP Cimanggu, Bogor, Jawa Barat dari sejak April sampai Juli 2012. Metode penelitian dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan sebanyak lima kali. Perlakuan pertama adalah pola tanam, yakni (K1) monokultur, (K2) tumpangsari dengan jagung, jarak tanam jagung satu meter, dan (K3) tumpangsari dengan jagung, jarak tanam jagung dua meter. Jarak tanam jagung dalam baris adalah 20 cm. Perlakuan kedua adalah dosis pemupukan, terdiri dari (P1) 50% SOP (50 kg Urea + 50 kg SP36 + 50 kg KCl ha-1); (P2) 100% SOP (100 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl ha-1); dan (P3) 150% SOP (150 kg Urea + 150 kg SP36 + 150 kg KCl ha-1). Pengamatan meliputi parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun) dan produksi. Panen dilakukan pada umur tiga bulan setelah tanam (BST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam dan pemupukan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Penanaman secara monokultur, maupun dengan jagung pada jarak tanam antar baris dua meter, dapat dilakukan dalam budidaya tempuyung. Pemupukan sesuai SOP dapat dijadikan rekomendasi pemupukan mendukung teknologi budidaya tempuyung.