Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KARAKTERISTIK ROTI MANIS BERBAHAN BAKU UBIJALAR DAN TEPUNG GANDUM LOKAL Rahmi Yulifianti
Buletin Palawija Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v15n2.2017.p49-56

Abstract

Pemanfaatan gandum lokal dan ubijalar sebagai bahan baku dalam pembuatan roti manis merupakan upaya diversifikasi pangan berbahan baku lokal sekaligus mengurangi impor terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik roti manis yang diolah dari campuran tepung gandum lokal dan pasta ubijalar ungu. Tepung gandum lokal varietas Dewata dan pasta ubijalar ungu dari varietas Antin-2 diolah menjadi roti manis menggunakan empat tingkat perbandingan (dalam %) yaitu 100:0; 70:30; 65:35: dan 60:40. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu jenis gandum (sosoh dan tidak sosoh) dan faktor kedua proporsi pasta ubijalar (0%, 30%, 35%, dan 40%). Sebagai kontrol, digunakan roti manis yang diolah dari 100% tepung terigu impor. Pengamatan meliputi: sifat kimia terigu dan ubijalar kukus/pasta serta sifat fisik, kimia dan sensoris roti manis yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tingkat substitusi pasta ubijalar sampai 40% terhadap tepung gandum lokal menghasilkan roti manis dengan kadar air berkisar antara 23,37-32,51%, abu 1,40-1,90% bk, dan protein 11,64-15,24% bk. Nilai kadar protein ini lebih tinggi dibandingkan dengan roti dari terigu impor yaitu 11,68% bk. Rendemen, kekerasan, warna, dan tingkat pengembangan volume, relatif sama antara tepung gandum sosoh dan tidak sosoh. Namun, untuk roti dari substitusi gandum lokal dan ubijalar memiliki tekstur yang lebih lunak dan tingkat pengembangan volume lebih tinggi dari terigu impor. Demikian juga kesukaan terhadap warna, aroma, dan rasa relatif sama hasilnya dengan roti manis dari 100% terigu. Hal ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk memperluas pemanfaatan gandum lokal dan ubijalar serta memacu pengembangan agroindustri berbasis bahan baku lokal.
TEPUNG KASAVA MODIFIKASI SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN Rahmi Yulifianti; Erliana Ginting; Joko Susilo Utomo
Buletin Palawija No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n23.2012.p1-12

Abstract

Tepung kasava modifikasi (mocaf) potensial sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam rangka mendukung diversifikasi pangan. Proses modifikasi pembuatan mocaf dengan fermentasi menggunakan inokulum bakteri asam laktat menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisikokimia dan amilografi serta sifat organoleptik tepung. Mocaf bersifat lebih mudah larut di dalam air, lebih mudah mengembang ketika dipanaskan karena viskositas puncaknya meningkat, tidak beraroma khas ubikayu, berwarna lebih cerah/putih, dan lebih lunak tekstur produknya bila dibandingkan dengan tepung ubikayu tanpa fermentasi dan terigu. Proporsi mocaf sebagai bahan substitusi terigu bervariasi antara 30 – 40 % pada produk roti, pastry dan mie, 50 – 100 % pada produk kue basah (cakes), kue kering (cookies), aneka produk gorengan dan jajanan basah/pasar. Harga mocaf di pasaran berkisar antara Rp. 4.100 - 5.000 per kg, relatif lebih murah dibandingkan dengan tepung terigu yang harganya berkisar antara Rp. 5.220 - 7.250 per kg. Usaha agroindustri mocaf dapat diterapkan dengan model kemitraan antara petani/kelompok tani sebagai produsen sawut kering dengan industri besar yang memproduksi tepung sekaligus memasarkan. Peningkatan produksi ubikayu diperlukan untuk mendukung ketersediaan bahan baku yang melalui adopsi varietas unggul berpotensi hasil dan kadar pati tinggi, teknologi budidaya yang tepat serta pengaturan waktu tanam dan panen. Kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pengembangan industri tepung lokal untuk mengurangi impor terigu serta sosialisasi dan promosi produk olahan mocaf yang tidak kalah citra dan citarasanya dibanding 100 % terigu juga perlu diintensifkan untuk mempercepat adopsinya oleh industri dan masyarakat.
Sifat Fisik dan Kimia Ubijalar pada Berbagai Pemupukan N di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan Erliana Ginting; Rahmi Yulifianti; Dian Adi Anggraeni Elisabeth
Buletin Palawija Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v16n1.2018.p36-45

Abstract

Lahan pasang surut di Kalimantan Selatan memiliki potensi untuk usahatani ubi jalar (Ipomoea batatas L.). Namun kondisi lahan yang masam, tingkat kejenuhan Al dan Fe yang tinggi, serta rendahnya kesuburan tanah memerlukan teknologi budidaya yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisik, kimia, dan sensori ubi jalar yang dibudidayakan di lahan pasang surut tipe C dengan pemupukan N yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala pada bulan Februari hingga Juni 2016 menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan.Varietas ubi jalar (Beta 3 dan lokal) digunakan sebagai petak utama dan sumber pupuk N (pupuk kandang 5 t/ha, Phonska 300 kg/ha, KNO3 2.000 L/ha dan kombinasi ketiganya) sebagai anak petak. Untuk ameliorasi digunakan dolomit 1 t/ha. Pengamatan, meliputi sifat fisik, kimia, dan sensori umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Beta 3 (daging umbi oranye) memiliki warna umbi (L*) paling tua pada pemupukan KNO3 dengan kadar beta karoten tertinggi (7.003 µg/100 g bb). Namun sumber pupuk N tidak berpengaruh terhadap intensitas warna umbi varietas lokal (daging umbi putih sembur ungu). Interaksi varietas dan pemupukan N berpengaruh nyata terhadap kadar abu dan pati umbi, sedangkan faktor genetik (varietas) tampak dominan pada kadar air, gula reduksi, dan amilosa. Pemupukan dengan pupuk kandang, Phonska dan KNO3 tidak berpengaruh terhadap kadar nitrat umbi segar, namun kombinasi ketiganya memberikan kadar nitrat yang lebih rendah. Kadar nitrat umbi (2,82-4,69 mg/kg bb) masih dalam batas aman untuk konsumsi. Bentuk, warna kulit dan daging umbi serta warna, rasa, dan tekstur umbi kukus varietas Beta 3 lebih disukai daripada varietas lokal sehingga berpeluang untuk dikembangkan di lahan pasang surut.
RESPON PENGRAJIN TEMPE TERHADAP INTRODUKSI VARIETAS UNGGUL KEDELAI UNTUK PRODUKSI TEMPE Dian Adi Anggraeni Elisabeth; Erliana Ginting; Rahmi Yulifianti
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n3.2017.p183-196

Abstract

ABSTRACT Response of Tempe SMEs Into Soybean Improved Varieties Introduction for Tempe Production. Intensive socialization and introduction of improved soybean varieties has been conducted along with the extension of soybean cropping area so that improved soybean varieties will be available abundantly in market. Therefore, socialization to soybean small and medium enterprises (SMEs) involving tempe producers particularly who live outside of soybean production center should be done due to they used to use imported soybean for the tempe processing. Study aimed to depict the introduction of Iletri’s soybean improved varieties for tempe production and to observe the producers’ responses on substitution of imported soybean. Study was conducted on September 2015 involving 122 respondents consisted of 39 tempe producers, 67 tempe chip producers, and 16 other soybean product producers. Primary data was obtained through interview method with semi-opened questionaire involving data of SME’s general characteristics, tempe sensory test result, and response of respondents. Data was equipped with physicochemical analysis of raw tempe made from improved soybean varieties with imported one as a comparison. The result showed that tempe made from Argomulyo, Anjasmoro, and Burangrang varieties had higher protein content than tempe form imported soybean. Tempe from Grobogan variety had no significantly different of weight and volume with imported one. For sensory atributes, the producers gave a positive response with standard of like to very like for tempe made from Anjasmorro variety. Information on physicochemical and sensory atributes of tempe showing that the qualities of tempe from improved soybean varieties were similar even better than imported soybean one depicted to the producers there is an opportunity for substitution of imported soybean. It is expected that the awareness will improve into adoption with the support of stakeholders including related local offices.  improved soybean varieties, imported soybean, substitution, tempe producers ABSTRAK Sosialisasi dan introduksi varietas unggul telah dilakukan secara intensif seiring dengan upaya perluasan areal tanam kedelai sehingga kedelai dari varietas unggul akan banyak tersedia di pasaran. Oleh karena itu, sosialisasi kepada industri pengolahan kedelai, terutama yang berdomisili di luar daerah sentra produksi kedelai termasuk Kota dan Kabupaten Malang perlu dilakukan karena selama ini mereka masih terbiasa menggunakan kedelai impor. Studi bertujuan memberikan gambaran mengenai hasil pembinaan berupa introduksi penggunaan varietas unggul kedelai Balitbangtan untuk produksi tempe dan melihat respon pengrajin. Studi dilaksanakan pada September 2015, melibatkan 122 orang responden, terdiri dari 39 pengrajin tempe, 67 pengrajin keripik tempe, dan 16 pengrajin olahan kedelai lain. Data primer didapatkan melalui metode wawancara dengan kuesioner semi-terbuka, meliputi data karakteristik umum usaha industri kecil menengah (IKM), uji sensoris tempe, dan respon pengrajin. Data dilengkapi dengan analisis fisik dan kimia tempe dari kedelai varietas unggul dan kedelai impor sebagai pembanding. Hasil menunjukkan tempe dari kedelai varietas Argomulyo, Anjasmoro, dan Burangrang memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari tempe kedelai impor. Bobot dan volume tempe dari varietas Grobogan tidak berbeda nyata dengan tempe kedelai impor. Dari segi sensoris, pengrajin memberikan respon positif dengan tingkatan suka sampai sangat suka untuk tempe dari varietas Anjasmoro. Informasi mengenai mutu fisik, kimia, dan sensoris tempe yang menunjukkan bahwa mutu tempe yang dibuat dari kedelai varietas unggul tidak kalah bahkan melebihi mutu tempe dari kedelai impor memberikan gambaran pada pengrajin bahwa kedelai impor berpeluang disubstitusi oleh kedelai varietas unggul untuk produksi tempe. Kesadaran ini diharapkan dapat meningkat menjadi adopsi dengan dukungan berbagai pihak (stakeholders). kedelai varietas unggul, kedelai impor, substitusi, pengrajin tempe
Sifat Fisik dan Kimia Ubijalar pada Berbagai Pemupukan N di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan Erliana Ginting; Rahmi Yulifianti; Dian Adi Anggraeni Elisabeth
Buletin Palawija Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v16n1.2018.p36-45

Abstract

Lahan pasang surut di Kalimantan Selatan memiliki potensi untuk usahatani ubi jalar (Ipomoea batatas L.). Namun kondisi lahan yang masam, tingkat kejenuhan Al dan Fe yang tinggi, serta rendahnya kesuburan tanah memerlukan teknologi budidaya yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisik, kimia, dan sensori ubi jalar yang dibudidayakan di lahan pasang surut tipe C dengan pemupukan N yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala pada bulan Februari hingga Juni 2016 menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan.Varietas ubi jalar (Beta 3 dan lokal) digunakan sebagai petak utama dan sumber pupuk N (pupuk kandang 5 t/ha, Phonska 300 kg/ha, KNO3 2.000 L/ha dan kombinasi ketiganya) sebagai anak petak. Untuk ameliorasi digunakan dolomit 1 t/ha. Pengamatan, meliputi sifat fisik, kimia, dan sensori umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Beta 3 (daging umbi oranye) memiliki warna umbi (L*) paling tua pada pemupukan KNO3 dengan kadar beta karoten tertinggi (7.003 µg/100 g bb). Namun sumber pupuk N tidak berpengaruh terhadap intensitas warna umbi varietas lokal (daging umbi putih sembur ungu). Interaksi varietas dan pemupukan N berpengaruh nyata terhadap kadar abu dan pati umbi, sedangkan faktor genetik (varietas) tampak dominan pada kadar air, gula reduksi, dan amilosa. Pemupukan dengan pupuk kandang, Phonska dan KNO3 tidak berpengaruh terhadap kadar nitrat umbi segar, namun kombinasi ketiganya memberikan kadar nitrat yang lebih rendah. Kadar nitrat umbi (2,82-4,69 mg/kg bb) masih dalam batas aman untuk konsumsi. Bentuk, warna kulit dan daging umbi serta warna, rasa, dan tekstur umbi kukus varietas Beta 3 lebih disukai daripada varietas lokal sehingga berpeluang untuk dikembangkan di lahan pasang surut.
KARAKTERISTIK ROTI MANIS BERBAHAN BAKU UBIJALAR DAN TEPUNG GANDUM LOKAL Rahmi Yulifianti
Buletin Palawija Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.726 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v15n2.2017.p49-56

Abstract

Pemanfaatan gandum lokal dan ubijalar sebagai bahan baku dalam pembuatan roti manis merupakan upaya diversifikasi pangan berbahan baku lokal sekaligus mengurangi impor terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik roti manis yang diolah dari campuran tepung gandum lokal dan pasta ubijalar ungu. Tepung gandum lokal varietas Dewata dan pasta ubijalar ungu dari varietas Antin-2 diolah menjadi roti manis menggunakan empat tingkat perbandingan (dalam %) yaitu 100:0; 70:30; 65:35: dan 60:40. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu jenis gandum (sosoh dan tidak sosoh) dan faktor kedua proporsi pasta ubijalar (0%, 30%, 35%, dan 40%). Sebagai kontrol, digunakan roti manis yang diolah dari 100% tepung terigu impor. Pengamatan meliputi: sifat kimia terigu dan ubijalar kukus/pasta serta sifat fisik, kimia dan sensoris roti manis yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tingkat substitusi pasta ubijalar sampai 40% terhadap tepung gandum lokal menghasilkan roti manis dengan kadar air berkisar antara 23,37-32,51%, abu 1,40-1,90% bk, dan protein 11,64-15,24% bk. Nilai kadar protein ini lebih tinggi dibandingkan dengan roti dari terigu impor yaitu 11,68% bk. Rendemen, kekerasan, warna, dan tingkat pengembangan volume, relatif sama antara tepung gandum sosoh dan tidak sosoh. Namun, untuk roti dari substitusi gandum lokal dan ubijalar memiliki tekstur yang lebih lunak dan tingkat pengembangan volume lebih tinggi dari terigu impor. Demikian juga kesukaan terhadap warna, aroma, dan rasa relatif sama hasilnya dengan roti manis dari 100% terigu. Hal ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk memperluas pemanfaatan gandum lokal dan ubijalar serta memacu pengembangan agroindustri berbasis bahan baku lokal.
TEPUNG KASAVA MODIFIKASI SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN Rahmi Yulifianti; Erliana Ginting; Joko Susilo Utomo
Buletin Palawija No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.725 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n23.2012.p1-12

Abstract

Tepung kasava modifikasi (mocaf) potensial sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam rangka mendukung diversifikasi pangan. Proses modifikasi pembuatan mocaf dengan fermentasi menggunakan inokulum bakteri asam laktat menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisikokimia dan amilografi serta sifat organoleptik tepung. Mocaf bersifat lebih mudah larut di dalam air, lebih mudah mengembang ketika dipanaskan karena viskositas puncaknya meningkat, tidak beraroma khas ubikayu, berwarna lebih cerah/putih, dan lebih lunak tekstur produknya bila dibandingkan dengan tepung ubikayu tanpa fermentasi dan terigu. Proporsi mocaf sebagai bahan substitusi terigu bervariasi antara 30 – 40 % pada produk roti, pastry dan mie, 50 – 100 % pada produk kue basah (cakes), kue kering (cookies), aneka produk gorengan dan jajanan basah/pasar. Harga mocaf di pasaran berkisar antara Rp. 4.100 - 5.000 per kg, relatif lebih murah dibandingkan dengan tepung terigu yang harganya berkisar antara Rp. 5.220 - 7.250 per kg. Usaha agroindustri mocaf dapat diterapkan dengan model kemitraan antara petani/kelompok tani sebagai produsen sawut kering dengan industri besar yang memproduksi tepung sekaligus memasarkan. Peningkatan produksi ubikayu diperlukan untuk mendukung ketersediaan bahan baku yang melalui adopsi varietas unggul berpotensi hasil dan kadar pati tinggi, teknologi budidaya yang tepat serta pengaturan waktu tanam dan panen. Kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pengembangan industri tepung lokal untuk mengurangi impor terigu serta sosialisasi dan promosi produk olahan mocaf yang tidak kalah citra dan citarasanya dibanding 100 % terigu juga perlu diintensifkan untuk mempercepat adopsinya oleh industri dan masyarakat.