Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

TANGGAP TANAMAN KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN AMELIORAN PADA TANAH SALIN Afandi Kristiono; Sri Wahyuningsih; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v13n1.2015.p55-63

Abstract

Ameliorasi adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ameliorasi terhadappertumbuhan dan hasil kacang tanah pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balitkabi pada bulan Maret – Juni 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial. Faktor I adalah dua tingkat salinitas tanah (tanah dengan DHL 2,0–2,3 dS/m dan DHL 2,8–3,2 dS/m). Faktor II adalah pemberian amelioran (kontrol, 120 kg K2O/ha, 2,5 t/ha dolomit, 2,5 t/ha gipsum, 2,5 t/ha pupuk kandang). Varietas kacang tanah yang digunakan adalah Domba (tipe Valencia). Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan akar, indeks kandungan klorofil, hasil dan komponen hasil, analisis tanah sebelum tanam dan sesudah panen serta analisis tanaman saat panen. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan kacang tanah terhambat dan gagal membentuk polong meskipun pada perlakuan salinitas rendah (2,0–2,3 dS/m). Pemberian amelioran 120 kg/ha K2O, dolomit, gipsum, dan pupuk kandang dengan dosis 2,5 t/ha meningkatkan kandungan hara K, Ca, dan Mg serta memperbaiki keseimbangan K/Na, Ca/Na, dan Mg/Na, tetapi tidak efektif memperbaiki pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Berdasarkan data tersebut, tampaknya diperlukan pencucian garam di daerah perakaran untuk menurunkan tingkat salinitas agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Pengaruh Genotipe dan Ameliorasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Tanah Salin Abdullah Taufiq; Andy Wijanarko; Afandi Kristiono
Buletin Palawija Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v14n1.2016.p1-8

Abstract

Penanaman kultivar toleran yang dikombinasikan dengan ameliorasi merupakan cara pengelolaan yang efektif untuk peningkatan produktivitas lahan salin. Tujuan penelitian adalah mendapatkan amelioran yang efektif guna memperbaiki pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan pada lahan salin di Tuban pada bulan Juni–September 2015. Perlakuan terdiri atas dua faktor yang disusun dalam rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Faktor I adalah dua genotipe kedelai (Anjasmoro dan galur K-13), dan faktor II adalah enam macam ameliorasi tanah (tanpa amelioran sebagai kontrol, 120 kg/ha K2O, 2,5 t/ha dolomit, 2,5 t/ha gipsum, 2,5 t/ha pupuk kandang, dan 1,5 t/ha gipsum + 2,5 t/ha pupuk kandang. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi cekaman salinitas, pertumbuhan Anjasmoro tidak berbeda dengan galur K-13. Toleransi varietas Anjasmoro terhadap salinitas berkaitan dengan kemampuannya menyerap K lebih banyak, sedangkan galur K-13 berkaitan dengan kemampuannya menghambat penyerapan Na. Ameliorasi dengan 120 kg K2O/ha, 2,5 t/ha pupuk kandang, atau kombinasi 2,5 t/ha pupuk kandang dengan 1,5 t/ha gipsum efektif meningkatkan produktivitas kedelai toleran salinitas pada tanah salin.
PENGARUH PUPUK ORGANIK KAYA HARA SANTAP NM1 DAN SANTAP NM2 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PADA TANAH VERTISOL Siti Muzaiyanah; Afandi Kristiono; Subandi Subandi
Buletin Palawija Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v13n1.2015.p74-82

Abstract

Di Indonesia, rata-rata produktivitas kedelai Indonesia yang sebagian besar diusahakan pada lahan non-masam masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain kesuburan atau kandungan hara dalam tanah rendah. Oleh karenanya pemupukan yang sesuai merupakan salah satu upaya penting yang harus mendapat perhatian dalam meningkatkanproduktivitas kedelai nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk organik kaya hara Santap NM1 dan Santap NM2 beserta kombinasinya dengan pupuk anorganik (Phonska berkandungan 15% N, 15% P2O5, 15% K2O, dan 10% S) dalam memperbaiki pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah Vertisol. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Ngale (Ngawi, Jawa Timur), mulai bulan Februari hingga April 2012. Percobaan menggunakan 12 perlakuan pemupukan (meliputi beberapa jenis, takaran, dan kombinasi pupuk) disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pada tanah Vertisol, penggunaan pupuk Santap NM1 dan Santap NM2baik secara terpisah maupun yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik (Phonska) meningkatkan jumlah bintil akar efektif, kandungan klorofil dalam daun, dan tinggi tanaman kedelai varietas Anjasmoro.Hal ini juga meningkatkan jumlah polong isi per tanaman, bobot 100 biji, dan hasil biji kedelai. Penggunaan pupuk organik Santap NM1 atau SantapNM2 pada takaran 1.500 kg/ha mampu menggantikan 50% takaran pupuk anorganik NPKS, setara dengan 150 kg Phonska dan memberi hasilkedelai 2,21–2,56 t/ha.
PENGARUH AMELIORASI TANAH SALIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU Sri Wahyuningsih; Afandi Kristiono; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v15n2.2017.p69-77

Abstract

Salinitas menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktivitas tanaman. Ameliorasi tanah salin diperlukan untuk mengurangi pengaruh buruk salinitas tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggap kacang hijau terhadap ameliorasi pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balitkabi Malang pada Maret-Juni 2014 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial, lima ulangan. Faktor I adalah dua tingkat salinitas tanah yaitu: tanah dengan DHL 2-2,3 dS/m dan DHL 2,8-3,2 dS/m. Faktor II adalah pemberian amelioran terdiri atas kontrol, 120 kg K2O/ha, 2,5 t/ha dolomit, 2,5 t/ha gipsum, 2,5 t/ha organik. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan akar, indeks kandungan klorofil daun, hasil dan komponen hasil, analisis tanah sebelum tanam dan sesudah panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan salinitas tanah 2,0-2,3 dS/m dan 2,8-3,2 dS/m berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Semua peubah pertumbuhan dan komponen hasil mengalami penurunan akibat peningkatan salinitas kecuali kandungan klorofil daun yang relatif tetap. Pemberian amelioran gipsum dosis 2,5 t/ha berpeluang efektif memperbaiki pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Penambahan amelioran yang mengandung K, Ca, dan Mg mampu meningkatkan kandungan hara K, Ca, dan Mg serta memperbaiki keseimbangan K/Na, Ca/Na, dan Mg/Na dalam tanaman, namun tidak efektif mengurangi pengaruh negatif salinitas. Diperlukan pencucian garam dari daerah perakaran untuk menurunkan tingkat salinitas agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Kata kunci: salinitas, ameliorasi, kacang hijau
RESPONS TANAMAN KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU TERHADAP CEKAMAN SALINITAS Afandi Kristiono; Runik Dyah Purwaningrahayu; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n26.2013.p45-60

Abstract

Salinitas yang tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman osmotik, ketidak seimbangan hara, toksisitas ion tertentu, dan cekaman oksidatif. Cekaman tersebut mempengaruhi hampir semua proses fisiologis dan biokimia serta tahap pertumbuhan tanaman. Fase perkecambahan dan pertumbuhan semaian adalah fase kritis terhadap cekaman salinitas bagi sebagian besar tanaman, termasuk kedelai (Glycine max L. Merr.), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek), sehingga ketahanan tanaman terhadap cekaman salinitas dapat dievaluasi pada fase-fase tersebut. Toleransi tanaman legum terhadap cekaman salinitas beragam antar spesies maupun varietas. Batas kritis tingkat salinitas berdasarkan penurunan hasil pada tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau berturutturut adalah 5 dS/m, 3,2 dS/m,dan 1–2,65 dS/m. Pemahaman pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman sangat berguna untuk menentukan strategi pengelolaannya. Informasi mengenai mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas dari aspek morfologis, fisiologis, maupun biokimia tanaman sangat diperlukan dalam mengembangkan kultivar yang toleran. Penggunaan kultivar toleran merupakan salah satu upaya mengatasi masalah salinitas yang praktis dan ekonomis.
PENGARUH PUPUK ORGANIK KAYA HARA SANTAP NM1 DAN SANTAP NM2 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PADA TANAH VERTISOL Siti Muzaiyanah; Afandi Kristiono; Subandi Subandi
Buletin Palawija Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v13n1.2015.p74-82

Abstract

Di Indonesia, rata-rata produktivitas kedelai Indonesia yang sebagian besar diusahakan pada lahan non-masam masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain kesuburan atau kandungan hara dalam tanah rendah. Oleh karenanya pemupukan yang sesuai merupakan salah satu upaya penting yang harus mendapat perhatian dalam meningkatkanproduktivitas kedelai nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk organik kaya hara Santap NM1 dan Santap NM2 beserta kombinasinya dengan pupuk anorganik (Phonska berkandungan 15% N, 15% P2O5, 15% K2O, dan 10% S) dalam memperbaiki pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah Vertisol. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Ngale (Ngawi, Jawa Timur), mulai bulan Februari hingga April 2012. Percobaan menggunakan 12 perlakuan pemupukan (meliputi beberapa jenis, takaran, dan kombinasi pupuk) disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pada tanah Vertisol, penggunaan pupuk Santap NM1 dan Santap NM2baik secara terpisah maupun yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik (Phonska) meningkatkan jumlah bintil akar efektif, kandungan klorofil dalam daun, dan tinggi tanaman kedelai varietas Anjasmoro.Hal ini juga meningkatkan jumlah polong isi per tanaman, bobot 100 biji, dan hasil biji kedelai. Penggunaan pupuk organik Santap NM1 atau SantapNM2 pada takaran 1.500 kg/ha mampu menggantikan 50% takaran pupuk anorganik NPKS, setara dengan 150 kg Phonska dan memberi hasilkedelai 2,21–2,56 t/ha.
PENGARUH AMELIORASI TANAH SALIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU Sri Wahyuningsih; Afandi Kristiono; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.406 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v15n2.2017.p69-77

Abstract

Salinitas menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktivitas tanaman. Ameliorasi tanah salin diperlukan untuk mengurangi pengaruh buruk salinitas tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggap kacang hijau terhadap ameliorasi pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balitkabi Malang pada Maret-Juni 2014 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial, lima ulangan. Faktor I adalah dua tingkat salinitas tanah yaitu: tanah dengan DHL 2-2,3 dS/m dan DHL 2,8-3,2 dS/m. Faktor II adalah pemberian amelioran terdiri atas kontrol, 120 kg K2O/ha, 2,5 t/ha dolomit, 2,5 t/ha gipsum, 2,5 t/ha organik. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan akar, indeks kandungan klorofil daun, hasil dan komponen hasil, analisis tanah sebelum tanam dan sesudah panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan salinitas tanah 2,0-2,3 dS/m dan 2,8-3,2 dS/m berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Semua peubah pertumbuhan dan komponen hasil mengalami penurunan akibat peningkatan salinitas kecuali kandungan klorofil daun yang relatif tetap. Pemberian amelioran gipsum dosis 2,5 t/ha berpeluang efektif memperbaiki pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Penambahan amelioran yang mengandung K, Ca, dan Mg mampu meningkatkan kandungan hara K, Ca, dan Mg serta memperbaiki keseimbangan K/Na, Ca/Na, dan Mg/Na dalam tanaman, namun tidak efektif mengurangi pengaruh negatif salinitas. Diperlukan pencucian garam dari daerah perakaran untuk menurunkan tingkat salinitas agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Kata kunci: salinitas, ameliorasi, kacang hijau
RESPONS TANAMAN KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU TERHADAP CEKAMAN SALINITAS Afandi Kristiono; Runik Dyah Purwaningrahayu; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.882 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n26.2013.p45-60

Abstract

Salinitas yang tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman osmotik, ketidak seimbangan hara, toksisitas ion tertentu, dan cekaman oksidatif. Cekaman tersebut mempengaruhi hampir semua proses fisiologis dan biokimia serta tahap pertumbuhan tanaman. Fase perkecambahan dan pertumbuhan semaian adalah fase kritis terhadap cekaman salinitas bagi sebagian besar tanaman, termasuk kedelai (Glycine max L. Merr.), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek), sehingga ketahanan tanaman terhadap cekaman salinitas dapat dievaluasi pada fase-fase tersebut. Toleransi tanaman legum terhadap cekaman salinitas beragam antar spesies maupun varietas. Batas kritis tingkat salinitas berdasarkan penurunan hasil pada tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau berturutturut adalah 5 dS/m, 3,2 dS/m,dan 1–2,65 dS/m. Pemahaman pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman sangat berguna untuk menentukan strategi pengelolaannya. Informasi mengenai mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas dari aspek morfologis, fisiologis, maupun biokimia tanaman sangat diperlukan dalam mengembangkan kultivar yang toleran. Penggunaan kultivar toleran merupakan salah satu upaya mengatasi masalah salinitas yang praktis dan ekonomis.
TANGGAP TANAMAN KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN AMELIORAN PADA TANAH SALIN Afandi Kristiono; Sri Wahyuningsih; Abdullah Taufiq
Buletin Palawija Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.589 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v13n1.2015.p55-63

Abstract

Ameliorasi adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ameliorasi terhadappertumbuhan dan hasil kacang tanah pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balitkabi pada bulan Maret – Juni 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial. Faktor I adalah dua tingkat salinitas tanah (tanah dengan DHL 2,0–2,3 dS/m dan DHL 2,8–3,2 dS/m). Faktor II adalah pemberian amelioran (kontrol, 120 kg K2O/ha, 2,5 t/ha dolomit, 2,5 t/ha gipsum, 2,5 t/ha pupuk kandang). Varietas kacang tanah yang digunakan adalah Domba (tipe Valencia). Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan akar, indeks kandungan klorofil, hasil dan komponen hasil, analisis tanah sebelum tanam dan sesudah panen serta analisis tanaman saat panen. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan kacang tanah terhambat dan gagal membentuk polong meskipun pada perlakuan salinitas rendah (2,0–2,3 dS/m). Pemberian amelioran 120 kg/ha K2O, dolomit, gipsum, dan pupuk kandang dengan dosis 2,5 t/ha meningkatkan kandungan hara K, Ca, dan Mg serta memperbaiki keseimbangan K/Na, Ca/Na, dan Mg/Na, tetapi tidak efektif memperbaiki pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Berdasarkan data tersebut, tampaknya diperlukan pencucian garam di daerah perakaran untuk menurunkan tingkat salinitas agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Produktivitas Tumpangsari Kedelai dengan Jagung pada Akhir Musim Hujan di Lahan Kering Beriklim Kering (Productivity of Soybean Intercropping with Maize at the End of Rainy Season in Dry Land with Dry Climate ) Afandi Kristiono; Siti Muzaiyanah; Dian Adi Anggraeni Elisabeth; Arief Harsono
JURNAL PANGAN Vol. 29 No. 3 (2020): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v29i3.495

Abstract

ABSTRAK Luas panen kedelai di Indonesia pada 2017 hanya mencapai 355.799 ha dengan produksi 538.728 ton. Untuk mencapai swasembada, luas panen tersebut harus dapat ditingkatkan menjadi 1,2 juta ha dengan produktivitas 1,6 ton/ha. Peningkatan luas panen kedelai dapat dilakukan pada lahan kering dan iklim kering yang pemanfaatannya belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produktivitas dan kelayakan teknis paket teknologi budidaya kedelai tumpang sari dengan jagung di lahan kering beriklim kering. Penelitian dilaksanakan pada musim hujan (MH) 2017/2018 di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada zona iklim D3 (3–4 bulan basah/tahun) dengan jenis tanah vertisol, mengikuti pola tanam padi gogo – jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara tanam tumpang sari kedelai dengan jagung baris ganda setelah panen padi gogo, mampu memberikan hasil biji jagung kering 2,03 ton/ha dan kedelai 1,50 ton/ha. Cara tanam ini lebih menguntungkan daripada tanam jagung atau kedelai monokultur yang berturut-turut memberikan hasil 3,50 ton/ha dan 1,85 ton/ha biji kering. Hasil kedelai dan jagung pada saat penelitian tidak maksimal karena selama pertumbuhan curah hujan hanya 194 mm, sehingga tanaman terutama jagung mengalami cekaman kekeringan. Keuntungan usahatani kedelai monokultur, jagung monokultur, dan kedelai tumpang sari dengan jagung berturut-turut adalah Rp8.633.500,00; Rp5.039.400,00; dan Rp11.090.600,00 per ha. Tumpang sari kedelai dengan jagung mampu memanfaatkan lahan lebih efisien dengan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) 1,39. kata kunci: jagung, kedelai, lahan kering beriklim kering, tumpang sari ABSTRACT Soybean harvested area in Indonesia in 2017 only reached 356,799 ha with a total production of 538,728 tons. To achieve self-sufficiency, the harvested area must be increased to 1.2 million ha with a productivity of 1.6 tons/ha. To increase the harvested area, soybean can be developed in a dry land with dry climate that has not been utilized optimally. The study aimed to evaluate the productivity and technical feasibility of soybean intercropping with maize in a dry land with a dry climate. The study was conducted in the rainy season of 2017/2018 at Tegaldlimo Sub-district, Banyuwangi Regency, East Java Province in the D3 climate zone (3–4 wet months/year) at vertisol soil using the cropping pattern of upland rice-maize.The results indicated that soybean is intercropping with maize in a double row after upland rice harvesting was able to provide the dry seeds yield of maize 2.03 tons/ha and soybean 1.50 tons/ha. This planting method was more profitable compared to maize monoculture yielding 3.50 tons/ha or soybean monoculture yielding 1.85 tons/ha dry seeds yield. The yields of soybean and maize in the study were not optimal due to low precipitation to only 194 mm during the plant growth, so the crops, particularly the maize experienced drought stress. The benefits of soybean monoculture, maize monoculture, and soybean intercropping with maize farming were 8,633,500 IDR, 5,039,400 IDR, and 11,090,600 IDR per ha, respectively. The soybean intercropping with maize was also able to utilize land more efficiently with a Land Equivalent Ratio (LER) of 1.39. keywords: maize, soybean, dry land with dry climate, intercropping