Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza; Agus Kardinan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli-tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham-bat formula minyak serai wangi (air + elmul-sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka-pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli-tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2 metode : (1) Metode zona penghambatan, de-ngan dosis perlakuan 20 µl, kapang uji adalah kapang kontaminan asal buah merah segar; (2) Metode cawan dengan pengenceran bertingkat, kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen-trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi-nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam-puan menghambat pertumbuhan Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp. Persentase penghambatan per-tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari setelah perlakuan, dengan persentase pengham-batan terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak mampu tumbuh pada konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per-tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se-besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah perlakuan. 
DETEKSI CENDAWAN KONTAMINAN PADA SISA BENIH JAHE MERAH DAN JAHE PUTIH KECIL Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian pada rimpang jahe  (Zingi-ber officinale), yang tidak memenuhi kualifi-kasi sebagai benih, telah dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sejak Desember 2007 sampai Juli 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi cendawan kontaminan pada rimpang jahe merah dan putih kecil. Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu (1) Metode pengenceran, (2) Metode tanam lang-sung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode pengenceran, pada rimpang jahe merah dan jahe putih kecil didapatkan jumlah kontaminan sebesar 6,3 x 105 cfu/g sampel dan 0,93 x 105 cfu/g sampel. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pada jahe merah didapatkan 4 genus cendawan, yaitu : Fusarium spp. (24,40%), Aspergillus spp. (4,39%), Penicillium spp. (2,19%), dan Absidia sp. (1,46%). Sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan Penicillium sp. (48,39%), Fusarium sp. (26,87%). Hasil penelitian dengan metode tanam langsung menunjukkan bahwa pada jahe merah ditemukan Rhizopus sp., sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan 5 isolat Fusarium sp. 
PENGARUH BEBERAPA TARAF KONSENTRASI BA TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS CINCAU HITAM (Mesona palustris) IN VITRO Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Sitti Fatimah Syahid
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 17, No 1 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v17n1.2006.%p

Abstract

Mesona palustris is one of the medi-cinal plant which is potential to be developed. Recently, the agribisnis of this plant commo-dity is considered to be potential. To support  the availability of plant material, propagation by tissue culture technique being a good alternative for mass production. This expe-riment was conducted from January to April 2005 at the Tissue Culture Laboratory of Indonesian Spices and medicinal Crops Research Institute (ISMECRI) in Bogor. The objective of this research was to find out the effect of several concentrations of BA on shoot multiplication of Mesona palustris. The treatments tested were several concentrations of BA e.g. : 0.0 ( control); 0.2 ; 0.4; 0.6; and 0.8 mg/l. Experiment was arranged in a com-pletely randomized design with six replica-tions. The parameters observed were number of shoots, length of shoots, number of leaves, and percentage of rooting shoots, at 3, 5, and 9 week after culture (WAC). The result showed that the use of 0,2 mg/l BA performed the best shoots growth multiplication with a relatively high rate of increased shoots num-ber and percentage of rooting shoots, at 3 to 9 WAC. Abundant shoots number (21.00 shoots), with length of shoots of 5.92 cm, leaves number of 13.00, and percentage of rooting shoots of 83.33% was obtained on MS + BA 0.2 mg/l, 9 WAC. 
KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN MOLEKULER SERTA PENGENDALIAN VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KERDIL PADA LADA MIFTAKHUROHMAH MIFTAKHUROHMAH; RODIAH BALFAS
Perspektif Vol 13, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v13n1.2014.%p

Abstract

ABSTRAKPiper yellow mottle virus (PYMoV) dan Cucumber mosaik virus  (CMV)  adalah  penyebab  penyakit  kerdil    yang merupakan  satu  penyakit  utama  pada  lada. Perkembangan  penelitian  tentang  penyakit  ini  dan pengendaliannya berlangsung lambat. Hasil penelitian terkini  menyebutkan  bahwa  gejala  penyakit  akibat infeksi tunggal virus adalah berupa klorotik pada daun, sedangkan  infeksi  ganda  menyebabkan  gejala  lebih parah sampai tanaman kerdil. PYMoV yang tergolong ke dalam genus Badnavirus memiliki genom DNA dengan panjang 7.662  nukleotida,  sedangkan  CMV (Cucumovirus) pada lada tergolong ke dalam subgrup I, dekat  dengan  CMV  dari  sirih  dan  Indian  long  pepper.Kedua virus ini menyebar sangat efektif melalui bahantanaman  yang  diperbanyak  secara  vegetatif,  serangga vektor  atau  secara  mekanis.  PYMoV  memiliki  kisaran inang  yang  sempit,  sedangkan  CMV  kisaran  inangnya luas. Kehadiran virus dapat dideteksi secara serologi di Indonesia  dengan  antiserum  BSV.  Secara  molekuler deteksi dilakukan dengan PCR. Pengendalian virus yang disarankan  adalah  secara  preventif,  yaitu  penggunaan bahan  tanaman  bebas/tahan  virus,  pengendalian serangga  vektor  dan  sanitasi  lingkungan.  Perlu dukungan penelitian tentang potensi penularan kedua virus  melalui  biji  dan  vektor  lain,  jenis  tanaman  inang lain  dari  famili  Piperaceae,  mendapatkan  protokol standar  multiplex  PCR,  dan  produksi  bahan  tanaman bebas dan tahan virus.Kata kunci:  PYMoV,  CMV,  penularan,  deteksi, pengendalian  Characteristics and Molecular Biology and Control of Viral Diseases of Dwarf PepperABSTRACTPiper  yellow  mottle  virus  (PYMoV)  and  Cucumber mosaic  virus (CMV)  are  the  causal  agents  of  dwarf disease,  one  of  the  major  diseases  on  pepper.  The development of research on the disease and its control is  slow.  The  results  of  the  current  study  states  that  the symptoms  of  diseases  caused  by  a  single  infectious  virus is a chlorotic on leaves, whereas double infection causes  more  severe  symptoms  until  the  dwarf  plants.PYMoV  belonging  to  the  genus  Badnavirus  have genomic  DNA  with  a  length  of  7,662  nucleotides, whereas CMV (Cucumovirus) on pepper belong to the subgroup  I,  close  to  CMV  of  betel  and  Indian  long pepper.  Both  of  these  viruses  spread  very  effectively through plant material which propagated vegetatively, insect  vectors  or  mechanically.  PYMoV  has  a  narrow host  range,  whereas  CMV  has  a  wide  host  range. The presence of the virus can be detected serologically in  Indonesia  with  antiserum  BSV.  Molecular  detection performed  by  PCR.  Management  strategies  to  control virus  are :  using  virus­free  plant  material,  insect vector  control  and  environmental  sanitation.  The research  support  which  are  required  :  the  potential  of virus  transmission  through  seeds  and  other  vectors, other  host  plants  from  Piperaceae,  get  a  standard multiplex PCR protocol and production of virus­free and  resistant plant material.Keyword :  PYMoV,  CMV,  transmission,  detection, control
DETEKSI CENDAWAN KONTAMINAN PADA SISA BENIH JAHE MERAH DAN JAHE PUTIH KECIL Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian pada rimpang jahe  (Zingi-ber officinale), yang tidak memenuhi kualifi-kasi sebagai benih, telah dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sejak Desember 2007 sampai Juli 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi cendawan kontaminan pada rimpang jahe merah dan putih kecil. Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu (1) Metode pengenceran, (2) Metode tanam lang-sung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode pengenceran, pada rimpang jahe merah dan jahe putih kecil didapatkan jumlah kontaminan sebesar 6,3 x 105 cfu/g sampel dan 0,93 x 105 cfu/g sampel. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pada jahe merah didapatkan 4 genus cendawan, yaitu : Fusarium spp. (24,40%), Aspergillus spp. (4,39%), Penicillium spp. (2,19%), dan Absidia sp. (1,46%). Sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan Penicillium sp. (48,39%), Fusarium sp. (26,87%). Hasil penelitian dengan metode tanam langsung menunjukkan bahwa pada jahe merah ditemukan Rhizopus sp., sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan 5 isolat Fusarium sp. 
EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza; Agus Kardinan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli-tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham-bat formula minyak serai wangi (air + elmul-sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka-pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli-tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2 metode : (1) Metode zona penghambatan, de-ngan dosis perlakuan 20 µl, kapang uji adalah kapang kontaminan asal buah merah segar; (2) Metode cawan dengan pengenceran bertingkat, kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen-trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi-nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam-puan menghambat pertumbuhan Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp. Persentase penghambatan per-tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari setelah perlakuan, dengan persentase pengham-batan terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak mampu tumbuh pada konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per-tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se-besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah perlakuan.