Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Kajian Situasi Cengkeh di Indonesia Agus Wahyudi; Ekwasita Rini Pribadi
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 1, No 1 (1986): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v1n1.1986.1-9

Abstract

Kajian situasi cengkeh di Indonesia dianalisis dari segi produksi dan kebutuhan cengkeh. Data yang digunakan adalah data deret berkala tahun 1959-1983 (25 tahun). Produksi dan kebutuhan cengkeh selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1984-1991 Indonesia masih memungkinkan untuk swasembada, jika usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi terus dilaksanakan.
Pengaruh Pencapaian Kebijakan Penerapan Bea Ekspor dan Gernas Kakao terhadap Kinerja Industri Hilir dan Penerimaan Petani Kakao (Suatu Pendekatan Dinamika Sistem) Abdul Muis Hasibuan; Rita Nurmalina; Agus Wahyudi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2012.p157-170

Abstract

Indonesia merupakan salah satu produsen biji kakao terbesar di dunia, namun produksi kakao olahan masih sangat rendah dan industri hilir tidak berkembang. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pencapaian kebijakan gernas dan penerapan bea ekspor kakao terhadap kinerja industri hilir dan penerimaan petani kakao. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan dianalisis dengan pendekatan dinamika sistem. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi aktual kemampuan industri pengolahan kakao dalam menyerap produksi kakao selama periode analisis (2008-2025) mengalami tren yang menurun. Demikian juga dengan pangsa volume dan nilai ekspor produk kakao olahan serta penerimaan petani. Kebijakan gernas kakao dan penetapan bea ekspor kakao secara simultan mampu meningkatkan kemampuan industri pengolahan dalam menyerap produksi biji kakao domestik. Kebijakan tersebut juga mampu meningkatkan pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan. Namun, kebijakan tersebut hanya mampu mengangkat penerimaan petani yang mengikuti program gernas kakao, sedangkan petani yang tidak mengikuti program gernas memiliki tingkat penerimaan yang lebih rendah dibandingkan kondisi aktual. Dengan demikian kebijakan gernas kakao dan bea ekspor lebih cenderung berdampak positif terhadap industri pengolahan, namun berdampak negatif kepada petani yang tidak terlibat dalam program gernas kakao.  The Impact of Export Tax Policy and Cocoa “Gernas” Program Achievement to Cocoa Downstream Industry Performance and Farmers’ Revenue (A System Dynamic Approach)ABSTRACT Indonesia is one of main producing countries of cocoa in the world. Most products yielded is however in form of processed cocoa due to the cocoa processing industries are not developed well. The objectives of this study was to analyze the impact of “Gernas” (National action) and export tax policy on cocoa downstream industry performance and farmers' revenue. This study used secondary data and system dynamic approach. The analysis showed that the actual conditions of the cocoa processing industry's ability to absorb production of cocoa bean during period of 2008-2025 has been in declining trend, as well as share of processed cocoa export and farmers' revenue. Applying of gernas and export tax policy scenario simultaniously was able to increase the ability of processing industry to absorb domestic production of cocoa beans and the share of processed cocoa export. However, the policies are only able to raise the revenue of farmers who join the “Gernas” policy, while the farmers who do not follow the program, have lower revenue than the actual conditions. As a whole, the policies tend to give positive impact for processing industry of coca bean, but not for those farmers who do not follow the programs
Profile and Feasibility of Cocoa Farming System in Kolaka, Southeast Sulawesi Ermiati Ermiati; Abdul Muis Hasibuan; Agus Wahyudi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n3.2014.p125-132

Abstract

Limitation of land tenure and productivity in farmers’ level causing lower farmers income. Kolaka District is one of cocoa main producers in Southeast Sulawesi with a large number of farmers. The objective of this study was to investigate the profile and feasibility of cocoa farming system in farmers level. The research was conducted at Atula and Dangia Village, Ladongi Subdistrict, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi, in April to July 2012. Data was collected by survey method and direct interview with 30 farmers.  Data was analyzed descriptively and feasibility analysis method with criteria of benefit cost ratio (B/C ratio), net present value (NPV), and internal rate of return (IRR). The result showed that cocoa farming system is feasible (NPV of IDR19,646,384.00; B/C ratio of 2,87 and IRR of 51%). Farmers income was of IDR7,697,674.00 per year (IDR641,743.00 per month). If the yield is constant (773 kg/ha), then price break even point (BEP) is IDR8,043.00/kg. If the price is constant (IDR18,000.00/kg), then BEP of yield is 345,5 kg/ha/year. This result showed that cocoa farming gives a relatively low level of income for farmers, eventhough it is feasible. Based on those analysis, minimum area of 2 ha per households or productivity of 1.5 ton/ha/yr required to meet income decent life.
Penguatan Kelembagaan untuk Peningkatan Posisi Tawar Petani dalam Sistem Pemasaran Kakao Dewi Listyati; Agus Wahyudi; Abdul Muis Hasibuan
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n1.2014.p15-28

Abstract

Kelembagaan petani kakao masih sangat lemah sehingga membuat posisi tawar petani menjadi lemah menghadapi sistem pasar yang ada. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelembagaan yang ada di sentra produksi kakao Sulawesi Tenggara serta merumuskan strategi penguatan kelembagaan untuk meningkatkan posisi tawar petani dalam sistem pemasaran kakao. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2012 di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat model kelembagaan, yaitu model Gapoktan Harapan Jaya (GHJ), Gapoktan Kakao Bina Karya (GKBK), Gapoktan Kakao Maju Makmur (GKMM), dan tanpa gapoktan (TGKT). Dari empat model tersebut, model GHJ telah berkembang menjadi koperasi dan lebih baik dari yang lainnya dalam menjalankan fungsinya, yaitu dalam pemilihan pengurus, pemberian reward and punishment, penyedia sarana produksi dan pembiayaan, serta pengolahan hasil dan pemasaran. Model ini berperan mengadvokasi petani agar melakukan proses fermentasi biji kakao melalui rangsangan selisih harga. Untuk lebih menguatkan posisi tawar petani, dikembangkan konsep Model Kelembagaan Kakao yang merupakan kemitraan antara organisasi petani dengan industri pengolahan serta beberapa elemen terkait lainnya, yaitu petani/kelompok tani/gapoktan/asosiasi petani, industri pengolahan kakao, lembaga pembiayaan, lembaga penyuluhan, pemerintah, perguruan tinggi/lembaga litbang dan instansi terkait. Dalam model ini, asosiasi petani memegang peran penting sebagai lembaga pemasaran bersama yang berada di tingkat Kabupaten untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap industri pengolahan/eksportir.Kata Kunci: Model kelembagaan, petani kakao, harga, industri, pengolahan kakaoInstitutional cocoa farmers is still very weak that cause low bargaining position of farmers in existing market system. The objectives of this study were to analyze the existing institutional in Southeast Sulawesi as cocoa production centers and to formulate the institutional model in improving bargaining position of farmers in the cocoa marketing system. The survey conducted in June-October 2012 at Kolaka, Southeast Sulawesi Province. The results showed that there were four models of farmer’s institution, namely Gapoktan Harapan Jaya (GHJ), Gapoktan Kakao Bina Karya (GKBK), Gapoktan Kakao Maju Makmur (GKMM) and no farmers group. Of the four models, GHJ models are better than the others in carrying out its functions such asin the election of the board, giving reward and punishment, providing of agricultural inputs, financing, processing and marketing. This model had developed into a cooperative. In addition, this model also plays a role in advocating farmers to make the process of fermentation of cocoa beans, so that the price can be slightly higher than non-fermented, the price difference considered as the advantages for farmers. To strengthening the bargaining position of farmers, the concept of institutional models of cocoa which is a partnership between farmers and the processing industry organizations as well as several other institutions have been developed. At this model, farmers association has important roles to strengthen farmer’s bargaining to the industrial/exporter.
Peran Organisasi Petani dalam Mengoptimalkan Kinerja Rantai Pasok dan Pembentukan Nilai Tambah Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Abdul Muis Hasibuan; Agus Wahyudi; Dewi Listyati; Asif Aunillah; Ermiati Ermiati; Maman Herman
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v2n1.2015.p1-12

Abstract

Cultivation of cocoa in Indonesia is dominated by small farmers who have not been well organized, so they usually marginalized in the cocoa agribusiness systems. This study aimed to analyze the role of farmer organizations in an effort to optimize the performance of the cocoa supply chain and value addition in cocoa value chain system. The research was conducted in Kolaka, Southeast Sulawesi from February to October 2012. The collected data is primary and secondary data by conducting in-depth interviews to farmers/farmer groups, traders and exporters/industry. All of the data and information were analyzed by supply chain approach and added value. The results showed that the condition of farmers' organizations in Kolaka very diverse and can be grouped into four models according to the activity and its role in the supply chain and value addition of cocoa beans. Farmer organizations led by Model A was able to give farmers a better share than others, i.e. 99.43% for fermented cocoa bean and 96.92% for unfermented. Similarly, added value for farmers were IDR509.00/kg for fermented cocoa beans and IDR1,019.00/kg for unfermented. Therefore, farmers' organizations need to be directed to be more efficient on cocoa beans distribution and marketing that create a well performance of supply chain system and provide added value to the farmer.
STRATEGI STABILISASI KINERJA PASAR CENGKEH NASIONAL / Stabilitation Strategy of National Clove Market Performance Agus Wahyudi
Perspektif Vol 15, No 1 (2016): Juni, 2016
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v15n1.2016.73-85

Abstract

Clove (Syzigium aromaticum L. Marr. and Perr.) is one of the main raw materials in the kretek cigarette industry. The development of the clove market performance experienced ups and downs in the last four decades. The demand for clove almost consistently grew, while the production fluctuate in the short term and tends to increased in the last ten years. This review is aimed to analyze the market performance stabilization strategy through the development of national program and supply management policies. The analytical framework used in developing the strategy are (1) the analysis of the situation, (2) analysis of strategies for achieving the desired situation, and (3) analysis of the policies needed to accelerate the realization of the situation. Clove market situation that occurs at this time shows nearly balanced, in which the demand for cigarette industry can almost be met from national production in the long term. Therefore, the strategies are to encourage national production by pushing plant productivity through intensification and rehabilitation of existing plants. Area extention will naturally happen if the situation of balance between demand and supply maintainedin the long term. Price fluctuations that occur because of their short-term fluctuations in the production of each year handled through supply chain management. Therefore technical policy, institutional and financial required to facilitate the access of farmers to acquire bank financing such schemes to harvest and post-harvest financing and implementation of warehouse receipt system to provide alternatives to farmers when the price fall.
PENGKAJIAN USAHATANI INTEGRASI SERAIWANGI-TERNAK SAPI Ermiati Ermiati; Ekwasita Rini Pribadi; Agus Wahyudi
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 26, No 2 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v26n2.2015.133-142

Abstract

Sistem usahatani integrasi seraiwangi-ternak sapi dapat meningkatkan nilai tambah, menjamin kelestarian sumber daya alam, meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Penelitian bertujuan untuk mengkaji sistem usahatani seraiwangi-ternak sapi yang dilakukan di Kebun Percobaan Manoko Lembang, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Indonesia pada April 2014. Parameter yang diamati meliputi; produksi seraiwangi, ampas hasil penyulingan minyak seraiwangi, minyak seraiwangi, kotoran sapi, harga sapi dan produksi susu sapi. Data dianalisa menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C) rasio dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem usahatani seraiwangi-ternak sapi layak diusahakan dan memberi keuntungan ganda kepada petani. Untuk usahatani seraiwangi dengan total produksi sebanyak 270.000 kg ha-1 (=1.755 liter minyak seraiwangi), @ Rp 500,- kg-1 basah dengan DF 15% per tahun, memberikan NPV sebesar Rp 37.462.817,-, B/C rasio = 1,44 dan IRR = 35,96%. Penyulingan minyak seraiwangi berbahan bakar kayu dengan harga minyak Rp 170.000,- liter-1, memberikan NPV sebesar Rp 38.947.118,-, B/C Rasio 1,28 dan IRR 29,45%. Sedangkan dengan memakai biogas memberikan NPV, B/C Rasio dan IRR lebih tinggi, masing-masing Rp 64.575.654,-, 1,55 dan 36,27%. Limbah penyulingan daun seraiwangi yang dihasilkan sekitar 44.797 kg ha-1 tahun-1, ini dapat digunakan sebagai pakan 5-6 ekor sapi. Untuk budidaya ternak sapi, memberikan NPV Rp 61.302.125,-, B/C Rasio 1,42 dan IRR 42,60 % selama 6 tahun.
PENGARUH GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS LADA UNTUK PENYEDIAAN BENIH SECARA CEPAT Setiawan Setiawan; Agus Wahyudi
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 25, No 2 (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v25n2.2014.111-118

Abstract

Tanaman lada (Piper nigrum) dapat diperbanyak dengan biji, setek, layering dan grafting, maupun kultur jaringan. Metode perbanyakan untuk menghasilkan benih secara cepat (rapid multiplication method) telah dikembangkan untuk memperoleh benih dalam waktu singkat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian GA3 terhadap pertumbuhan lada dengan rapid multiplication method. Penelitian dilaksanakan Mei sampai Desember 2013 di KP. Cimanggu.. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun secara faktorial tiga  ulangan. Faktor  pertama  adalah  bahan  tanaman  yaitu  tujuh  varietas  lada  yaitu  Natar-1,  Natar-2,  Petaling-1,  Petaling-2, Lampung Daun Lebar, Bengkayang dan Chunuk. Faktor kedua adalah dosis GA3 yaitu 0, 50, dan 100 ppm. Pengamatan dilakukan terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah buku berakar, jumlah dan panjang akar primer, jumlah dan panjang akar adventif, luas daun dan bobot kering biomas. Hasil menunjukkan bahwa tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, jumlah buku berakar, jumlah akar adventif, panjang akar adventif, jumlah akar primer dan panjang akar primer dipengaruhi oleh interaksi varietas dan GA3. Bobot kering akar, bobot kering daun, bobot kering batang dan bobot kering akar adventif dipengaruhi oleh fakt or tunggal varietas dan GA3. Varietas Petaling-2 dan LDL pada aplikasi GA3 100 ppm menghasilkan buku berakar tertinggi masing-masing 11 dan 10 buku.
ANALISIS KELAYAKAN DAN FINANSIAL DALAM PENYEDIAAN BENIH BERMUTU JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) Sujianto Sujianto; Agus Wahyudi
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 26, No 1 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v26n1.2015.77-86

Abstract

Tingginya minat petani menanam jahe merah meningkatkan permintaan benih bermutu. Benih yang sehat dan berviabilitas tinggi merupakan faktor input yang paling menentukan produktivitas tanaman disamping faktor lainnya seperti pupuk dan pestisida. Ketersediaan benih merupakan pasokan input yang secara berkelanjutan harus terjamin mutunya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan kendala penyediaan benih jahe melalui budidaya dalam polibag, sertifikasi dan sistem mutu benih. Analisis kelayakan finansial dilakukan pada usaha agribisnis perbenihan jahe merah. Penelitian di lakukan di Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor, Jawa Barat. Analisis kualitatif menggunakan software SWOTchart.xls berbasis Microsoft Excel. Pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk melihat tingkat kelayakan usaha meliputi perhitungan struktur biaya, analisis R/C rasio, B/C rasio, dan Net Present Value (NPV). Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor dalam sistem budidaya perbenihan jahe merah dalam polibag secara bersama dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Berdasarkan analisis finansial, kegiatan usaha perbenihan jahe dalam polibag menguntungkan (profitable) dengan R/C rasio dan B/C rasio berturut-turut sebesar 2,13 dan 1,13 serta NPV (13%) bernilai positif. Komposisi dan jumlah total biaya perbenihan jahe dalam polibag memerlukan modal lebih tinggi dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional.
Analisis Kinerja dan Daya Saing Perdagangan Biji Kakao dan Produk Kakao Olahan Indonesia di Pasar Internasional Abdul Muis Hasibuan; Rita Nurmalina; Agus Wahyudi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2012.p57-70

Abstract

Kakao merupakan komoditas yang sangat penting bagi Indonesia sebagai salah satu negara eksportir utama kakao  dalam perdagangan internasional. Pasar kakao dunia masih memiliki potensi sangat tinggi, yang ditunjukkan oleh peningkatan konsumsi sehingga Indonesia diharapkan mampu meraih peluang pasar yang ada. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja dan daya saing perdagangan biji kakao dan produk-produk kakao olahan Indonesia di pasar internasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk mengukur daya saing produk kakao Indonesia menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA), Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), Export Product Dynamics (EPD), dan Constant Market Share Analysis (CMSA). Hasil analisis menunjukkan bahwa Indonesia mengalami surplus dalam perdagangan kakao, yang ditunjukkan oleh tren yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif sebagai eksportir biji kakao dan kakao olahan di pasar internasional. Hasil analisis EPD dan CMSA, terdapat sedikit perbedaan. Analisis EPD hampir semua produk kakao memiliki daya saing, sedangkan analisis CMSA menunjukkan produk-produk kakao yang memiliki daya saing adalah produk-produk kakao olahan. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan daya saing produk kakao, baik dalam bentuk biji maupun produk olahan, diperlukan upaya peningkatan kualitas biji kakao dan pengembangan industri hilir. Analysis of performance and competitiveness of Indonesian cocoa and its intermediate products in the international marketABTRACT Cocoa is an important commodity for Indonesia, known as the third largest producing countries after Ivory Coast and Ghana. In the world market, the cocoa likely possesses high potency indicated by its consumption increasing steadily from year to year. It therefore enables Indonesia to play an important role and reach the chance. This study aims to analysis the performance and competitiveness of Indonesian cocoa bean and its intermediate products in the international market. Data used in this study were secondary on which competitive measures such as Revealed Comparative Advantage (RCA), Trade Specialization Index (TSI), Export Product Dynamics (EPD), and Constant Market Share Analysis (CMSA) were approached. Results showed that the country has surplus in trade performance of cocoa bean indicated by its positive trend recently.  As the main exporting country, Indonesian cocoa has comparative advantage, both in form of cocoa bean and its intermediate products. Based on EPD analysis, almost all cocoa products have competitive advantage. While that of CMS analysis, the intermediate products have a higher competitive advantage than the cocoa bean. To improve competitiveness of the products, it needs to develop downstream industry, and some efforts to improve cocoa bean quality.