Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

POTENSI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A. & J.H. Schult. Kurz) SEBAGAI OBAT DI BALI Wawan Sujarwo; Ida Bagus Ketut Arinasa; I Nyoman Peneng
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Publikasi yang mengungkap tentang peng-gunaan bambu dalam dunia pengobatan masih sedikit sekali bila dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Penelitian ini bertujuan mengangkat kearifan lokal yang ada di Bali tentang penggunaan bambu tali sebagai obat, mengetahui komponen kimia dasar penyusun bambu tali dan mengetahui kandungan senyawa kimia aktif yang berpotensi sebagai obat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, eksplorasi materi genetik, dan laboratorium (uji proksimat dan GCMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat belas respon-den (51,85%) menyatakan bahwa bambu tali berpotensi sebagai obat, berdasarkan lontar usada (kitab pengobatan tradisional Bali) dan sudah mempraktekannya secara langsung terhadap pasien. Akar bambu tali dapat mengobati kencing manis, kencing batu, maag, liver (sakit kuning), hipertensi, ginjal, kanker payudara, limpa, kanker darah, dan batuk. Sedangkan batang (buluh) bambu tali dapat digunakan untuk meremajakan kulit bekas luka, memper-lancar persalinan, mengobati luka, dan mengobati panas dalam. Pengujian prok-simat menunjukkan bahwa bambu tali mengandung protein 2,02% (akar)-4,72% (batang), lemak 6,71% (batang)-7,78% (akar), abu 4,05% (batang)-11,21% (akar), air 8,51% (akar)-8,51% (batang), karbohidrat 70,49% (akar)-76% (batang), pati 12,18% (batang)-13,07% (akar), serat 59,21% (batang)-62,67% (akar) dan antioksidan 29,91 ppm (batang)-42,88 ppm (akar). Pengujian gas chromato-graphy mass spectrometry (GCMS) menggunakan pelarut non polar (hexane) menunjukkan bahwa bambu tali mengan-dung asam lemak, baik asam lemak jenuh (palmitic acid, myristic acid, stearic acid, dan lain-lain) maupun asam lemak tidak jenuh (oleic acid dan lain-lain) serta senyawa lainnya (kurkumin, limonen, dan lain-lain). Ditemukan pula senyawa aromatik seperti toluene, naphthalene, dan 1,3,5-trimethyl benzene. 
STUDI POTENSI TANAMAN TEBU IRENG (Saccharum officinarum L.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN ANTIMIKROBA Putri Sri Andila; I Putu Agus Hendra Wibawa; I Nyoman Lugrayasa; Wawan Sujarwo
BERITA BIOLOGI Vol 20, No 1 (2021)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v20i1.3924

Abstract

Tebu ireng (Saccharum officinarum L.) merupakan jenis tebu lokal yang memiliki ciri khusus yaitu warna batangnya yang hitam.Secara tradisional tebu ireng dimanfaatkan sebagai obat penyakit diabetes.Selain dapat dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat diabetes, diyakini tebu ireng masih banyak menyimpan manfaat lain yang belum banyak diketahui. Studi ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak tebu ireng sebagai antioksidan dan antimikroba, ditinjau dari beberapa bagian tanamannya. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut methanol, uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH free radical scavenger menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar (Kirby-Bauer disc diffusion method). Hasil studi menunjukkan bahwa tebu ireng memiliki kemampuan sebagai antiokidan.Tingkat kepekatan warna dari tebu ireng berkorelasi dengan aktifitas antiokidannya.Ekstrak dari keseluruhan bagian tanaman tebu ireng efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus mutans, namun tidak efektif menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.Tebu ireng mengandung pigmen Antosianinserta kaya akan serat pangan .
POTENSI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A. & J.H. Schult. Kurz) SEBAGAI OBAT DI BALI Wawan Sujarwo; Ida Bagus Ketut Arinasa; I Nyoman Peneng
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Publikasi yang mengungkap tentang peng-gunaan bambu dalam dunia pengobatan masih sedikit sekali bila dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Penelitian ini bertujuan mengangkat kearifan lokal yang ada di Bali tentang penggunaan bambu tali sebagai obat, mengetahui komponen kimia dasar penyusun bambu tali dan mengetahui kandungan senyawa kimia aktif yang berpotensi sebagai obat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, eksplorasi materi genetik, dan laboratorium (uji proksimat dan GCMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat belas respon-den (51,85%) menyatakan bahwa bambu tali berpotensi sebagai obat, berdasarkan lontar usada (kitab pengobatan tradisional Bali) dan sudah mempraktekannya secara langsung terhadap pasien. Akar bambu tali dapat mengobati kencing manis, kencing batu, maag, liver (sakit kuning), hipertensi, ginjal, kanker payudara, limpa, kanker darah, dan batuk. Sedangkan batang (buluh) bambu tali dapat digunakan untuk meremajakan kulit bekas luka, memper-lancar persalinan, mengobati luka, dan mengobati panas dalam. Pengujian prok-simat menunjukkan bahwa bambu tali mengandung protein 2,02% (akar)-4,72% (batang), lemak 6,71% (batang)-7,78% (akar), abu 4,05% (batang)-11,21% (akar), air 8,51% (akar)-8,51% (batang), karbohidrat 70,49% (akar)-76% (batang), pati 12,18% (batang)-13,07% (akar), serat 59,21% (batang)-62,67% (akar) dan antioksidan 29,91 ppm (batang)-42,88 ppm (akar). Pengujian gas chromato-graphy mass spectrometry (GCMS) menggunakan pelarut non polar (hexane) menunjukkan bahwa bambu tali mengan-dung asam lemak, baik asam lemak jenuh (palmitic acid, myristic acid, stearic acid, dan lain-lain) maupun asam lemak tidak jenuh (oleic acid dan lain-lain) serta senyawa lainnya (kurkumin, limonen, dan lain-lain). Ditemukan pula senyawa aromatik seperti toluene, naphthalene, dan 1,3,5-trimethyl benzene. 
Pengaruh Lama dan Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas dan Struktur Kimia Arang Aktif Bagasse Effect of Time and Temperature Activation on Quality and Chemical Structure of Bagasse Activated Charcoal Wawan Sujarwo
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 7, No 2 (2009): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.193 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v7i2.232

Abstract

The aim of this research was to determine the effect of time and temperature activation on the quality and chemical structure of bagasse activated charcoal. The study was designed in a completely random design with 3 x 3 factorial, each treatment was 5 times repeated. Bagasse was carbonized in an electrical retort at 400oC for 3.5 hours, then activated at 800oC, 900oC and 1000oC for 30, 60 and 90 minutes at each temperature. The quality of bagasse activated charcoal showed that the yield was 72.57 ~ 91.78%, 5.90 ~ 9.58% moisture content, 39.70 ~ 52.70% volatile matter, 18.40 ~ 25.30% ash content, 26.30 ~ 36.70% fixed carbon, 8.44 ~ 13.40% benzena adsorption, 1036.18 ~ 1474.33 (mg/g) iodium adsorption, 121.91 ~ 124.80 (mg/g) methylene blue adsorption. The surface area of bagasse activated charcoal was 250.45 m2/g. The FTIR analysis indicated that surface of bagasse activated charcoal contained bonding of C-X, S═O, C-N, N-H and C═C. The SEM analysis showed that there were wide pore diameter and plenty of pores. The application of bagasse activated charcoal at two villages reduced the colour, turbidity and iron contents until 65%, 30% manganese contents while hardness of water and pH did not change