Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peningkatan Daya Saing Jambu Mente Menunjang Agribisnis ROBBER ZAUBIN; EDY MULYONO
Perspektif Vol 1, No 2 (2002): Desember 2002
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v1n2.2002.66-72

Abstract

Jambu mente (Anacardium occidentals L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa yang cukup penting. Pada tahu 1999 produksinya arealnya adalah 535 745 ha dengan produksi 86 924 ton. Dari + 46% produk mente yang diekspor, 94.4% berbentuk gelondong dan hanya 5.56% dalam bentuk kacang. Permintaan mente dunia adalah + 1000 000 ton, yang dipenuhi oleh India 30%, Brazil dan Afrika, masing-masing 20%, Vietnam 15% dan negara-negara penghasil mente lainnya 9%. Indonesia hanya memasok 6% dari kebutuhan dunia. Untuk dapat bersaing dengan negara-negara penghasil mente lainnya dipasar dunia, Indonesia harus dapat meningkatkan produktivitasnya secara efisien, meningkatkan mutu produknya dan melakukan diversifikasi. Permasalahan pada agribisnis jambu mente teruama berada pada sektor hulu. Biaya produksi sebenarnya dapat ditekan apabila digunakan bahan tanaman yang unggul pada wilayah yang memenuhi persyaratan tumbuhnya, diikuti dengan penerapan budidaya yang direkomendasikan. Perkebunan jambu mente yang ada kini pada umumnya terdiri atas bahan tanaman dengan potensi genetik yang rendah dan harus diganti dengan bahan tanaman yang unggul. Varietas unggul Gunung Gangsir dan tipe-tipe mente harapan dapat digunakan sebagai bahan menggantikan tanaman yang ada melalui penyambungan. Teknologi penyambungan (grafting) telah tersedia sehingga terbuka peluang untuk meningkatkan potensi produksi dari 350 kg/ha menjadi 1500 kg/ ha. Pemupukan merupakan salah satu komponen budidaya penting untuk mewujudkan Potensi produksi bahan tanaman,namun menerapannya tergantung pada kondisi perekonomian petani. Keterkaitan antara sektor budidaya dengan penyedia sarana produksi perlu ditingkatkan. Saat ini alat kacip yang baik telah tersedia dengan rendemen kacang utuh + 90%. Produk-produk jambu mente sampai kini masih berupa produk primer sehingga perlu diupayakan diversifikasi dengan mengacu pada permintaan pasar.Diversifikasi produk untuk menghasilkan produk-produk setengah jadi dan siap pakai sebaiknya dilakukan oleh sektor hilir, sedang teknologi proses dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyiapkan bahan bakunya ditransfer kepada sektor hulu. Buah semu jambu mente dapat diproses menjadi sari buah jernih, jelly, anggur, dan sebagainya sedangkan CNSL (cashewnut shell liquid) merupakan bahan baku penting pada industi cat, kimia, kampas rem, plastik dan kayu. Dengan demikian penelitian untuk menunjang indusri hulu akan lebih terarah dan bermanfaat menunjang industri hilir, yang merupakan bagian dari usaha agribisnis jambu mente.Kata kunci : Jambu mente, daya saing, biaya produksi, diversifikasi, nilai tambah, agribisnis.
PENGARUH TOPPING, JUMLAH DAUN, DAN WAKTU PENYAMBUNGAN TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU MENTE DI LAPANGAN ROBBER ZAUBIN; RUDI SURYADI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v8n2.2002.55-60

Abstract

Rendahnya produktivitas perkebunan jambu mente di Indonesia, yaitu rata-rata hanya 350 kg gclondongha, disebabkan antara lain karena pohon- pohonnya berasal dari bibit (seedling) yang mutunya kurang baik. Untuk meningkatkan potensi produksinya, pertanaman jambu mente yang ada sebaiknya disambung dengan batang atas (entres) unggul.Teknik penyam- bungan dirumah atap sudah tersedia dengan hasil 90% - 95% sambungan hidup, sedangkan untuk penyambungan di lapangan baru dilakukan dengan metode sambung samping dengan keberhasilan 40%. Suatu penelitian telah dilakukan di Instalasi Penelitian Cikampek mulai Januari 2000 sampai dengan Januai 2001, dengan tujuan untuk menguji perlakuan topping, jumlah daun batang bawah dan waktu penyambungan yang terbaik untuk meningkatkan keberhasilan penyambungan jambu mente di lapangan Rancangannya adalah petak tcrpisah dengan 2 ulangan dan 32 sambungan/ perlakuan. Perlakuan yang diuji adalah (1) lopping (pembuangan pucuk batang bawah), sebagai petak utama, terdii atas (al) tanpa topping, dan (a2) topping; (2) jumlah daun pada batang bawah dan waktu penyambungan, sebagai anak petak, terdiri atas : (bl) 2 daun, disambungpukul 08.00-11.00, (b2) 2 daun, disambung pukul 1 1.00-13 00, (b3) 2 daun, disambung pukul 13.00-15.00, (M) 4 daun, disambung pukul 08.00-11.00, (b5) 4 daun, disambung pukul 11.00-13.00, (b6) 4 daun, disambung, pukul 13.00-15.00. Topping dilakukan 7 hai sebelum penyambungan. Sebagai batang bawah digunakan tunas-tunas yang tumbuh dai pangkal batang mente jenis Pecangaan yang ditebang pada tinggi I m. Batang atas diambil dai pohon unggul jenis Balakrisnan-02. Parameter yang diamati adalah jumlah sambungan yang hidup, pertumbuhan tunas, dan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang nyata dari perlakuan terhadap semua parameter. Interaksi terbaik diperoleh pada topping dengan 4 helai daun pada batang bawah dan waktu penyambungan pukul 08.00 - 11.00, dengan jumlah sambungan hidup, pertumbuhan tunas dan jumlah daun tetinggi, masing-masing 86.36% ; 27 cm ; dan 14 daun, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh interaksi tanpa topping dengan 2 helai daun pada batang bawah dan waktu penyambungan pukul 1 3 00-15.00, dengan 10% sambungan hidup, petumbuhan tunas 12 cm, dan 5 helai daun.Kata kunci: Anacardium occidentale L, topping, teknik penyambungan, produktivitas ABSTRACTEffect of topping, number of leaves and time of grafting on the success of cashew grafting at ield conditionsThe low productivity of cashew plantation in Indonesia, average 350 kg pods/ha, is among others caused by low quality of the cashew plants developed from seedlings. To increase the productivity, the existing trees should be grated with scions taken from high yielding vaieties. The grating technique of cashew at lath-house conditions is available with a success of 90-95%, however, grating technique for ield conditions using (he side grat succeded only 40%. The experiment was conducted at Cikampek Research Installation - Balittro, from January 2000 to January 2001, lo studs the efect of topping, number of leaves on rootstock, and the lime of grating on the success of cashew grating at ield conditions. The design was a split plot, with 2 replicates and 32 grats/treatment. The treatments were (1) topping of the rootstock, as the main plot, consisted of (al) without topping, (a2) topping, and (2) number of leaves on the rootstock and period of grating, as the subplot, consisted of (bl) 2 leaves at the rootstock/grated at 8.00 - 1 1.00, (b2) 2 leaves at the rootstock/graded at 11.00-13.00, (b3) 2 leaves al the rootstock/gratcd at 13.00-15.00, (b4) 4 leaves at the rootstock/gratcd at 08.00- 11.00, (b5) 4 leaves at the rootstock/grafted at 11.00-13.00, (b6) 4 leaves at the rootstock/gratcd at 13.00-15.00. Topping was conducted 7 days before grating Shoots grown from the trunk of the Pecangaan type, coppiced at I m height, were used as the rootstock Scions were taken from high yielding vaiety Balakisnan 02 type. Parameters assessed were number of 'lakes" and growth of scion, consisted of length of scion and number of leaves. Results of the expeiment showed that there were significant interaction of the treatments on all of the parameters. The best interaction was shown by topping with 4 leaves at the rootstock and grated at 8.00-11.00 which resulted in a 86.3% of "takes", 27 cm length of scion with 14 leaves, while the lowest results were shown by without topping with 2 leaves at the rootstock and grated at 13.00- 15.00 with 10% of "takes". 12 cm lengOi of scion with 5 leaves.Key words Anacardium occidentale L., grafting technique, topping, productivity
PENGARUH TOPPING, JUMLAH DAUN, DAN WAKTU PENYAMBUNGAN TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU MENTE DI LAPANGAN ROBBER ZAUBIN; RUDI SURYADI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v8n2.2002.55-60

Abstract

Rendahnya produktivitas perkebunan jambu mente di Indonesia, yaitu rata-rata hanya 350 kg gclondongha, disebabkan antara lain karena pohon- pohonnya berasal dari bibit (seedling) yang mutunya kurang baik. Untuk meningkatkan potensi produksinya, pertanaman jambu mente yang ada sebaiknya disambung dengan batang atas (entres) unggul.Teknik penyam- bungan dirumah atap sudah tersedia dengan hasil 90% - 95% sambungan hidup, sedangkan untuk penyambungan di lapangan baru dilakukan dengan metode sambung samping dengan keberhasilan 40%. Suatu penelitian telah dilakukan di Instalasi Penelitian Cikampek mulai Januari 2000 sampai dengan Januai 2001, dengan tujuan untuk menguji perlakuan topping, jumlah daun batang bawah dan waktu penyambungan yang terbaik untuk meningkatkan keberhasilan penyambungan jambu mente di lapangan Rancangannya adalah petak tcrpisah dengan 2 ulangan dan 32 sambungan/ perlakuan. Perlakuan yang diuji adalah (1) lopping (pembuangan pucuk batang bawah), sebagai petak utama, terdii atas (al) tanpa topping, dan (a2) topping; (2) jumlah daun pada batang bawah dan waktu penyambungan, sebagai anak petak, terdiri atas : (bl) 2 daun, disambungpukul 08.00-11.00, (b2) 2 daun, disambung pukul 1 1.00-13 00, (b3) 2 daun, disambung pukul 13.00-15.00, (M) 4 daun, disambung pukul 08.00-11.00, (b5) 4 daun, disambung pukul 11.00-13.00, (b6) 4 daun, disambung, pukul 13.00-15.00. Topping dilakukan 7 hai sebelum penyambungan. Sebagai batang bawah digunakan tunas-tunas yang tumbuh dai pangkal batang mente jenis Pecangaan yang ditebang pada tinggi I m. Batang atas diambil dai pohon unggul jenis Balakrisnan-02. Parameter yang diamati adalah jumlah sambungan yang hidup, pertumbuhan tunas, dan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang nyata dari perlakuan terhadap semua parameter. Interaksi terbaik diperoleh pada topping dengan 4 helai daun pada batang bawah dan waktu penyambungan pukul 08.00 - 11.00, dengan jumlah sambungan hidup, pertumbuhan tunas dan jumlah daun tetinggi, masing-masing 86.36% ; 27 cm ; dan 14 daun, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh interaksi tanpa topping dengan 2 helai daun pada batang bawah dan waktu penyambungan pukul 1 3 00-15.00, dengan 10% sambungan hidup, petumbuhan tunas 12 cm, dan 5 helai daun.Kata kunci: Anacardium occidentale L, topping, teknik penyambungan, produktivitas ABSTRACTEffect of topping, number of leaves and time of grafting on the success of cashew grafting at ield conditionsThe low productivity of cashew plantation in Indonesia, average 350 kg pods/ha, is among others caused by low quality of the cashew plants developed from seedlings. To increase the productivity, the existing trees should be grated with scions taken from high yielding vaieties. The grating technique of cashew at lath-house conditions is available with a success of 90-95%, however, grating technique for ield conditions using (he side grat succeded only 40%. The experiment was conducted at Cikampek Research Installation - Balittro, from January 2000 to January 2001, lo studs the efect of topping, number of leaves on rootstock, and the lime of grating on the success of cashew grating at ield conditions. The design was a split plot, with 2 replicates and 32 grats/treatment. The treatments were (1) topping of the rootstock, as the main plot, consisted of (al) without topping, (a2) topping, and (2) number of leaves on the rootstock and period of grating, as the subplot, consisted of (bl) 2 leaves at the rootstock/grated at 8.00 - 1 1.00, (b2) 2 leaves at the rootstock/graded at 11.00-13.00, (b3) 2 leaves al the rootstock/gratcd at 13.00-15.00, (b4) 4 leaves at the rootstock/gratcd at 08.00- 11.00, (b5) 4 leaves at the rootstock/grafted at 11.00-13.00, (b6) 4 leaves at the rootstock/gratcd at 13.00-15.00. Topping was conducted 7 days before grating Shoots grown from the trunk of the Pecangaan type, coppiced at I m height, were used as the rootstock Scions were taken from high yielding vaiety Balakisnan 02 type. Parameters assessed were number of 'lakes" and growth of scion, consisted of length of scion and number of leaves. Results of the expeiment showed that there were significant interaction of the treatments on all of the parameters. The best interaction was shown by topping with 4 leaves at the rootstock and grated at 8.00-11.00 which resulted in a 86.3% of "takes", 27 cm length of scion with 14 leaves, while the lowest results were shown by without topping with 2 leaves at the rootstock and grated at 13.00- 15.00 with 10% of "takes". 12 cm lengOi of scion with 5 leaves.Key words Anacardium occidentale L., grafting technique, topping, productivity
Peningkatan Daya Saing Jambu Mente Menunjang Agribisnis ROBBER ZAUBIN; EDY MULYONO
Perspektif Vol 1, No 2 (2002): Desember 2002
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2093.085 KB) | DOI: 10.21082/p.v1n2.2002.66-72

Abstract

Jambu mente (Anacardium occidentals L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa yang cukup penting. Pada tahu 1999 produksinya arealnya adalah 535 745 ha dengan produksi 86 924 ton. Dari + 46% produk mente yang diekspor, 94.4% berbentuk gelondong dan hanya 5.56% dalam bentuk kacang. Permintaan mente dunia adalah + 1000 000 ton, yang dipenuhi oleh India 30%, Brazil dan Afrika, masing-masing 20%, Vietnam 15% dan negara-negara penghasil mente lainnya 9%. Indonesia hanya memasok 6% dari kebutuhan dunia. Untuk dapat bersaing dengan negara-negara penghasil mente lainnya dipasar dunia, Indonesia harus dapat meningkatkan produktivitasnya secara efisien, meningkatkan mutu produknya dan melakukan diversifikasi. Permasalahan pada agribisnis jambu mente teruama berada pada sektor hulu. Biaya produksi sebenarnya dapat ditekan apabila digunakan bahan tanaman yang unggul pada wilayah yang memenuhi persyaratan tumbuhnya, diikuti dengan penerapan budidaya yang direkomendasikan. Perkebunan jambu mente yang ada kini pada umumnya terdiri atas bahan tanaman dengan potensi genetik yang rendah dan harus diganti dengan bahan tanaman yang unggul. Varietas unggul Gunung Gangsir dan tipe-tipe mente harapan dapat digunakan sebagai bahan menggantikan tanaman yang ada melalui penyambungan. Teknologi penyambungan (grafting) telah tersedia sehingga terbuka peluang untuk meningkatkan potensi produksi dari 350 kg/ha menjadi 1500 kg/ ha. Pemupukan merupakan salah satu komponen budidaya penting untuk mewujudkan Potensi produksi bahan tanaman,namun menerapannya tergantung pada kondisi perekonomian petani. Keterkaitan antara sektor budidaya dengan penyedia sarana produksi perlu ditingkatkan. Saat ini alat kacip yang baik telah tersedia dengan rendemen kacang utuh + 90%. Produk-produk jambu mente sampai kini masih berupa produk primer sehingga perlu diupayakan diversifikasi dengan mengacu pada permintaan pasar.Diversifikasi produk untuk menghasilkan produk-produk setengah jadi dan siap pakai sebaiknya dilakukan oleh sektor hilir, sedang teknologi proses dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyiapkan bahan bakunya ditransfer kepada sektor hulu. Buah semu jambu mente dapat diproses menjadi sari buah jernih, jelly, anggur, dan sebagainya sedangkan CNSL (cashewnut shell liquid) merupakan bahan baku penting pada industi cat, kimia, kampas rem, plastik dan kayu. Dengan demikian penelitian untuk menunjang indusri hulu akan lebih terarah dan bermanfaat menunjang industri hilir, yang merupakan bagian dari usaha agribisnis jambu mente.Kata kunci : Jambu mente, daya saing, biaya produksi, diversifikasi, nilai tambah, agribisnis.