Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RASIO VOLUME EKSPIRASI PAKSA SATU DETIK PERTAMA PER KAPASITAS VITAL PAKSA (VEP1/KVP) PADA PASIEN ASMA STABIL DI RSUD KOTA MATARAM 2019 Prasetya Angga Firmansyah; Risky Irawan; Dian Rahadianti; Fachrudi Hanafi
JURNAL KEDOKTERAN Vol 6 No 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36679/kedokteran.v6i2.332

Abstract

Saat ini asma masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma. Prevalensi asma di Indonesia sendiri pada tahun 2018 sebesar 2,4%. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di peringkat ke 7 dengan angka kejadian mencapai 2,5%. Asma adalah penyakit heterogen dengan berbagai proses penyebab yang mendasarinya. Salah satu penyebab asma yang telah diidentifkasi adalah asma dengan obesitas. Gold standart dalam pemeriksaan penyakit asma adalah spirometri. Parameter yang dinilai dalam pemeriksaan spirometri untuk menilai derajat obstruksi pasien asma adalah VEP1/KVP. Perubahan pada IMT baik overweight maupun underweight akan menyebabkan perubahan mekanik dan kimiawi sistem pernapasan yang nantinya berperan sebagai faktor yang berpengaruh dan memperberat nilai VE1/KVP pada pasien asma. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui hubungan indek massa tubuh dengan rasio volume ekspirasi paksa satu detik pertama per kapasital vital paksa pada pasien asma stabil di RSUD Kota Mataram 2019. Penelitian ini merupakan analitik observasional, dengan rancangan cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari rekam medik pasien asma yang menjalani rawat jalan di RSUD Kota Mataram 2019 berupa data berat badan dan tinggi badan serta nilai VEP1/KVP. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang. Analisis data menggunakan rank spearman dengan bantuan software SPSS versi 25. Hasil analisis didapatkan nilai p-value 0,000 (p-value ≤0,05), yang berarti terdapat hubungan antara IMT dan VEP1/KVP pada pasien asma stabil. Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan rasio VEP1/KVP pada pasien asma stabil di RSUD Kota Mataram 2019.Kata Kunci: Asma, indeks massa tubuh, VEP1/KVP.ABSTRACTRight now, asthma is as yet one of the principle medical issues in both created and non-industrial nations. The highest quality level in inspecting asthma is spirometry. The boundary evaluated in the spirometry assessment to survey the level of impediment in asthma patients was FEV1/FVC. Changes in BMI both overweight and underweight will cause mechanical and synthetic changes in the respiratory framework which will later go about as an impacting factor and bother the VE1/KVP esteem in asthma patients. The reason for this examination to decide the connection between weight file and the proportion of constrained expiratory volume of the first second per constrained fundamental limit in stable asthma patients at Mataram City Clinic 2019. This examination was an observational scientific contemplated, with a cross sectional plan. This examination utilizing optional information from clinical records of asthma patients as weight and tallness information just as VEP1/KVP esteems. The patients are going through outpatient at the Mataram City Medical clinic in 2019. The example in this investigation added up to 118 individuals. Information examination utilized position spearman with the assistance of SPSS form 25 programming The aftereffects of the investigation utilizing Rank Spearmen acquired a p-value of 0.000 (p-value ≤0.05), which implies that there is a connection among BMI and FEV1/FVC in stable asthma patients at Mataram City Clinic 2019.Keywords: Asthma, body mass index, FEV1/FVC.
DETEKSI MUTASI GEN Emb SEBAGAI SIFAT RESISTENSI PRIMER FIRST LINE ORAL AGENTS ETHAMBUTOL PADA PASIEN TB PARU BTA + DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAB. LOMBOK TIMUR fachrudi hanafi; sugijati sugijati; Dewi Utary
JURNAL KEDOKTERAN Vol 6 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36679/kedokteran.v6i1.258

Abstract

Latar belakang : Ethambutol termasuk obat lini pertama pengobatan TB yang berkhasiat spesifik terhadap mycobakteri dan tidak terhadap bakteri-bakteri lain. Bukti–bukti genetik menunjukkan bahwa mutasi gen Emb, merupakan penyebab kekebalan Etambutol, dengan persentase mutasi gen Emb sebesar 60% - 70%. Data dari RS Persahabatan tahun 1993 menunjukkan resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap Etambutol adalah 7,7%, sedangkan penelitian di provinsi DKI, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan berkisar antara 11,9% dan 15,6%. Hasil penelitian Syaifudin menemukan sifat resistensi Etambutol berdasarkan mutasi gen Emb menggunakan metode SSCP radioaktif didapatkan 7,1%. Selain itu hasil penelitian pola kepekaan kuman M.tuberculosis terhadap OAT menggunakan teknik PCR dari sampel dahak dan pleura penderita TB di RSU Provinsi NTB diperkirakan telah mengalami resistensi terhadap ethambuthol sebesar 29,4%. Frekuensi dan jenis mutasi pada gen Emb juga spesifik karena perbedaan geografis sehingga sangat perlu dilakukan pemeriksaan sifat resistensi gen Emb pada setiap daerah.Tujuan penelitian : mendeteksi adanya mutasi gen Emb Mycobacterium tuberculosis sebagai sifat resistensi primer first line oral agents ethambutol pada penderita TB paru dengan BTA + yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Lombok Timur.Metode : Penelitian ini bersifat observasional deskritif yaitu mendeteksi adanya mutasi gen Emb M. tuberculosis. Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Lombok Timur. Metode yang digunakan dalam mendeteksi adanya mutasi gen Emb adalah menggunakan teknik PCR dan dilanjutkan dengan nested PCR. Variabel penelitian adalah sputum penderita TB paru baru dengan BTA +.Hasil : Dari hasil pengumpulan data didapatkan sebanyak 50 sampel sputum BTA +. Dari pemeriksaan dengan PCR diagnostik Tb1 dan Tb2, semua sampel dinyatakan + (100%) mengandung M. tuberculosis. Setelah dilakukan pemeriksaan PCR kemudian dilanjutkan dengan analisis nested PCR dan hasilnya membuktikan telah terjadi mutasi pada daerah komplementer primer yang merupakan target gen Emb M. tuberculosis dan didapatkan sebanyak 5 sampel (10%) yang dinyatakan resisten atau terjadi mutasi sedangkan sisanya 45 sampel (90%) masih sensitif atau tidak terjadi mutasi. Lima sampel tersebut berasal dari Puskesmas Wanasaba (2), Terara (1), Denggen (1) dan Lepak (1).Kesimpulan : telah terjadi resistensi primer first line oral agents ethambutol pada beberapa penderita TB paru dengan BTA + di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Lombok Timur.