Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN REVEGETASI PASCA TAMBANG BATUBARA Krisna Adib Setiawan; Sutedjo Sutedjo; Paulus Matius; Rita Diana
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (869.595 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i2.1012

Abstract

Salah satu komponen dari ekosistem hutan hujan tropis adalah tumbuhan bawah. Tumbuhnya secara alami tumbuhan bawah di lahan pasca tambang batubara akan membantu dalam proses memulihkan lahan hutan yang terganggu.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis pionir alami di lahan pasca tambang batubara dalam hal kekayaan jenis, keragaman jenis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak di lahan revegetasi. Hasil inventarisasi diluar lahan revegetasi dijumpai 71 jenis tumbuhan bawah, sedangkan di lahan revegetasi dijumpai 43 jenis tumbuhan bawah. Dari kedua lokasi penelitian, jenis tumbuhan bawah di lahan sekeliling lokasi penelitian dijumpai lebih banyak. Jika dibandingkan dengan data rona awal, jenis tumbuhan bawah lebih beragam pada saat penelitian dilakukan. Kondisi tersebut diduga karena tempat penelitian sebelum dilakukan penambangan merupakan hutan sekunder bekas hutan produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Di lahan revegetasi terdapat 4 jenis tumbuhan pionir yaitu Homalanthus populneus (Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg.,Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume). Lahan pasca tambang batubara merupakan lahan yang mengalami gangguan berat, serta merupakan komunitas yang terkendali oleh manusia, sehingga memiliki keragaman jenis yang rendah.
REGENERASI ALAMI JENIS NON DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN FAHUTAN UNMUL (HPFU) SAMARINDA Rizky Isyarah; Paulus Matius; Sutedjo Sutedjo
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.05 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v3i1.2119

Abstract

This study aims to determine the natural condition of Non Dipterocarpaceae regeneration. The object of this research are sapling and seedling in secondary forests of HPFU by making 5 transects with length 200 meters where its laid 5 x 5 meters sapling plot and 2 x 2 meter seedling plot systematically each on the right and left side. The transects was made purposively by considering areas that were still natural or had not been planted before. The results showed that regeneration was dominated by shrub habitus at both growth level, Fordia splendidissima (Miq.) Buijsen dominating the sapling level and Psychotria viridiflora Reinw. Ex Blume dominating the seedling level. However, the number of individuals at sapling stage is more bigger than the number of seedling. The Fabaceae and Rubiaceae family are most common in this location. The diversity index value is classified as high with a composition that is almost even but still dominated by several species. By comparing the data before burning from Riswan in 1987 with the current research in the same location, it can be concluded that the regeneration of Non Dipterocarpaceae in HPFU area has decreased and it represent the species degradation after forest fires.
MENAKAR SIFAT INVASIF SPESIES AKASIA MANGIUM (Acacia mangium Willd.) DI HUTAN PENELITIAN DAN PENDIDIKAN BUKIT SOEHARTO Sutedjo Sutedjo; Warsudi Warsudi
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.19 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i1.795

Abstract

 Akasia mangium (Acacia mangium Willd) bukan tumbuhan asli Kalimantan namun sejak puluhan tahun tumbuh berkembang pesat di berbagai wilayah Kalimantan termasuk Kalimantan Timur. Dikenal sebagai tumbuhan yang mampu tumbuh di lahan kritis sehingga pada awal tahun 1990-an dijadikan tanaman  reboisasi sekaligus pengendali alang-alang di wilayah kritis hutan penelitian dan pendidikan Universitas Mulawarman di Bukit Soeharto. Mengherankan, bahwa beberapa tahun taerkhir sebagian praktisi kehutanan dan reklamasi pascatambang merasa gamang menggunakan A. mangium, khawatir jika jenis tersebut akan benar benar menjadi spesies invasif.  Gejala untuk menolak bahkan menghindari  A. mangium sebagai komoditas kehutanan terutama sebagai jenis pengendali lahan kritis mulai meluas. Untuk mengetahui seberapa benar anggapan Acacia mangium sebagai jenis invasif maka dilakukan evaluasi dengan melakukan analisis vegetasi terhadap 3 ha tegakan hutan A. mangium yang ditanam di Bukit Soeharto sebagai uji petik yang saat sekarang telah berumur sekitar 25 tahun. Hasil evaluasi membuktikan bahwa jumlah tanaman per ha (kerapatan) pohon A. mangium menurun (kurang dari jumlah saat ditanam atau sekitar 800 individu/ha). Jumlah yang menurun itupun cenderung mengelompok. Sebagian pohon bahkan ditemukan dalam kondisi mati generasi (standing dead trees). Sementara itu jumlah spesies pohon setempat (local trees species) juga mulai muncul di antara tegakan A.mangium. Dengan demikian terbukti  bahwa A. mngium bukanlah tipe invasif  yang sesungguhnya dan tidak ada alasan utuk menolak penggunaannya sebagai tanaman pengendali lahan kritis selama potensi ancaman terjadinya kebakaran lahan hutan dapat dicegah.
DINAMIKA JENIS Macaranga gigantea: DAMPAK DARI TEBANG PILIH DAN KEBAKARAN HUTAN DI KALIMANTAN TIMUR: Dynamics of Macaranga gigantea: Couple impact of selective logging and forest fire in East Kalimantan Sutedjo Sutedjo; Paulus Matius; Rita Diana; Rohman Rohman
Jurnal Silva Tropika Vol. 5 No. 1 (2021): Jurnal Silva Tropika
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jsilvtrop.v5i1.12291

Abstract

The aim of the study is to analyze the dynamics of Macaranga gigantea for 12 years from 2005 to 2016. The indicator used is the Important Value Index (INP) which includes density, dominance and type frequency. Measurements on trees up to 10 cm in diameter, carried out on a permanent plot derived from light, heavy and medium cuts, with each sample plot covering an area of 3 ha. Identification has found 11 species of Macaranga spp. The species that dominates the highest INP is M. gigantea, followed by M. hypoleuca and M. triloba. The results of the analysis showed that Type M. gigantea had the highest number of individuals during 12 years of observation and that the presence of Type M. gigantea had reached the highest number in 10 years after fire disturbances. In addition, the type of M. gigantea present in forest research areas due to light logging is 2 (two) times more than heavy cutting because the heavy cutting of the area is very open to competition between species of pioneer plant.