I Gede Yudha Pratama
Institut Desain Dan Bisnis Bali

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENCIPTAAN BUKU POP-UP MESATUA BALI BERJUDUL “I LUBDHAKA” DENGAN TEKNIK PULL TAB SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA TRADISIONAL Pratama, I Gede Yudha; Bahruddin, Muhammad; Riyanto, Darwin Yuwono
Jurnal Art Nouveau Vol 5, No 1 (2016): Kreatif Visual sebagai Solusi Sosial
Publisher : Jurnal Art Nouveau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Mesatua Bali is a tradition of storytelling  the Parents to Children. However ,  currently Mesatua Bali The culture began to shift because influence of foreign culture and It is rare even society the  apply culture of Masatua Bali. Hence this study aims to the creation pop-up books Mesatua Bali titled “I Lubdhaka” with pull tab techniques as aneffort to preservation the traditional culture. he study was conducted using with qualitative research methods is to conduct interviews, observation , documentation and literature book study to meet the needs of the data used as materials for concepts the creation pop-up books Mesatua Bali. Through the data analysis is done by a few keywords that are capable of supporting a creative strategy in the creation pop-up books Mesatua Bali to achieve the goal target audience. From the data analysis , the author found the concept “Swadharma”. Description of concept " Swadharma " That has Clearly (Something ) obligation to do, will provide awareness and interest to the children to have an obligation to maintain and conserve the traditional culture .Keywords:  The creation, Pop-up books, Mesatua Bali, Pull Tab, Preservation Traditional cultures, Swadharma.
FENOMENA PERUBAHAN DALAM PELESTARIAN BUDAYA MESATUA BALI I Gede Yudha Pratama
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 6, No 1
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v6i1.1336

Abstract

Any change can occur when the rapid development of technology and information, which makes everything, including culture, must be able to co-exist with technology. Seeing the decline in Mesatua culture in Bali, the Mesatua tradition in Balinese society seems almost extinct. This can make a possibility for the loss of traditional culture which has cultural values that are very important for children. However, with the efforts to preserve culture through the use of digital media technology. Mesatua Bali, which was originally known as oral culture, is now becoming known as an image culture that is poured into digital media with interesting picture stories for children. To meet the data requirements used as research material, a descriptive qualitative research method is used to describe the phenomenon of change that occurs based on data collection through observation, documentation and literature study. The Mesatua Balinese culture in its preservation experiences a phenomenon of change in 3 periods, namely; oral period, writing period, and drawing period. In the phenomenon of change, each period has an impact or aspect of phenomena that causes new phenomena, changing phenomena, permanent phenomena, and even a phenomenon that is missing in the development of efforts to preserve Mesatua Bali culture.
KAJIAN BAHASA RUPA BUDAYA MESATUA BALI DALAM CERITA BERGAMBAR I Gede Yudha Pratama
Jurnal Bahasa Rupa Vol. 5 No. 1 (2021): Jurnal Bahasa Rupa Oktober 2021
Publisher : LPPM Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31598/bahasarupa.v5i1.775

Abstract

Reviving oral traditions in Mesatua Balinese Culture seems far less than the written and image tradition. Mesatua Bali was once known as a culture that is conveyed by verbal storytelling, now it seems that it will be more efficient and interesting if it is copied in the appearance of a pictorial story (cergam), and it will be more interesting if it is presented in digital media. Interestingly, pictorial stories (cergam) greatly influence children's interest in following Balinese Mesatua culture. The Nusantara Katur Community adapts the Mesatua Balinese culture into a pictorial story made with a visual appearance that can arouse children's imagination when they can see. reading, and hearing a series of story satua (fairy tales) contained in a series of pictorial stories (cergam). Researchers used descriptive research methods to describe the characteristics of shape, color and composition through the study of visual language theory, starting from the content of the wimba, the way of the wimba, and the inner and outer layouts, in the view of pictures and documentation of the pictorial story works of the Nusantara Katur Community. The collection of materials is done by technique data reduction and data preparation to the conclusions presentation process. This research provides results results of visual language very indispensable role in supporting the illustrated story stories (cergam) that are presented. In addition to displaying visual images that are able to captivate children, they must also be able to present the plot of a story that is also attractive to children, because it is through a story idea that visuals can be created that are able to attract children's reading interest in pictorial stories (cergam).
VIDEO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI KAUM DIFABEL I Gede Yudha Pratama
Jurnal Nawala Visual Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Nawala Visual Mei 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/nawalavisual.v3i1.185

Abstract

Setiap Individu mempunyai keinginan serta kemauan tentang suatu hal positif tentang kehidupan mereka agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkannya. Namun, seringkali yang terlihat saat ini harapan positif tersebut seakan-akan diterima dan berubah menjadi harapan negatif. Individu yang seringkali mengalami hal tersebut ialah mereka para kaum difabel. Dalam menjalani kesehariannya para kaum difabel tentu merasakan hal berbeda dengan orang normal lainnya. Perbedaan tersebut terlihat jelas terutama pada kemampuan kaum difabel yang dipengaruhi dari berat ringannya kendala cacat fisik dan mental yang dialami. Kaum difabel yang selalu semangat untuk melakukan komunikasi ialah mereka yang manyangdang tuna rungu maupun tuna wicara, tidak sedikit kita temui mereka dapat bergabung dan belajar di dunia pendidikan. Adapun media yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi dari para kaum difabel kepada masyarakat dengan memanfaatkan media video iklan layanan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk mendeskripsikan video iklan layanan masyarakat yang diteliti dengan didasari atas pengumpulan data yang di lakukan melalui observasi, dokumentasi serta studi pustaka. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas dari pemanfaatan video iklan layanan masyarakat sebagai media komunikasi dari kaum difable. Dalam video iklan layanan masyarakat memuat aspirasi dari para kaum difabel dengan apa yang mereka rasakan serta harapan mereka dimana mereka ingin merasakan hal yang sama seperti orang lain yang tidak menyandang kebutuhan khusus pada umumnya. Dengan media ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan diterima oleh masyarakat sebagai media komunikasi audio visual dari kaum difabel.
REPRESENTASI SEKSUALITAS DALAM MUSIC VIDEO HYUNA LIP & HIP Uzda Nabila Shabiriani; I Gede Yudha Pratama
Jurnal Nawala Visual Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Nawala Visual Mei 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/nawalavisual.v4i1.349

Abstract

Ketidakadilan representasi perempuan dapat dilihat pada Music Video Hyuna yang berjudul Lip & Hip. Tatapan laki-laki atau male gaze sebagai penonton membangun fantasi terhadap sosok perempuan sesuai dengan selera mereka, sedangkan perempuan sebagai objek seksualitas menempatkan tubuh perempuan yang menciptakan, mengorganisir dan mengekspresikan, serta mengarahkan hasrat. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis gestur tubuh, mimik wajah, ikon yang ditampilkan, serta hal-hal lain yang dapat merepresentasikan seksualitas dengan menggunakan landasan teori male gaze Laura Mulvey. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa di dalam video Lip & Hip terdapat tanda-tanda representasi seksualitas yang mengarah kepada bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan sekaligus mencocokkan bentuk-bentuk seksualitas tersebut dengan teori male gaze. Video klip Lip & Hip bertindak sebagai penanda untuk penonton laki-laki, diikat oleh urutan simbolik yang dapat menjadi tempat laki-laki bisa melepaskan fantasi dan obsesinya melalui perintah linguistik (arahan sutradara) dengan menekankannya pada citra HyunA hanya sebagai pembawa makna (wayang) bukan pembuat makna (dalang), sehingga video klip Lip & Hip merupakan bentuk representasi seksualitas yang dijual oleh media untuk kepetingan kapitalisme dan sekaligus objek seksualitas pria (male gaze).
KAJIAN ESTETIKA SANDAL GUNUNG SEBAGAI TREND MASA KINI I Gede Yudha Pratama
Jurnal Da Moda Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Da Moda Mei 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/damoda.v2i2.188

Abstract

Sandal gunung kini menjadi trend di lingkungan masyrakat khususnya dalam kalangan anak muda. Hal ini dikarenakan muculnya lifestyle baru bagi sebagian besar kalangan anak muda sebagai seorang pendaki untuk menunjukan jati dirinya mereka dengan mengikui trend zaman sekarang, yaitu mendaki gunung. Sandal gunung merupakan salah satu dari sekian banyak perlengkapan dalam pendakian gunung yang wajib dibawa maupun digunakan oleh seorang pendaki. Dilihat dari posisinya didalam daftar perlengkapan pendakian, sandal gunung masih berada di bawah posisi sepatu gunung. Dalam pengamatan objek pada Sandal Gunung ini akan berpedoman pada fenomena membenda suatu objek dalam teori estetika, ada sembilan unsur atau aspek pemandu dalam fenomena desain yang terdiri dari material, teknik/ skill/ tools, energy/ daya, socio culture spiritual, psycho, bio physics, status symbol, artistic, dan fungsi praktis utiliter. Serta didukung dengan teori mayall yang memaparkan objek mulai dari sisi essence, important, desirable, perpomance, ergonomics dan aesthetic. Sandal Gunung di kalangaan anak muda menjadi produk yang sangat memperhatikan muatan yang bersifat fungsi praktis utiliternya beserta kaidah-kaidah efisien, efektif dan health safety dengan berorientasi pada desain masa kini cenderung berorientasi ke arah muatan yang bersifat rasa dan menggugah emosi penggunanya.
REVITALISASI BUDAYA MESATUA BALI MELALUI MEDIA DIGITAL I Gede Yudha Pratama
ARTic Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/artic.2019.3.2521.135-153

Abstract

This research was compiled based on a visual design study on the revitalization of the Mesatua Bali culture which was divided into 3 (three) periods, namely: the first Balinese Mesatua (oral) culture, the second period Mesatua Balinese culture (written literature), and the third period Mesatua Bali culture (digital visual). The Mesatua Bali culture is an oral tradition culture carried out by parents to their children. In this study begins by sharpening the substance and structure of research problems designed through the structure of the thinking of researchers. The design of the structure of thought focuses on the purpose of research, namely, to find out the causes and consequences of changes in the revitalization of Balinese Mesatua culture. The method used in this study is descriptive qualitative method, in order to meet objective data needs in conducting studies on the revitalization of Balinese Mesatua culture, this study uses data collection techniques through observation, interviews, and documentation. Surgery for object research is carried out starting from observing aspects of actors, technology and targets. Furthermore, an analysis of the stimuli generated starting from space, time and atmosphere (desa-kala-patra) and the human sensory field. In the final stage a study of visual elements in visual objects is carried out starting from the composition of balance, continuity, combination, unity, typography to color. Then it is compared based on each period of the object of research with 3 (three) levels of values, namely, essential, important, and desirable to analyze aspects that influence the revitalization of the Balinese Mesat culture and dissect what are new, what remains, what was lost, and what changed from the 3 (three) periods to the revitalization of the Balinese Mesatua culture. The results of this study indicate that there is a phenomenon of change in each period from the revitalization of Balinese Mesatua culture. The phenomenon of changes occurring in the revitalization of the Balinese culture from oral to become a visual form (design) is influenced and dilaterbelak by several factors, namely: factors of actors, target factors, technological factors along with factors of space, time, atmosphere (desa-kala-patra) different in each period.
Desain Mural Sebagai Media Komunikasi Visual Perwujudan Destination Branding Desa Wisata Bongan I Gede Yudha Pratama
Jurnal Bahasa Rupa Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Bahasa Rupa Oktober 2022
Publisher : Prahasta Publisher (manage by: DRPM Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31598/bahasarupa.v6i1.1080

Abstract

Destination Branding is an effort to identify and introduce the potential of a destination, in order to build the identity of a destination against public perception through information and communication media. Bongan Village is one of the tourist villages in the Tabanan Regency which has the potential for its natural, historical, and cultural wealth that can become a leading tourist destination. So, it is important to realize destination branding for Bongan Tourism Village in order to introduce its superior potential through the right communication media. The purpose of realizing this destination branding is to inflame the superior potential of Bongan Tourism Village to the public and tourists through mural design as a medium of communication. The research method used in realizing this destination branding is by conducting observations and direct field interviews through descriptive methods. With the application of this method, it is known that there is a public space in the Bongan Tourism Village area that is appropriate and worthy of being used as a communication medium, in which a communicative mural design can be implemented. Murals, which are often seen as street art, are a choice of media that can communicate and convey information visually in public spaces.
PROSES KREATIF DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN UMKM MELALUI RANGKAIAN ACARA CLINIC DESIGN - STD BALI DESIGN WEEK I Gede Yudha Pratama
Jurnal Lentera Widya Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Lentera Widya Desember 2020
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/lenterawidya.v2i1.103

Abstract

Kreativitas dalam kehidupan manusia selalu dapat memberikan suatu perubahan yang dinamis. Setiap manusia dilahirkan dengan memiliki potensi kreatif. Namun, terkadang ada individu yang kreatif dan ada yang tidak kreatif, hal ini lebih disebabkan oleh adanya individu yang mengembangkan kreativitasnya dan ada yang tidak sama sekali. Berbeda dengan kemampuan fisik dan rasio, kreativitas tak bisa dibina sendirian. Kreativitas hanya akan bekerja bila hadir bersama kemampuan-kemampuan lainnya. Kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangkaian acara Clinic Desing – STD Bali Design Week, bertujuan untuk melakukan pemberdayaan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode proses kreatif melalui konsultasi dalam bidang desain khusunya pada desain kemasan. Hasil yang didapat dalam kegiatan konsultasi dalam bidang desain ini dapat menyatakan bahwa, bila segala sesuatu begitu mudah sehingga dapat dicerna oleh kemampuan fisik dan rasio yang telah dimiliki, maka kreativitas tidak akan ikut terlibat dan tidak akan ikut terbina. Selain itu, pemberian suatu kehormatan maupun apresiasi dalam upaya penemuan pemecahan masalah mampun mebuatn kreativitas dari para pelaku UMKM untuk berkembang.
PELESTARIAN PERMAINAN TRADISIONAL BALI MELALUI MURAL DI LAPANGAN ASTAGINA I Gede Yudha Pratama
Jurnal Lentera Widya Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Lentera Widya Desember 2021
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/lenterawidya.v3i1.271

Abstract

Upaya pelestarian budaya dan tradisi dalam era modern saat ini wajib dilakukan oleh semua pihak dan khalangan. Khususnya dalam upaya pelestarian permainan tradisional yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia. Pelestarian permainan tradisional khususnya di Bali dilakukan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Institut Desain dan Bisnis Bali, dalam bentuk kegiatan desain mural yang berlokasi di Lapangan Astagina, Desa Padangsambian Klod, Kota Denpasar. Tujuan dari kegiatan ini tiada lain sebagai salah satu upaya dalam pelestarian permainan tradisional melalui media mural di kawasan terbuka. Mural merupakan sebuah kegiatan melukis atau menggambar pada media datar, dinding, tembok atau permukaan luas yang sifatnya permanen. Metode yang dilakukan dalam proses dan pengerjaan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah dengan mempersiapkan desain yang terinspirasi dari permainan tradisional seperti; layang-layang, congklak, tajog dll yang kemudian divisualkan melalui desain mural dengan gaya flat design. Hasil dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dalam implementasi permainan tradisional melalui wujud visual mural di Lapangan Astagina ini memberikan warna baru sekaligus memberi edukasi mengenai permainan tradisional Bali bagi masyarakat.