Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian

Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Di Kota Banda Aceh (Studi Kasus Pada Usaha Kopi Bubuk Solong Kopi) Mohd. Rizki Noviansah; Agustina Arida; Teuku Fauzi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.208 KB)

Abstract

Provinsi Aceh istilah “jep kupi” merupakan kearifan lokal yang sudah diwariskan turun temurun sejak zaman dahulu. Salah satu kopi yang dikonsumsi masyarakat di Aceh untuk kopi robusta adalah kopi ulee kareng. Biji kopi Ulee Kareng dihasilkan dari biji kopi pilihan berkualitas yang berasal dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Biji-biji kopi tersebut diproduksi oleh usaha-usaha kecil menengah. Oleh penduduk setempat, bubuk kopi yang berkualitas tinggi ini kemudian diproses secara unik, sejak dari penggilingan hingga disaring menjadi secangkir minuman dengan cara yang tersendiri. Inilah sebabnya kopi Aceh, terutama kopi Ulee Kareng ini kemudian menjelma menjadi ikon Aceh itu sendiri. Kedahsyatan aroma kopi Aceh ini sudah sejak lama melegenda di Indonesia, dan saat ini sudah pula mendunia berkat banyaknya penikmat kopi dari kalangan pekerja internasional yang dating dan tinggal di Aceh selama bertahun-tahun untuk merekonstruksi Aceh pasca tsunami.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap suatu objek tertentu, dengan cara mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Hasil penelitian menunjukkan Usaha kopi bubuk Solong Kopi di Kota Banda Aceh menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan R/C ratio sebesar 1,59 yaitu lebih besar dari 1. Pendapatan yang diperoleh pengusaha kopi pada waktu penelitian sebesar Rp. 86.051.250/bulan.
Analisis Penggunaan Combine Harvester Terhadap Pendapatan Petani Dari Usahatani Padi Di Desa Lambunot Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar Noufal Fadlul Rahman; Agustina Arida; Sofyan Sofyan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.338 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18238

Abstract

Rice is one of the commodities as an ingredient to meet the basic needs of the community and as a source of income for farmers. Lambunot Village is one of the villages in Simpang Tiga Subdistrict, Aceh Besar Regency which in the last 2 years has switched to using a modern rice harvester combine harvester in the rice harvesting process. The advantages of using this tool are that it can reduce yield loss, reduce labor and agricultural tools, and shorten harvesting time, so that it is considered to increase the income of user farmers. This study aims to determine the ratio of income and to determine the largest cost component during one growing season in rice farming farmers using combine harvester machines with non-combine harvester farmers in Lambunot Village. The analytical technique used in this research is income analysis and t-test (Independent sample T Test). The results showed that the average net income per 1 ha of rice farming using combine harvester farmers was greater than the net income of non-combine harvester farmers, which was Rp. 12,502,572 compared to Rp. 9,646,198. The results of the t-test test also explain that there is a significant difference in net income between rice farming farmers using combine harvesters and rice farming farmers using non-combine harvesters. Then the largest cost component in rice farming for combine harvester farmers is the cost of harvesting or biaya combine harvester dengan biaya Rp. 2.778.718 atau 30,78% dari total biaya produksi, sedangkan komponen biaya terbesar pada usahatani padi non-combine harvester adalah biaya tenaga kerja atau biaya sebesar Rp. 3.246.344 atau 31,48% dari total biaya produksi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan combine harvester rice harvester sangat layak untuk digunakan petani di kemudian hari karena terbukti mampu memangkas biaya produksi dan mengurangi kerugian sehingga meningkatkan pendapatan petani pengguna.