Arenst Andreas
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit 94 Bandung 40141

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISASI CARBON NANOSPHERES (CNSs) DARI MINYAK GORENG DENGAN KATALIS FERROCENE DI PERMUKAAN KARBON AKTIF Hans Kristianto; Cahyadi Dwi Putra; Arenst Andreas
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1275.875 KB)

Abstract

Carbon nanospheres (CNSs) merupakan salah satu golongan nano karbon yang terbentuk sebagai produk samping dalam pembuatan carbon nanotubes (CNTs). CNSs memiliki ukuran antara 50 nm sampai 1 μm, dapat berupa bola kosong atau berisi. CNSs memiliki ikatan yang menggantung (dangling bonds) yang menyebabkan sifatnya reaktif. Dewasa ini CNSs banyak diteliti untuk dimanfaatkan sebagai support katalis, adsorbent, atau pun elektroda baterai dan superkapasitor.Pada penelitian ini, dilakukan sintesis CNSs dengan menggunakan support karbon aktif. Katalis yang digunakan adalah katalis besi yang berasal dari ferrocene, Fe(C5H5)2. Sementara itu minyak goreng digunakan sebagai sumber karbon pembentuk CNSs. Campuran minyak goreng, katalis, dan karbon aktif kemudian dikarbonisasi dengan menggunakan electrical furnace pada 700oC selama 1 jam dengan atmosfer nitrogen. Dalam percobaan ini divariasikan konsentrasi awal katalis 2,5, 5, 7,5 dan 10g katalis/100 ml minyak goreng, dengan rasio karbon aktif terhadap minyak goreng 1:3 (b/b). Karakterisasi produk menggunakan x-ray diffraction (XRD), analisa luas permukaan BET, Raman spektroskopi, energy dispersive X-ray spectroscopy (EDS), dan xray photoelectron spectroscopy (XPS). Morfologi permukaan karbon aktif diamati dengan scanning electron microscope (SEM) dan transmission electron microscopy (TEM).Hasil analisa SEM dan TEM menunjukkan bahwa dari sintesis yang dilakukan, terbentuk CNSs, yang tersusun atas C(002) dan C(100). Dapat diamati pula semakin besar katalis yang digunakan, semakin banyak CNSs yang terbentuk. Seiring peningkatan jumlah katalis, peningkatan kandungan besi dan oksigen di dalam sampel juga teramati dengan pengukuran EDS, akan tetapi berdasarkan analisa XPS, tidak ada perubahan komposisi gugus fungsi di permukaan karbon aktif. Penurunan luas permukaan karbon aktif teramati pada setiap sampel dengan penurunan maksimum 50%. Hal ini yang mengakibatkan penurunan kapasitas adsorpsi saat digunakan sebagai adsorbent. Saat sampel 2,5g/100mL diuji dengan cyclic voltammetry sebagai anoda baterai litium, performansinya stabil.Kata kunci: karbon aktif, katalis besi, minyak goreng, CNSs
Pengaruh Jenis, Konsentrasi Bahan Pengisi dan Suhu Pengeringan Terhadap Kualitas Ekstrak Buah Physalis Angulata Yang Diperoleh dengan Ekstraksi Menggunakan Air Subkritik Ratna Frida Susanti; Arenst Andreas; Garry Christianto Solihin
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.336 KB)

Abstract

Penggunaan ekstrak alami dari tumbuhan semakin luas dikembangkan dalam bidang farmasi. Keinginan masyarakat untuk kembali ke produk alam dan minimnya efek sampingyang ditimbulkan menjadi dua dari beberapa alasan yang muncul. Physalis angulata atau dikenal dengan nama ceplukan adalah tumbuhan herbal yang hidup semusim dan seringditemui tumbuh secara liar di beberapa daerah di Indonesia. Physalis angulata digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Dalam pengobatan tradisional, masyarakat merebussemua bagian dari tanaman ini dan kemudian diambil airnya untuk diminum. Akan tetapi berdasarkan studi terdahulu, penggunaan air pada suhu didihnya kurang efektif dalammengekstrak tanaman ini. Oleh karena itu, dipilihlah pelarut berupa air pada kondisi subkritiknya (suhu diatas titik didih air sampai dengan dibawah suhu kritik, pada tekanan tinggi), karena air pada kondisi subkritik memiliki kemampuan mengekstrak menyerupai pelarut organik yang notabene dihindari pemakaiannya karena sifatnya yang toksik, karsinogenik dan mahal. Ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan air subkritik pada suhu 250o C memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi akan tetapi memiliki bentuk yang berminyak dan padat. Sehingga untuk membentuk sediaan obat dalam bentuk bubuk diperlukan tambahan bahan pengisi (filler) pada proses pengeringan ekstrak.Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (i) mempelajari pengaruh jenis bahan pengisi pada kualitas ekstrak physalis angulata (ii) mempelajari pengaruh konsentrasi bahan pengisi pada kualitas ekstrak dan (iii) mempelajari efek suhu pengeringan pada pengeringan dengan menggunakan oven vakum.Target akhir dari penelitian ini adalah diperolehnya sediaan obat berbentuk bubuk dari ekstrak buah physalis angulata dengan kondisi pengeringan yang tepat untuk mempertahankan kandungan antioksidan di dalamnya. Metodeyang digunakan adalah dengan ekstraksi menggunakan pelarut berupa air subkritik dan pengeringan ekstrak menggunakan oven vakum.Hasil penelitian menunjukkan dalam range penelitian ini, semakin besar konsentrasi filler dan suhu pengeringan oven maka semakin baik nilai total fenol, flavonoid dan aktivitasantioksidannya. Filler aerosil terbukti lebih bagus dalam mempertahankan kualitas antioksidan dalam ekstrak.
Adsorpsi Ion Logam Kromium (Cr (Vi)) Menggunakan Karbon Aktif dari Bahan Baku Kulit Salak Selvya Utama; Hans Kristianto; Arenst Andreas
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2016: Prosiding SNTKK 2016
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Heavy metals are elements which are produced in industrial waste. This heavy metal waste causes pollution to the environment if the content of heavy metals contained therein exceeds the threshold. The toxic’s properties are extremely dangerous for humans if it accumulates in the human body. One of the heavy metals that are produced  is chromium. Several chemical and biological methods to remove heavy metals contained in the waste have been found. The adsorption method is one of the efficient and effective ways to treat heavy metal waste. In this study, activated carbon was prepared from salacca peel. Effects of pH, adsorbent dosage and Cr(VI) concentration on the adsorption of hexavalent chromium were investigated. The results were analyzed with Langmuir, Freundlich, Temkin, and Dubinin-Radushkevich adsorption isotherm models. And kinetic of the adsorption was performed based on pseudo first order, pseudo second order, and intraparticle diffusion equations. From the research, it is known that the optimum conditions for the Chromium(VI) adsorption occurs at pH 2. The adsorption capacity of salacca peel based activated carbons for the removal of hexavalent chromium was found to be 123 mg/g. And the best adsorption isotherm which can represent the adsorption equilibrium is Langmuir isotermal adsorption model. Moreover the data indicated that the adsorption kinetics follow the pseudo second order