Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gending Karesmen: Teater Tradisional Ménak di Priangan 1904-19421 Abdulah, Tatang; Hidayat, I. Syarief; Hardjasaputra, A. Sobana; Sumardjo, Jakob
PANGGUNG Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i3.143

Abstract

ABSTRACT This paper analyzes Gending Karesmen that had been living and developing in Priangan, cen- tered in Bandung City, in 1904 to 1942. Gending Karesmen emerged as Tunil Tembang which came up in 1904. In the begining, the performance of Tunil Tembang was plain and simple, then it gradu- ally became more complex and specific. The story, dance, music, and performance were established. The music became dominant factor related to the song (tembang) performed by the player in every dialog expression. Gending Karesmen grew well, almost without any hindrance, because it was sup- ported by the local officials (e.g. Bupati) and intellectuals. It was also because of the socio culture, economic and politic atmosphere in Priangan that were conducive in that period. Keywords: Gending Karesmen, Ménak Traditional Theater  ABSTRAK Tulisan ini menganalisis tentang Gending Karesmen yang hidup dan berkembang di Priangan, yang berpusat di Kota Bandung, pada tahun 1904-1942. Gending Karesmen mun- cul sebagai Tunil Tembang yang berkembang pada tahun 1904. Pada mulanya pertunjukan Tunil Tembang itu polos dan sederhana, kemudian secara bertahap menjadi lebih kompleks dan spesifik. Cerita, tarian, musik, dan pertunjukannya menjadi berkembang. Musiknya menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan lagu (tembang) yang dimainkan oleh pemainnya dalam setiap ekspresi dialog. Gending Karesmen berkembang dengan baik, hampir tidak ada hambatan, karena didukung oleh para pejabat setempat (misalnya Bu- pati) dan intelektual. Hal ini juga dikarenakan sosial budaya, suasana ekonomi dan politik di Priangan yang kondusif pada periode tersebut. Kata kunci: Gending Karesmen, Teater Tradisional Ménak
PERUBAHAN SOSIAL DI BANDUNG 1810 – 1906 A. Sobana Hardjasaputra
Sosiohumaniora Vol 5, No 1 (2003): SOSIOHUMANIORA, MARET 2003
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v5i1.5278

Abstract

Kota Bandung didirikan oleh R.A. Wiranatakusumah II, Bupati Bandung ke-6 (1794 – 1829) dengan pola kota tradisional. Kota itu didirikan sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Hasil penelitian sampai pada simpulan, bahwa tanggal 25 September 1810 merupakan hari jadi kota Bandung. Hal itu berarti tanggal tersebut merupakan titik tolak perubahan sosial di kota itu pada abad ke-19. Perubahan sosial di kota Bandung periode 1810 – 1906 merupakan hasil interaksi banyak faktor. Faktor-faktor itu menyangkut tiga aspek, yaitu kekuasaan, fisik kota, dan sosial ekonomi. Aspek kekuasaan berasal dari bupati (pihak pertama) dan gubernur jenderal/residen (pihak kedua). Kedua kekuasaan itu berpengaruh terhadap perubahan fisik kota dan sosial ekonomi. Hubungan pengaruh di antara ketiga aspek itu merupakan pola dasar perubahan. Perubahan berlangsung dalam tiga tahap, masing-masing dilandasi oleh fungsi kota. Pertama, sebagai ibukota kabupaten (1810-1864). Kedua, sebagai ibukota keresidenan, merangkap fungsi pertama (1864-1884). Ketiga, sebagai pusat transportasi kereta api “Jalur Barat”, merangkap fungsi pertama dan kedua (1884-1906). Perubahan pada tahap pertama berlangsung lambat. Akan tetapi, pada tahap kedua perubahan berlangsung relatif cepat dan pada tahap ketiga, perubahan berlangsung makin cepat. Faktor penting pendorong percepatan perubahan pada tahap ketiga adalah transportasi kereta api (faktor teknologi) dan pengusaha swasta asing serta lembaga sosial yang turut berperanan penting dalam pembangunan kota. Dapat disimpulkan, bahwa perubahan sosial di kota Bandung tahun 1810 – 1906 bergerak secara unilinear, dari kehidupan tradisional berkembang ke arah kehidupan modern. Kata kunci : Bandung : perubahan sosial/ sejarah kota
Gending Karesmen: Teater Tradisional Ménak di Priangan 1904-19421 Tatang Abdulah; I. Syarief Hidayat; A. Sobana Hardjasaputra; Jakob Sumardjo
PANGGUNG Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.011 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v23i3.143

Abstract

ABSTRACT This paper analyzes Gending Karesmen that had been living and developing in Priangan, cen- tered in Bandung City, in 1904 to 1942. Gending Karesmen emerged as Tunil Tembang which came up in 1904. In the begining, the performance of Tunil Tembang was plain and simple, then it gradu- ally became more complex and specific. The story, dance, music, and performance were established. The music became dominant factor related to the song (tembang) performed by the player in every dialog expression. Gending Karesmen grew well, almost without any hindrance, because it was sup- ported by the local officials (e.g. Bupati) and intellectuals. It was also because of the socio culture, economic and politic atmosphere in Priangan that were conducive in that period. Keywords: Gending Karesmen, Ménak Traditional Theater  ABSTRAK Tulisan ini menganalisis tentang Gending Karesmen yang hidup dan berkembang di Priangan, yang berpusat di Kota Bandung, pada tahun 1904-1942. Gending Karesmen mun- cul sebagai Tunil Tembang yang berkembang pada tahun 1904. Pada mulanya pertunjukan Tunil Tembang itu polos dan sederhana, kemudian secara bertahap menjadi lebih kompleks dan spesifik. Cerita, tarian, musik, dan pertunjukannya menjadi berkembang. Musiknya menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan lagu (tembang) yang dimainkan oleh pemainnya dalam setiap ekspresi dialog. Gending Karesmen berkembang dengan baik, hampir tidak ada hambatan, karena didukung oleh para pejabat setempat (misalnya Bu- pati) dan intelektual. Hal ini juga dikarenakan sosial budaya, suasana ekonomi dan politik di Priangan yang kondusif pada periode tersebut. Kata kunci: Gending Karesmen, Teater Tradisional Ménak