Sebagai negara kepulauan yang memiliki pantai terpanjang didunia, Indonesia membutuhkan banyak pemecahgelombang (termasuk groin dan revetment) tidak hanya untuk melindungi pantai dari penggerusan tetapi jugademi menjaga ketenangan air di kolam pelabuhan untuk manuver kapal dan operasi bongkar-muat. Akan tetapi,sampai sekarang di Indonesia, banyak konstruksi pemecah gelombang dan revetment tidak memperhatikan teknikpantai dan manajemen dengan baik. Ada banyak pemecah gelombang, groin dan revetment yang telah dibangununtuk melindungi pantai-pantai yang kritis, tetapi perencanaan dan konstruksi tidak profesional sehingga merekatidak bertahan lama. Contoh terdekat adalah Pantai Tanjung Bunga, Makassar. Beberapa groin yang dibangun diPantai Akkarena rusak hanya dalam beberapa tahun. Sebuah pemecah gelombang yang terbuat dari silindersilinderbeton, runtuh sebelum selesai. Penyebab kelangkaan pembangunan pemecah gelombang (yang baik)adalah biaya tinggi yang dibutuhkan akibat kesulitan bekerja di laut dan kebutuhan material (yang memenuhisyarat) yang sangat banyak. Studi ini mencari jalan keluar berupa pemecah gelombang (vertikal) yang terbuatdari balok-kotak, tiang-pancang dan pengisi beton. Telah diketahui bahwa pemecah gelombang gundukan batuadalah yang paling efektif meredam energi gelombang (baik transmisi maupun refleksi), dan bahkan setelahruntuh pun masih dapat berfungsi; dengan sedikit perbaikan pada kerusakan, ia akan berfungsi lagi semakin baik.Persoalan utama adalah kebutuhan material yang sangat banyak, dan sebahagian harus dalam ukuran besar.Material ini biasanya diperoleh dari peledakan gunung-gunung batu yang berkualitas baik (SG > 2.7), hal yangsekarang sulit dilakukan karena issue lingkungan. Dengan pemecah gelombang vertikal, ukuran dan jumlah batuyang dibutuhkan sangat berkurang.