Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pendekatan tatalaksana refluks gastroesofagus (RGE) pada anak Sulaiman Yusuf
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 8, No 2 (2008): Volume 8 Nomor 2 Agustus 2008
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak.   Refluks  Gastroesofagus  (ROE)  merupakan suatu  keadaan  fisiologis    yang  sering  ditemukan  pada anak.,  namun  dapat berkembang  menjadi  patologis   sehingga menirnbulkan bagi  anak.  Esofagitis  merupakan gambaran patologis/komplikasi    yang sering  ditemukan  akibat pajanan asam lambung pada dinding   esophagus secara berlebihan.   Refluks Oastroesofagus  yang tidak  ditatalaksana   dengan  baik  dapat menurunkan  kualitas hidup anak dan rnenyebabkan  komplikasi   yang  berat, seperti gagal  tumbuh,  striktur  esofagus,  atau esofagus Barrets. Tatalaksana   ROE  pada  anak perlu   dipaharni secara tepat agar  penanganan  dapat dilakukan  sedini mungkin   untuk  mencegah  terjadinya  komplikasi   dikemudian   hari,   Pada  RGE  yang  dicurigai   telah  terjadi komplikasi   (esofagitis),   maka pemeriksaan  endoskopi merupakan pilihan pertama.  Pemantauan pH esophagus dengan  rnenggunakan  pH-metri  merupakan   prosedur  diagnostik  baku emas  saat  ini untuk  diagnosa  RGE. Golongan   prokinetik   merupakan obat yang rnernberikan   hasil efektifpada  anak dengan RGE.  (JKS 2008; 2:113-121) Kata kunci:  Gastro oespophaqeal refluks, oesophaqltls, pH-metry endoscopy. Abstract. Refluks Gastroesofagus  (ROE) is a physiological   frequently  found in children, but can develop into patologic.   Esofagitis   is  patologic   symtomp/  complications   that are frequently  found due to exposure of the acid side wall of the esophagus redundant.  Refluks Gastroesofagus which  didn't   treat well can decrease the quality  of  life  of children   and  cause  serious   complications,   such as  failure  to grow,  striktur csofagus,  or esofagus Barrets.  Treatment  ROE on children   need to understand precisely  so that the handling  can be done as early as possible  to prevent  the occurrence  of complications   dikemudian   days.  On the ROE suspected complications   have  occurred  (esofagitis),   the  endoscope   examination  is  the  first  choice.  Esophagus  pH monitoring  using  a  pH-metri  diagnostic   procedures  are  currently  the  gold  standard  for  diagnosis  RGE. Prokinetik Group is a drug ~t provides  effective results  in children with RGE.  (JKS 2008,· 2: IJJ-121) Kata kunci:   Refluks Gastroesofagus, esofagitis, pH-metri,  endoskopi.
Pendekatan tatalaksana refluks gastroesofagus (RGE) pada anak Sulaiman Yusuf
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 8, No 2 (2008): Volume 8 Nomor 2 Agustus 2008
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak.   Refluks  Gastroesofagus  (ROE)  merupakan suatu  keadaan  fisiologis    yang  sering  ditemukan  pada anak.,  namun  dapat berkembang  menjadi  patologis   sehingga menirnbulkan bagi  anak.  Esofagitis  merupakan gambaran patologis/komplikasi    yang sering  ditemukan  akibat pajanan asam lambung pada dinding   esophagus secara berlebihan.   Refluks Oastroesofagus  yang tidak  ditatalaksana   dengan  baik  dapat menurunkan  kualitas hidup anak dan rnenyebabkan  komplikasi   yang  berat, seperti gagal  tumbuh,  striktur  esofagus,  atau esofagus Barrets. Tatalaksana   ROE  pada  anak perlu   dipaharni secara tepat agar  penanganan  dapat dilakukan  sedini mungkin   untuk  mencegah  terjadinya  komplikasi   dikemudian   hari,   Pada  RGE  yang  dicurigai   telah  terjadi komplikasi   (esofagitis),   maka pemeriksaan  endoskopi merupakan pilihan pertama.  Pemantauan pH esophagus dengan  rnenggunakan  pH-metri  merupakan   prosedur  diagnostik  baku emas  saat  ini untuk  diagnosa  RGE. Golongan   prokinetik   merupakan obat yang rnernberikan   hasil efektifpada  anak dengan RGE.  (JKS 2008; 2:113-121) Kata kunci:  Gastro oespophaqeal refluks, oesophaqltls, pH-metry endoscopy. Abstract. Refluks Gastroesofagus  (ROE) is a physiological   frequently  found in children, but can develop into patologic.   Esofagitis   is  patologic   symtomp/  complications   that are frequently  found due to exposure of the acid side wall of the esophagus redundant.  Refluks Gastroesofagus which  didn't   treat well can decrease the quality  of  life  of children   and  cause  serious   complications,   such as  failure  to grow,  striktur csofagus,  or esofagus Barrets.  Treatment  ROE on children   need to understand precisely  so that the handling  can be done as early as possible  to prevent  the occurrence  of complications   dikemudian   days.  On the ROE suspected complications   have  occurred  (esofagitis),   the  endoscope   examination  is  the  first  choice.  Esophagus  pH monitoring  using  a  pH-metri  diagnostic   procedures  are  currently  the  gold  standard  for  diagnosis  RGE. Prokinetik Group is a drug ~t provides  effective results  in children with RGE.  (JKS 2008,· 2: IJJ-121) Kata kunci:   Refluks Gastroesofagus, esofagitis, pH-metri,  endoskopi.
Hepatitis virus B akut pada anak Sulaiman Yusuf
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 8, No 3 (2008): Volume 8 Nomor 3 Desember 2008
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak.   Hepatitis  B  merupakan  proses inflamasi   sel  hati yang disebabkan  oleh   virus hepatitis    B yang dapat mengakibatkan  kerusakan  hati.   I lepatitis   virus  B terut.ama ditularkan   melalui  darah  atau  cairan   tubuh (jalur parenteral)   yang terdiri dari transmisi  vertikal  (perinatal)   dan horizontal. Gejala  dan tanda hepatitis ini  adalah mual,  muntah, nyeri perut, demam, kuning (ikterus),   urin seperti  teh (merah  tua), perubahan  wama  tinja  dan hepatomegali   atau  splenomegali.    Terapi   suportif  dan simptomatis    tanpa  rnembutuhkan  terapi  antivirus,   dan imunisasi aktif sangat penting sebagai pencegahan. Di laporkan  sebuah kasus hepatitis   virus B akut pada anaklaki-laki   5 tahun dimana diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis  dan perneriksaan penunjangyaitu  ditemukan  adanya  peningkatan  nilai  enzim  aminotransferase,  nilai  HBsAg  dan   lg  M anti  HBc yang positif  dan nilai lg  M anti HAV negatif   Pada hasil  ultrasonograf   abdomen  menunjukkan  hasil   yang sesuai dengan hepatitis. Setelah  mendapat pengobatan  suportif  dan sirnptomatis,   klinis   pasien   mengalami   perbaikan. (JKS 2008;  3: US-150) Kata kunci: hepatitis virus B, HBsAg, lgM antiHBc, terapi suportif dan simptomatis. Abstract.  Hepatitis  B is an inflammation process on  liver cells caused by the hepatitis 8 virus that lead to liver damage.  Hepatitis  B virus  is  transmitted  primarily  through  blood  or  body  fluids  (parenteral   routes),  which consists  of  vertical  transmission  (perinatal)  and  horizontal.  Signs  and  symptoms   of  hepatitis   are  nausea, vomiting,  stomach  pain,  fever,  yellow  (icterus),  urin  such  as  tea  (cherry  red),  color   changes  on  feces and hepatomegali   or   splenomegali.   Suportif   therapy   and  sirnptomatis    without   antiviral    therapy,   and  active immunization are very important as prevention. It's reported a case of acute hepatitis B virus in the boys 5 years old, that diagnosed   based on anamnesis,  clinical  symptoms and laboratoeium  finding of increasing  in the value of aminotransferase  enzyme,  the value of F ig  HBsAg -and anti HBc positive  and the value  of F ig  anti HAV negative . In the abdomen ultrasonografi  results show that the results in accordance  with hepatitis. After being suportifand  simptomatis treatment, patients  experienced  clinical improvement.  (JKS 2008; 3: US-150) Keyword :  viral hepatitis  B, HBsAg, lgM, supportif and symptomatic therapy
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN MENGI PADA ANAK DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) ISLAM TERPADU AL-AZHAR Mulya Safri; Kulsum Kulsum; Sulaiman Yusuf; Novita Andayani; Jufitriany Ismy; Mala Hayati
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 18, No 1 (2018): Volume 18 Nomor 1 April 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v18i1.11211

Abstract

Abstrak: Mengi adalah gejala asma yang paling umum pada anak.Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya mengi adalah pemberian susu sapi pada anak.Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian susu sapi dengan kejadian mengi pada anak di PAUD Islam Terpadu AL-AZHAR. Jenis studi ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional. Responden studi ini adalah 60 orang tua dari anak dengan rentang usia 6 bulan – 5 tahun. Hasil studi didapatkan dengan menggunakan kuisioner yang telah valid dan reliabel yaitu kuisioner ISAAC dan kuisioner pemberian susu sapi. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan p value 0,045 (α0,05) sehingga terdapat adanya hubungan pemberian susu sapi dengan kejadian mengi pada anak. Kesimpulan dari studi ini adalah anak yang diberi susu sapi dapat meningkatkan risiko mengi dibandingkan anak yang tidak diberi susu sapi.Kata kunci: susu sapi, mengi, anak 6 bulan-5 tahun.Abstract:Wheezingis the main symptom of asthma in children. One of the factors predisposing this symptom is cow's milk consumption.The objective of this study is to identify the association between cow's milk consumption and wheezing incidence in children at PAUD Islam Terpadu AL-AZHAR.This is an analytic observational study with cross-sectional design. The sample of this study include 60 parents of children aged from 6 months to 5 years old. The result is obtained using valid and reliable questionnaires, ISAAC and cow's milk consumption questionnaire. Analyzed using Chi Square test, the result revealed p value of 0.045 (α0,05), indicating an association between cow's milk consumption and wheezing incidence in children. The conclusion of this study is that children consuming cow's milk have higher risk for experiencing wheezing.Keywords: cow's milk, wheezing, 6-month to 5-year-old children
Profil Penyakit Kritis di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Nora Sovira; Jufitriany Ismi; Yunnie Trisnawati; Munar Lubis; Sulaiman Yusuf
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.92-7

Abstract

Latar belakang. Angka morbiditas dan mortalitas pada anak yang disebabkan penyakit kritis masih tinggi, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Hingga saat ini belum ada data mengenai profil pasien anak dengan penyakit kritis yang dirawat di ruang rawat intensif anak RSUD Dr. Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh.Tujuan. Untuk mengetahui bagaimana profil pasien anak dengan penyakit kritis yang dirawat di ruang rawat intensif anak RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh pada tahun 2019.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif di ruang rawat intensif anak RSUDZA, Banda Aceh. Data dari rekam medis usia 1 bulan - 18 tahun sejak Januari 2019 sampai Desember 2019.Hasil. Diperoleh data pasien anak dengan sakit kritis yang dirawat di ruang intensif anak RSUDZA berjumlah 316 subjek. Mayoritas usia di bawah 5 tahun. Penyakit utama terbanyak adalah disfungsi organ respirasi (28,5 %). Jumlah Skor PELOD-2 terbanyak pada studi ini < 7 (69,6%) dengan lama rawat 2-7 hari (64,9%) dan angka mortalitas 21,8%.Kesimpulan. Profil penyakit kritis pada anak di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2019 menunjukkan mayoritas subjek berusia di bawah 5 tahun, skor PELOD-2 < 7 dengan disfungsi organ terbanyak adalah respirasi.
Cakupan Imunisasi Dasar Anak Usia 1-5 tahun dan Beberapa Faktor yang berhubungan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh TM Thaib; Dora Darussalam; Sulaiman Yusuf; Rusdi Andid
Sari Pediatri Vol 14, No 5 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.5.2013.283-7

Abstract

Latar belakang. Program pengembangan imunisasi sudah berjalan sejak tahun 1974 untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu satu kali imunisasi BCG, empat kali imunisasi polio, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi hepatitis B, dan satu kali imunisasi campak sebelum berumur 12 bulan. Sasaran yang hendak dicapai Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010-2014 adalah meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan menjadi 90%. Saat ini berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional baru mencapai 53,8%, sedangkan Propinsi Aceh baru mencapai 37,0%.Tujuan. Mengetahui cakupan imunisasi dasar anak balita usia 1-5 tahun, alasan imunisasi yang tidak lengkap, serta mengetahui hubungan antara pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi. Metode. Penelitian potong lintang menggunakan kuesioner dengan subjek orangtua anak usia 1-5 tahun yang berkunjung ke Poliklinik Anak RSIA Banda Aceh selama kurun waktu 8 minggu (12 Desember 2011 sampai 27 Januari 2012). Cakupan bayi dengan imunisasi dasar lengkap adalah persentase bayi umur <12 bulan yang telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Hubungan antara 2 kelompok variabel dianalisis dengan uji Chi-squaredan Kolmogorov-Smirnov.Hasil.Seratus tiga anak diikutsertakan dalam penelitian. Cakupan imunisasi dasar pada anak usia 1-5 tahun 86 (83,5%) lengkap, 16 (15,5%) tidak lengkap, dan 1 (1%) tidak pernah diimunisasi. Alasan tidak pernah diimunisasi atau tidak melengkapi imunisasi adalah ibu cemas akan efek samping 12 (70,6%), 4 (23,5%) sering sakit, dan 1 (5,9%) orangtua beralasan imunisasi haram. Terdapat hubungan yang bermakna antara sebaran pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p<0,05). Kesimpulan.Cakupan imunisasi dasar pada subjek penelitian 83,5%. Terdapat hubungan yang bermakna antara sebaran pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p<0,05).
Hubungan Karakteristik Klinis dan Laboratoris Terhadap Kejadian Miokarditis Difteri pada Anak di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tita Menawati Liansyah; Mulya Safri; Sulaiman Yusuf
Sari Pediatri Vol 22, No 3 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.3.2020.131-8

Abstract

Latar belakang. Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae. Komplikasi terberat penyakit ini yaitu terjadinya miokarditis yang dapat mengakibatkan kematian.Tujuan. Mengetahui hubungan antara karakteristik klinis dan laboratoris terhadap kejadian miokarditis difteri pada anak di RSUDZA Banda Aceh.Metode. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan data rekam medik pasien difteri periode Januari 2017 hingga Desember 2019. Sampel 101 pasien difteri dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan Chi-square test. Hasil. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara karakteristik klinis dengan terjadinya miokarditis difteri didapatkan hasil (CI=95%; p<0,05) untuk stridor dan (CI=95%; p>0,05) untuk variabel letak membran, demam, nyeri tenggorokan, suara parau, bull neck dan derajat difteri. Analisis antara karakteristik laboratoris (leukosit, Troponin I, CK-MB, SGOT dan SGPT) dengan terjadinya miokarditis difteri didapatkan hasil (CI = 95%; p >0,05)Kesimpulan. Terdapat hubungan antara variabel karakteristik klinis, yaitu stridor dengan terjadinya miokarditis difteri. Sementara variabel lain, seperti letak membran, demam, nyeri tenggorokan, suara parau, bull neck dan derajat difteri tidak ada hubungan dengan terjadinya miokarditis difteri. Tidak ada hubungan antara variabel karakteristik laboratoris (leukosit, Troponin I, CK-MB, SGOT dan SGPT) dengan terjadinya miokarditis difteri pada anak di RSUDZA Banda Aceh.
Insidens Diare pada Anak dengan Pneumonia, Studi Retrospektif Nurjannah Nurjannah; Nora Sovira; Raihan Raihan; Sulaiman Yusuf; Sidqi Anwar
Sari Pediatri Vol 13, No 3 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.888 KB) | DOI: 10.14238/sp13.3.2011.169-73

Abstract

Latar belakang. Pneumonia dan diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak. Kedua penyakit dapat terjadi terpisah atau bersamaan. Insidens dari kedua penyakit bersamaan akan menentukan tata laksana kasus tersebut selanjutnya.Tujuan.Mengetahui insidens diare pada anak yang dirawat dengan pneumonia di bangsal anak.Metode.Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data dari rekam medis pasien mulai 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2009, yang dirawat di RSUD Dr.Zainoel Abidin Aceh. Hasil.Terdapat 347 anak yang diikutkan dalam penelitian dan 54,2% anak menderita diare, 29,4% menderita pneumonia dan 4,3% menderita diare dengan pneumonia. Selama periode penelitian didapatkan 2035 anak dirawat di bangsal anak RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh; 347 anak di antaranya dilakukan analisis. Dari 347 anak, 54,2% menderita diare, 29,4% pneumonia, dan 4,3% diare ditambah pneumonia. Terbanyak (80%) umur kurang dari 1 tahun, 60% dengan gizi kurang, disertai suhu 380C, muntah (46,7%), dan disertai anemia, terdapat pada anak dengan diare dan pneumonia.Kesimpulan.Pada anak yang dirawat inap dalam dua tahun terakhir didapatkan angka infeksi diare lebih tinggi daripada pneumonia. Insidens diare beserta pneumonia 4,3%.
Gambaran Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi Ginjal pada Diare Akut Sulaiman Yusuf; Syafruddin Haris; Muzal Kadim
Sari Pediatri Vol 13, No 3 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.899 KB) | DOI: 10.14238/sp13.3.2011.221-5

Abstract

Latar belakang. Diare akut merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup banyak ditemukan pada bayi dan anak. Gejala utamanya dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan volume ekstraselular yang menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan memicu gangguan fungsi organ-organ tubuh salah satunya penurunan fungsi ginjal.Tujuan. Mengetahui gambaran derajat dehidrasi dan gangguan fungsi ginjal pada diare akut.Metode. Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectionalyang ditujukan untuk membuat deskripsi atau gambaran derajat dehidrasi dari diare akut dan gangguan fungsi ginjal pada pasien rawat inap anak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh. Penelitian dilakukan pada Agustus sampai dengan bulan Desember 2010 dengan pengumpulan data, klasifikasi, dilanjutkan dengan analisis data.Hasil.Didapatkan 21 pasien diare akut yang memenuhi kriteria penelitian. Jumlah pasien berusia < 2 tahun 17, umur 2-15 tahun 4 anak. Jenis kelamin laki-laki 12 dan perempuan 4. Berdasarkan derajat dehidrasi didapatkan pasien diare akut tanpa dehidrasi 8, dehidrasi ringan sedang 11, dan dehidrasi berat 2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) berdasarkan kriteria RIFLE ditemukan pasien diare akut dengan risk 6, dan injury1.Terdapat 2 masuk kriteria riskdari 8 pasien diare akut tanpa dehidrasi, 3 masuk kriteria riskdari 11 pasien diare akut dehidrasi ringan sedang, dan 1 masuk kriteria injurydari 2 pasien diare akut dengan dehidrasi berat.Kesimpulan. Semakin berat derajat dehidrasi maka semakin tinggi risiko terjadi gangguan fungsi ginjal.
Pediatric Ileocolica Invagination: A Case Report Sulaiman Yusuf; Tita Menawati Liansyah
Britain International of Exact Sciences (BIoEx) Journal Vol 2 No 3 (2020): Britain International of Exact Sciences Journal, September
Publisher : Britain International for Academic Research (BIAR) Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/bioex.v2i3.299

Abstract

Invagination or intussusception is an inversion of intestinal segments into other intestinal segments which is the most common cause of intestinal obstruction in infants and children. Early diagnosis and therapy can cause intestinal ischemia, perforation, and peritonitis which can be fatal. Trias classic symptoms consist of abdominal pain, vomiting, and blood in the stool. Invagination often occurs in children under 2 years old, with the highest incidence in children aged 4 - 9 months. The most common cause of invagination is idiopathic. Reportedly a boy, 10 months with a history of mucus with blood, vomiting, flatulence, history of colds cough. Physical examination reveals that the child is aware and active. The abdomen appears distended, palpable mass such as sausages, and intestinal hyperperistaltic. In the rectal toucher, there is mucus and blood on the handscoon. Investigations found anemia and leukocytosis. Stool examination showed blood, erythrocytes 4-6 LPB and leukocytes 8-10 LPB. Radiological examination of the abdomen appears to dilate the intestine (colon) with a coffee bean sign, the impression is in accordance with the picture of invagination. Abdominal ultrasound impression according to the picture of invagination (colo-colica). The patient was diagnosed as ileocolica intussusception and acute diarrhea without dehydration.