Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Rasio Biji terhadap Pelarut dan Waktu Ekstraksi terhadap Yield dan Kualitas Minyak Biji Alpukat Novia Mehra Erfiza; Ryan Moulana; Desy Wulandari; Satriana Satriana; Muhammad Dani Supardan
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 11, No 1 (2016): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.987 KB) | DOI: 10.23955/rkl.v11i1.3771

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio biji alpukat terhadap pelarut dan waktu ekstraksi pada proses ekstraksi minyak biji alpukat menggunakan pelarut n-heksan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial terdiri atas 2 faktor yang masing-masing terdiri dari 3 taraf dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah rasio biji alpukat terhadap pelarut yaitu 1:5, 1:10 dan 1:15 (g/mL), sedangkan faktor kedua adalah waktu ekstraksi yaitu 120, 150, dan 180 menit. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan rasio bahan terhadap pelarut tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap yield dan bilangan asam. Sementara itu, perlakuan waktu ekstraksi berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap yield minyak biji alpukat, dan berpengaruh tidak nyata (P0,05) terhadap bilangan asam. Yield tertinggi (2,23%) diperoleh dari sampel minyak pada perlakuan rasio bubuk biji alpukat terhadap pelarut 1:5 dan waktu ekstraksi 120 menit dengan aktivitas antioksidan 62,87%, serta nilai viskositas dan densitas masing-masing yaitu 13,5 cP dan 0,96 g/mL. Asam lemak oleat merupakan komponen terbesar dalam minyak biji alpukat.
Pengaruh Konsentrasi Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) dan Jenis Tepung pada Pembuatan Mie Basah Yanti Meldasari Lubis; Novia Mehra Erfiza; Ismaturrahmi Ismaturrahmi; Fahrizal Fahrizal
Rona Teknik Pertanian Vol 6, No 1 (2013): Volume 6, No. 1, April 2013
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v6i1.913

Abstract

ABSTRAK. Jenis rumput laut yang biasanya diolah menjadi makanan yang siap dimakan adalah Eucheuma sp dan Gellidium sp. Diversifikasi produk olahan rumput laut adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis rumput laut, yaitu dengan cara mengolah rumput laut jenis Eucheuma cottonii menjadi mie basah. Mie basah merupakan hasil pengolahan berbahan dasar tepung yang dicampur dengan bahan tambahan lainnya. Tepung yang sering digunakan dalam pembuatan mie adalah tepung terigu dan tepung beras. Penambahan rumput laut pada pembuatan mie basah diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi kepada masyarakat karena rumput laut mengandung yodium dan kadar serat yang tinggi. Penggunaan rumput laut juga mempengaruhi karakteristik mie basah yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti yaitu pengaruh konsentrasi rumput laut dan jenis tepung. Faktor konsentrasi rumput laut (R) terdiri atas 3 taraf yaitu R1 = 30%, R2 = 35%, dan R3 = 40%. Faktor jenis tepung (T) terdiri atas 2 taraf yaitu T1 = tepung terigu dan T2 = tepung beras. Kualitas mie basah terbaik yang dihasilkan berdasarkan metode rangking diperoleh pada konsentrasi 30% rumput laut dan tepung terigu dengan karakteristik sebagai berikut: rendemen 176,03%, kadar protein 18,53% , nilai organoleptik warna = 3,92 (suka), nilai organoleptik aroma = 3.73 (suka), nilai organoleptik rasa = 3.78 (suka), nilai organoleptik kekenyalan = 3,95 (suka), dan nilai organoleptik uji mutu hedonik kekenyalan = 3,87 (kenyal). Kandungan yodium dari mie basah dari 3,8 mg bahan iod/100g diperoleh dari rumput laut dengan perlakuan konsentrasi 30% dan penggunaan tepung terigu (R1T1).Effect of Seaweed (Eucheuma Cottonii) and Flour Type Concentrations on Wet Noodle ProcessingABSTRACT. Type of seaweed that is usually processed into food and ready to eat is Gellidium sp. and Eucheuma sp. Diversification of processed seaweed is one of the efforts to improve the effectiveness and economic value of seaweed. It is by processing seaweed of Eucheuma cottonii into wet noodle. Wet noodle is made from flour mixed with other additives. Flour that often used in wet noodle processing is flour and rice. The addition of seaweed on a wet noodle making is expected to improve the nutritional value for society because seaweed contains iodine and high fiber. The use of seaweed also affected the characteristics of a wet noodle. The research was conducted using completely randomized design (CRD) factorial. Factors studied were the influence of the concentration and type of seaweed flour. Seaweed concentration factor (R) consisted of 3 levels, R1 = 30%, R2 = 35%, and R3 = 40%. Factors in the type of flour (T) consisted of two levels, T1 = T2 = flour and rice flour. The quality of best wet noodle generated based on ranking method, obtained at a concentration of 30% seaweed and wheat flour with the following characteristics: yield 176.03% , 18.53% protein content, color organoleptic value = 3.92 (like), aroma organoleptic value = 3.73 (like), a sense of the organoleptic value = 3.78 (like), organoleptic value of elasticity = 3.95 (like), and the value of organoleptic quality test hedonic elasticity = 3.87 (chewy). Iodine content of 3.8 mg of wet noodles iod/100g material derived from seaweed by treatment with 30% and the use of wheat flour (R1T1).