Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi

Kemunculan Diri Dan Peran Pemilik Industri Media Di Indonesia Dalam Kerangka Teori Strukturasi Anthony Giddens Ignatius Haryanto
Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6 No 2 (2014): ULTIMACOMM
Publisher : Universitas Multimedia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.656 KB) | DOI: 10.31937/ultimacomm.v6i2.414

Abstract

Dalam perkembangan industri media nasional dan global, pertanyaan yang banyak muncul belakangan ini mengarah pada seberapa besar peran kepentingan ekonomi dan politik yang dibawakan oleh para pemilik media (media owner) dalam menentukan isi media. Dalam era dimana kapitalisasi, komodifikasi terhadap industri media berjalan dengan demikian sangat intensif, maka pertanyaan atas kepentingan apa yang dibawakan oleh para pemilik media menjadi pertanyaan yang relevan diajukan. Sementara itu dalam masa sebelumnya pertanyaan tentang implikasi kepemilikan terhadap isi dari media belum banyak diajukan, dan dalam arti itu pula implisit suatu kerangka kerja dari industri ini yang dilihat sebagai suatu kerangka kerja yang menyangkut kepentingan publik yang lebih luas daripada sekedar membela kepentingan bisnis semata. Dalam telaah ini hendak ditunjukkan bagaimana dan apa yang membuat media owner menjadi sesuatu yang penting untuk dilihat dalam kerangka teori tarik menarik struktur dan agen, dan dimana persisnya letak dari media owner ini, apakah ia adalah seorang penguasa struktur ataukah ia adalah seorang agen. Dengan menggunakan kerangka pemikiran strukturasi yang diajukan oleh Anthony Giddens untuk melihat bagaimana problematika yang terjadi dalam tarik menarik struktur dan agency yang ada dalam konteks perkembangan industri media pada suatu ruang dan tempat tertentu. Dengan pendekatan ini pula maka hendak ditunjukkan bagaimana asal muasal kekuasaan itu datang, dan bagaimana kemudian bisa mempengaruhi industri media itu sendiri. Hendak ditunjukkan pula problematika macam apa yang muncul dalam menjelaskan tentang landscape industri media pada masa kini, dan sekaligus juga hendak ditelaah apakah ada kelemahan dari pendekatan ini ketika ia diterapkan dalam konteks perkembangan industri media.
Propaganda, Hannah Arendt, Joseph Goebels dan Totalitarianisme Ignatius Haryanto
Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7 No 1 (2015): ULTIMACOMM
Publisher : Universitas Multimedia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (691.976 KB) | DOI: 10.31937/ultimacomm.v7i1.425

Abstract

Sangat menarik bahwa Hannah Arendt dalam bukunya Asal Usul Totalitarianisme, buku ketiga21, menulis suatu bab secara khusus tentang propaganda, sebagai bagian dari Gerakan Totalitarianisme. Arendt di situ mengulas dengan cukup detail bagaimana peran dari propaganda, indoktrinasi serta teror dalam kerangka totalitarianisme. Tulisan ini hendak membahas tentang propaganda sebagai bagian dari komunikasi massa untuk meyakinkan massa untuk tujuan-tujuan tertentu dari penguasa. Sedikit banyak ia berkait dengan pola pemerintahan totaliter, tetapi lebih dari itu, propaganda merupakan alat politik yang juga dilakukan oleh negara yang sedang berperang baik ke dalam masyarakat di dalam maupun di luar negeri. Dalam tulisan ini paparan Arendt akan disandingkan dengan tuPropaganda pada masa Hitler, lalu tulisan ini juga ingin menaruh propaganda ini dalam konteks yang lebih luas bagaimana propaganda dilakukan, dianalisis oleh para sarjana yang belakangan kemudian memunculkan suatu bidang studi tersendiri pada periode paska perang dunia II, yaitu ilmu komunikasi. Kata Kunci : propaganda, totalitarianisme, hannah arendt, komunikasi massa
Performa Media, Jurnalisme Empati, dan Jurnalisme Bencana: Kinerja Televisi Indonesia dalam Peliputan Bencana (Kasus Liputan TV One terhadap Hilangnya Air Asia QZ 8501) Ignatius Haryanto
Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 8 No 1 (2016): ULTIMACOMM
Publisher : Universitas Multimedia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.026 KB) | DOI: 10.31937/ultimacomm.v8i1.818

Abstract

Tulisan ini hendak memaparkan telaah terhadap TV One sebagai salah satu televisi berita di Indonesia, apakah ia melakukan kinerjanya sesuai dengan konsep performa media seperti yang dikemukakan oleh McQuail (1992), dan juga konsep jurnalisme empati sebagaimana digagas oleh Ashadi Siregar (2002). Tulisan ini memaparkan tema di atas dengan menggunakan metode studi kasus dan memilih secara khusus liputan TV One atas hilangnya pesawat Air Asia QZ 8501, kemudian dibahas dalam kerangka jurnalisme bencana serta panduan etis yang dirumuskan dalam P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran / Standar Program Siaran). Peristiwa hilangnya pesawatnya Air Asia QZ 8501 pada akhir Desember 2014 menunjukkan TV One, lebih mengutamakan kecepatan penyampaian berita serta menekankan unsur sensasionalisme, ketimbang mempertimbangkan pemberitaan seperti apa yang sebaiknya diterima oleh para penonton. Tulisan ini mencoba menyoroti bagaimana TV One memberitakan tragedi Air Asia tersebut khususnya pada saat tayangan Breaking News mereka di mana TV One memberitakan soal penemuan mayat terapung di lautan beberapa hari setelah kecelakaan terjadi. Kata Kunci: berita televisi, jurnalisme bencana, jurnalisme empati