Pencemaran lingkungan terjadi hampir di semua negara di dunia. Kegiatan industri menyebabkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara. Salah satu pencemar di perairan adalah logam berat yang berasal dari pertambangan, peleburan logam, dan industri lainnya. Pencemar logam berat telah menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air dan sedimen di badan air seperti sungai, danau dan waduk. Logam berat dapat terakumulasi pada tubuh biota di perairan, yang mana dapat masuk kedalam tubuh manusia jika dikonsumsi dan akan menyebabkan gangguan kesehatan. Diperlukan adanya metode dalam meremediasi polutan logam berat di perairan. Dipilihlah metode bioaugmentasi sebagai cara untuk menurunkan konsentrasi logam berat di perairan. Metode ini dipilih karena operasionalnya yang mudah, ramah lingkungan, dan dapat meremediasi dalam jangka waktu yang lama. Mikroorganisme yang digunakan dalam metode bioaugmentasi ini adalah bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang dapat menguraikan pencemar dari senyawa toksik menjadi tidak toksik. Bakteri dapat bertahan hidup di kondisi lingkungan yang ekstrem salah satunya adalah suhu yang tinggi. Studi kasus di wilayah Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya menunjukkan bahwa logam berat merkuri (Hg) telah mencemari sungai Krueng Sabee dimana logam berat merkuri (Hg) sudah terakumulasi pada biota air yang terdapat di sungai tersebut. Metode dalam mengurangi konsentrasi logam berat merkuri (Hg) adalah bioaugmentasi dengan pemanfaatan konsorsium atau kultur campuran dari tiga jenis bakteri yaitu Pseudomonas putida, Pseudomonas aeruginosa, dan Citrobacter freundii. Jenis bakteri penyusun dan waktu degradasi berpengaruh terhadap kemampuan reduksi merkuri (Hg). Gabungan dari beberapa bakteri pendegradasi yang sesuai dapat meningkatkan potensi reduksi merkuri (Hg) pada sedimen air tercemar semakin tinggi.