Ana Hidayati M
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

IPTEK BAGI MASYARAKAT (Ib M) RW IV DAN RW VI KELURAHAN KRAPYAK SEMARANG DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK ORGANIK Yusrin -; Ana Hidayati M; R. Ery Wibowo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2014: PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL - HASIL PENELITIAN & PENGABDIAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.704 KB)

Abstract

Mitra kegiatan IbM adalah 2 kelompok PKK RW VI di dalam perumahan, dan RW IV di luar perumahan. Kegiatan ibu memasak tidak lepas dari sisa sampah sayuran dan sayur yang sudah basi dapat diolah menjadi kompos. Banyak masyarakat yang penghasilannya rendah yaitubekerja sebagai buruh terutama wanita, sehingga untuk meningkatkan penghasilan dengan cara mengolah sampah organik menjadi kompos dan selanjutnya dapat dijual.Permasalahan mitra antara lain : 1. Petugas sampah sering terlambat dalam pengambilan sampah organik sehingga akan menimbulkan bau yang tidak sedap. 2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.  3. Dibutuhkan peran  aktif dari masyarakat 4.Peningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dengan pengolahan sampah organik menjadi sebuah kegiatan ekonomis yang dapat menambah penghasilan.Solusi yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan mitra adalah, memberikan penyuluhan pelatihan dan pendampingan tentang pengelolaan sampah, memberikan ceramah dan praktek manajemen produksi dan usaha, pengembangan modal usaha, dan strategipemasaran produk dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha dalam kelompok masyarakat. Melalui program I b M ini berhasil dibentuk kelompok produksi kompos dengan susunan pengurus  sebagai berikut, “SAKURA”  ketua : Sushanty Hendro Nur Tjahjono, bendahara :Sandiyo, seksi produksi : Agus Ahadin, seksi pemasaran : Sumarsono; ANGGREK” ketua : Sulastri Wiranto, bendahara : Imam Sujari,seksi produksi : Sri Suwarsono, seksi pemasaran: Badrun. Produk kompos yang dihasilkan menggunakan merk “SAKURA”  dan “ANGGREK”, dengan harga jual Rp 3500,- per kemasan 3kg. Teknologi yang ditransfer pada program I b M ini adalah penggunaan alat perajang untuk mempercepat merajang sampah.
PENGARUH LAMA WAKTU SIMPAN PADA SUHU RUANG (27-29oC) TERHADAP KADAR ZAT ORGANIK PADA AIR MINUM ISI ULANG Ana Hidayati M; - Yusrin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2010: PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL-HASIL PENELITIAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Air minum isi ulang adalah air yang mengalami beberapa proses yaitu chlorinasi, aerasi, filtrasi dan penyinaran dengan sinar ultra violet. Air minum isi ulang biasanya tidak habis dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari. Semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen dan menyebabkan kadarzat organik menjadi meningkat. Kualitas air minum harus sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, yaitu secara fisik harus jernih, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau.Secara mikrobiologi, tidak boleh mengandung bakteri pathogen, dan secara kimia antara lain kadar zat organik sebagai angka permanganat maksimal 10 mg/l. Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar zatorganik pada air minum isi ulang berdasarkan lama simpan pada suhu ruang (27-29oC), mengetahui pengaruh lama simpan pada suhu ruang (27-29oC) terhadap kadar zat organik pada air minum isi ulang,dan membandingkan hasil penelitian dengan PERMENKES RI nomor 416/Menkes/ Per/IX/1990 tentang kadar zat organik. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental. Populasi Penelitian : Air minum isi ulang, sampel diambil secara purposif dari tiga depot yang berada dikecamatan Tugu Semarang, dan masing-masing sampel ditetapkan kadarnya secara triplo setelah disimpan selama 0, 1, 2, 3, dan 4 minggu. Variabel bebas adalah lama simpan pada suhu ruang (27-29oC)dan variabel terikat adalah kadar zat organik. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar zat organik pada air minum isi ulang yang disimpan dari 0 sampai 4 minggu berturut-turut adalah Sampel A: 2,52 mg/l ; 3,87 mg/l ; 4,60 mg/l ; 6,20 mg/l ; 7,73 mg/l. Sampel B : 1,62 mg/l ; 2,76 mg/l ; 3,50 mg/l ; 4,61 mg/l ; 5,65 mg/l. Sampel C : 1,92 mg/l ; 3,67 mg/l ; 4,80 mg/l ; 6,30 mg/l ; 8,02 mg/l. Ada pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang (27oC-29oC) terhadap kadar zat organik pada air minum isi ulang. Hasil penelitian sesuai dengan PERMENKES RI No 416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang syarat kadar zat organik yaitu kurang 10 mg KMnO4/L.Kata kunci: lama simpan, suhu ruang (27-29oC ), kadar zat organik, air minum isi ulang
Analisa Cu(II) pada Kerang Hijau (Mytilus viridus) di Perairan Tanjung Mas Semarang Ana Hidayati M; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2004: PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL-HASIL PENELITIAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5517.925 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian analisa Cu(II) pada kerang hijau (Mytilus  viridus) di Perairan Tanjung Mas Semarang. Tujuan penelitian ini meliputi uji kualitatif Cu(II) dan Uji Kuantitatif Cu(ll) pada kerang hrjau dengan metode spektrofotometri Visibel. Untuk mendapatkan hasil yang akurat  maka sebelum penetapan Cu(ll) dalam sampel dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan waktu kestabilan kompleks  dan pernbuatan kurva standar Cu(ll). Prinsip penetapannya adalah  sampel yang ditambah dengan larutan NH4OH 5% dan Na-dietil-ditiokarbamat akan menimbulkan warna coklat kekuningan. Absorbansi  diukur pada panjang gelombang 440-500 nmHasil penelitian menunjukkan bahwa kerang hijau yang diambil dari  perairan Tanjung Mas Semarang mengandLurg  Cu(ll). Panjang gelombang dan waktu kestabilan kompleks optimum yaitu 450 nm dan  setelah 3-5 menit dari pencampuran Na-dietilditiokarbamat. Pada  pembuatan  kurva  standar  Cu(II) diperoleh  persamaan  regresiy=  0,1498  x - 0,0004  dan toefisien  korelasi 1R2; adalah  0,ggg3.  Koefisien  korelasi yang mendekati 1 dapat dikatakan bahwa kurva hampir linear.  Konsentrasi  Cu(II)  dalam sampel  dihitung dengan cara menginterpolasikan  absorbansi  sampel  ke dalam persamaan  garis  regresi dari kurva standar Cu(II) yang diperoleh. Uji kuantitatif  Cu(II) pada kerang hijau  yang diambil dari Tanjung Mas Semarang  adalah  16,36  mglkg.
PENGARUH LAMA WAKTU SIMPAN PADA SUHU RUANG (27-29oC) TERHADAP KADAR ZAT ORGANIK PADA AIR MINUM ISI ULANG Ana Hidayati M; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2010: Bio Molekuler, Analis Kesehatan, Keperawatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.027 KB)

Abstract

Latar Belakang: Air minum isi ulang adalah air yang mengalami beberapa proses yaitu chlorinasi, aerasi, filtrasi dan penyinaran dengan sinar ultra violet. Air minum isi ulang biasanya tidak habis dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari. Semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen dan  menyebabkan kadar zat organik menjadi meningkat. Kualitas air minum harus sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, yaitu secara fisik harus jernih, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau. Secara mikrobiologi, tidak boleh mengandung bakteri pathogen, dan secara kimia antara lain kadar zat organik sebagai angka permanganat maksimal 10 mg/l. Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar zat organik pada air minum isi ulang berdasarkan lama simpan pada suhu ruang (27-29oC), mengetahui pengaruh lama simpan pada suhu ruang (27-29oC) terhadap kadar zat organik pada air minum isi ulang, dan membandingkan hasil penelitian dengan PERMENKES RI nomor 416/Menkes/ Per/IX/1990 tentang kadar zat organik. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental. Populasi Penelitian : Air minum isi ulang, sampel diambil secara purposif dari tiga depot yang berada di kecamatan Tugu Semarang, dan masing-masing sampel ditetapkan kadarnya secara triplo setelah disimpan selama 0, 1, 2, 3, dan 4 minggu. Variabel bebas adalah lama simpan pada suhu ruang (27-29oC) dan variabel terikat adalah kadar zat organik. Hasil penelitian:  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar zat organik pada air minum isi ulang yang disimpan dari 0 sampai 4 minggu berturut-turut adalah Sampel A: 2,52 mg/l ; 3,87 mg/l ; 4,60 mg/l ; 6,20 mg/l ; 7,73 mg/l. Sampel B : 1,62 mg/l ; 2,76 mg/l ; 3,50 mg/l ; 4,61 mg/l ; 5,65 mg/l. Sampel C : 1,92 mg/l ; 3,67 mg/l ; 4,80 mg/l ; 6,30 mg/l ; 8,02 mg/l. Ada pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang (27oC-29oC) terhadap kadar zat organik pada air minum isi ulang. Hasil penelitian sesuai dengan PERMENKES RI No 416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang syarat kadar zat organik yaitu kurang 10 mg KMnO4/L. Kata kunci: lama simpan, suhu ruang (27-29oC ), kadar zat organik, air minum isi ulang
PENETAPAN KADAR SENYAWA ABBRASIYE (CALSIUM) PADA PASTA GIGI Ana Hidayati M; Edy Setyorini
JURNAL LITBANG Vol 2, No 3 (2005): Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian
Publisher : JURNAL LITBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.924 KB)

Abstract

Abstract The quantitative determination of abrasive concentration (Calcium) on toothpaste has been studied. The research purposed to certain abrasive concentration (Calcium) of toothpaste and what abrasive concentration (Calcium) of toothpaste was Harry's Cosmeticologt Standard. Formulation of toothpastes are abrasive, gelling agent, humectants, sweetener, surface active, agent, color preservative, prophylactic agent, and water Abrasive concentration (Calcium) on tooth paste prohibited chocolate layer on tooth and over abrasive prohibited abrasive surface on tooth. The Complexometry method is used to determined abrasive concentration (Calcium) on toothpaste. The abrasive concentration (Calcium) on toothpaste by Harry's Cosmeticologt Standard was 15 50 % b/b. The analysis is performed complexion by addition Na OH I N pH12 in the sample solution and murex idée indicator and titrated with Standard solution of Na2EDTA to red-violet colour The research results that abrasive concentration (Calcium) on four mark of Tooth pastes A, B, C, and D codes in a series are 45,92 % b/b, 47,380% b/b, 47,599 % b/b, and 45,99 % b/b, and witch re canceled by Harry's Cosmeticologt Standard was 15 5 0 % b/b. KeyWords : Abrasive concentration, Calcium, Tooth paste, Standard Harry's Cosmeticologt
PENGARUH FREKUENSI PENGGUNAAN TEH DAUN TEMPUYUNG KERING (Sonchus arvensis) TERHADAP DAYA LARUT KALSIUM OKSALAT Ana Hidayati M; Yusrin Herlisa Anggraini
JURNAL KESEHATAN Vol 2, No 2 (2009): Ilmu-Ilmu Kesehatan
Publisher : JURNAL KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.173 KB)

Abstract

Abstract Background: Tempuyung (Sonchus arvensis) is one of the potent medicinal plants as breaking Facilitate Kidney stones and urine. Potassium in lempuyung will remove calcium and oxalate join that can form kidney stones, which can dissolve and come out with urine. The use of tea leaves tempuyung (Sonchus arvensis) with boiled or soaked in boiling water for current time. Use tempuyung tea once or twice a day for 30 Consecutive days, it is necessary to do research on the influence of frequency of use of dried tea leaves tempuyung (Sonchus arvensis) on solubility of calcium oxalate (CqC2Oq. This study aims to find out the Concentration of dry tea leaves tempuyung (Sonchus arvensis) and the weight of calcium oxalate (C2Oa Co) that have the optimum calcium oxalate solubility maximum, determine the solubility of calcium oxalate by frequency of use of dried tea leaves lx daily tempuyung ond 2x a day, and luow inlluence the frequency of use of dried tea leys’ to tempuyung solubility of calcium oxalate. The method used in tempuyung leaves once a dry and 2 times a dry for seven consecutive days   Population Research: tempuyung tea legates, bound variable is the frequenq of use qnd vqriable elimination tempuyung is the power to dissolve the tea tempuyung calcium oxalate (Ca C2OQ. The method used in tempuyung lefts once a day and 2 times a day for seven consecutive days with repeat 5 times. The results: The results showed that the frequency of use of tea leaves tempuyung with 2x daily dose had calcium oxalate solubility is greater than the frequency of use of tea leaves tempuyung with lx daily dose is after 2 x daily for 7 consecutive days has solubility of calcium Oxalic of 27.49%. The longer the time the use of the tea leaves tempuyung solubility of calcium oxalate is also growing, and there is the influence of Frequency of use of the tea leaves to tempuyung solubility of calcium oxalate. Keywords: frequency of use empuyung tea, dried tempuyung (Sonchus arveruis), and the solubility of calcium oxalate (CaC2O4.