Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PALEONTOLOGY OF ACROPORA CORALS AND STANDARD FACIES BELT FROM UJUNGGENTENG AREA, WEST JAVA Wahyu Dwijo Santoso; Yahdi Zaim; Yan Rizal
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 28, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1528.229 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.799

Abstract

The detail taxonomy analysis was performed to classify Acropora corals in Ujunggenteng Area. The research area was selected because the continuously exposed Quaternary coralline limestones, indicated the high variation and wide distribution of coral fossils. Moreover, the facies changes and contacts with shoreface sediments were clearly observed in this area. Detail taxonomy based on morphological description can classify Acropora corals in Ujunggenteng area into four species: Acropora cervicornis, Acropora palifera, Acropora gemmifera, and Acropora humilis. The study of coral paleontology and the application of the presence of corals as a standard facies belt were still rarely performed in Indonesia. Previous studies classified the coralline limestone into one standard facies belt, which was the organic build- up standard facies belt. Another approach was required to capture many conditions of coral fossil occurrences; not only in build-up condition but also in transported condition. Therefore, another purpose of this study is to modify the standard facies belt with a different approach using coral taphonomy and sediment association.Analisis taksonomi secara detil dilakukan untuk mengklasifikasikan koral Acropora di daerah Ujunggenteng. Daerah penelitian dipilih karena tersingkapnya batugamping terumbu berumur Kuarter yang menerus, yang menunjukkan tingginya jumlah spesies dan distribusi fosil koral yang luas. Selain itu, perubahan fasies dan kontak dengan batupasir pantai dapat jelas diamati pada daerah ini. Taksonomi detil berdasarkan deskripsi morfologi dapat mengelompokkan koral Acropora di daerah Ujunggenteng menjadi empat spesies: Acropora cervicornis, Acropora palifera, Acropora gemmifera, dan Acropora humilis. Selain itu, studi mengenai paleontologi dan penggunaan kehadiran koral sebagai dasar pembagian sabuk standar fasies batugamping masih jarang dilakukan di Indonesia. Studi sebelumnya mengelompokkan batugamping terumbu menjadi satu sabuk standar fasies, yaitu organic build up. Pendekatan yang lain diperlukan untuk menjelaskan kondisi koral lainnya pada batugamping, tidak hanya dalam kondisi tumbuh, tetapi juga dalam kondisi tertransportasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi sabuk standar fasies dengan pendekatan berbeda menggunakan tafonomi koral dan asosiasi sedimen. 
THE IMPACT OF COASTAL LINE DEVELOPMENT OF THE JAMBI AREA DURING LATE PLEISTOCENE - RECENT TIME ON DECLINE OF THE SRIVIJAYA KINGDOM PROSPERITY Yahdi Zaim; Aswan
AMERTA Vol. 30 No. 2 (2012)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Pengaruh Perkembangan Garis Pantai Kawasan Jambi Selama Kala Plestosen AkhirHingga Kini Terhadap Menurunnya Kemakmuran Kerajaan Sriwijaya. Analisis terhadap garis pantai purba di Jawa menunjukkan kesamaan perkembangan dengan di Sumatra. Setidaknya dapat direkonstruksi lima garis pantai purba akibat kenaikan muka laut secara berkala selama fluktuasi muka laut pada kala Plestosen Akhir hingga kini. Sejumlah penelitian lapangan di Jawa dan Sumatra, yang didukung oleh analisis laboratorium, juga menunjukkan evolusi garis pantai tersebut bergeser ke arah laut masa kini, yang memperlihatkan terjadinya penurunan muka laut secara drastis di seluruh dunia pada saat yang bersamaan. Berkenaan dengan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya di kawasan Jambi, yang diperkirakan berlokasi di sejumlah pelabuhan sungai maupun laut sekitar muara Sungai Batanghari purba dan pesisir purba Jambi, evolusi garis pantai purba tersebut mengakibatkan efek pendangkalan di kawasan hulu sungai. Proses pendangkalan, yang disebabkan oleh deposisi sedimen dan penurunan muka laut, akan membatasi aktivitas pelayaran yang merupakan bagian dari perdagangan, sehingga harus dibangun pelabuhan-pelabuhan baru yang lokasinya digeser ke arah timurlaut. Dengan demikian terbentuk garis pantai baru, sedangkan garis pantai yang lama menjadi daratan. Pemindahan pusat kegiatan perdagangan pada periode Sriwijaya ke timurlaut Jambi (wilayah di luar kota Jambi) mengakibatkan menurunnya atau bahkan matinya kegiatan ekonomi di wilayah pedalaman baru Sriwijaya. Penelitian geologi di wilayah itu mengungkapkan bahwa penurunan muka laut secara drastis, penurunan muka tanah (denudasi), serta aktivitas tektonik dan sedimentasi boleh jadi merupakan faktor penyebab terjadinya inflasi dan penurunan kemakmuran Kerajaan Sriwijaya hingga titik terendah. Kata Kunci: garis pantai purba, Sungai Batanghari, Jambi, Kerajaan Sriwijaya Abstract. Paleocoastal line analysis around Jawa indicates similar development to Sumatra, at leastthere are five paleocoastal lines that could be reconstructed due to periodically sea level raisedperiods along Late Pleistocene - Recent sea level fluctuations. Field studies both in Jawa andSumatra which supported by laboratory analysis also show that coastal line evolution was shiftedto the present seaward, which reveals the dropped sea level globally at the same time. In terms ofSrivijaya Kingdom’s trading activity in Jambi area that predicted as river ports around the mouthof paleo-Batanghari River and as beach ports surrounding paleocoastal of Jambi, the paleocoastal lines evolution as mentioned above would gave a shallow effect in the upper reaches of the river. This shallowing up process due to the sedimentary deposition and dropped sea level would restrict the shipping activity for trading process. It means a new port, both beach and river ones as central trading places have to be built and shifted also to the north-eastern part where a new coastal line formed and previous coastal lines became terrestrial. Movement of central trading activity in Srivijaya period to the northeast-outer area of Jambi will decrease or even put an end to economic activity in the new hinterland part of Srivijaya. Field geological investigation in Jambi area revealed that dropped sea level, denudation, tectonic and sedimentation were most probably responsible to the inflation and declining of Srivijaya Kingdom until its last prosperity. Keywords: paleocoastal line, Batanghari river, Jambi, Srivijaya Kingdom