Akbarizan Akbarizan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

JAMAAH AHMADIYAH (Kesesatan yang Merusakan Kerukunan Umat Seagama) Akbarizan Akbarizan
TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama Vol 1, No 2 (2009): Juli - Desember
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/trs.v1i2.456

Abstract

Some people consider Ahmadiyya" is one of a group or school of the Muslim group, brcause Ahmadiyya differ only in matters of furu' Indeed Ahmadflya has nothing to do with Islam. Ahmadiyyah has deceived the human race and sell the name of Islam. After studying and reviewing his teachings, misleading and damaging Ahmadiyya community harmony religion (the Muslims) and outside the Ahmadiyya Muslim.
Pemikiran Filosofis Pendidikan Islam (Esensialisme) Akbarizan Akbarizan
JAWI : Journal of Ahkam Wa Iqtishad Vol. 1 No. 1 (2023): JAWI - MARET
Publisher : MUI Kota Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Essentialism represents one of the branches within the realm of educational philosophy. The emergence of this perspective can be traced back to a response against the absolutist and dogmatic tendencies of medieval symbolism. Subsequently, it formulates a structured and all-encompassing understanding of humanity and the universe, tailored to the contemporary demands. The essentialist viewpoint in education asserts that a foundational approach, contrasting with a wholly flexible stance, can serve as a foundation for cultivating a steadfast and unwavering outlook, one that is less prone to fluctuations and inconsistency. Consequently, education should be grounded in enduring values that promote stability, have stood the test of time, exhibit clarity, and are deliberately chosen.The essentialist philosophy of education aims to reintroduce a return to traditional culture. Advocates of this philosophy hold the belief that ancient cultures possess numerous virtues capable of benefiting the progression of humanity. Their emphasis is on reverting to cultural practices that have existed since the inception of human civilization, with a primary focus on the cultural advancements that transpired during the Renaissance period, spanning the 11th to 14th centuries AD. The Renaissance was marked by significant efforts to rekindle the realms of science, art, and classical culture, particularly those hailing from the eras of ancient Greece and Rome. In contrast, the Islamic philosophical perspective on education and the concept of essentialism exhibits distinctions. These differences arise from varying interpretations concerning the interrelation between God, human beings, and the natural environment. The philosophical underpinnings of Islamic education find their foundation within the core concepts of Islam, encompassing the Quran and Hadith, as well as insights from distinguished Islamic scholars and thinkers.
Perempuan dalam Perdebatan: Memahami Peran dan Tantangan Berpolitik dalam Perspektif Hukum Islam Nurcahaya Nurcahaya; Akbarizan Akbarizan
JAWI : Journal of Ahkam Wa Iqtishad Vol. 1 No. 3 (2023): JAWI - SEPTEMBER
Publisher : MUI Kota Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.8397647

Abstract

Penelitian ini membahas peran dan tantangan perempuan dalam konteks politik berdasarkan perspektif hukum Islam. Abstrak ini menyajikan analisis mendalam mengenai bagaimana ajaran Islam mengakui partisipasi politik perempuan serta kendala-kendala yang mereka hadapi dalam masyarakat yang kadang-kadang konservatif dan patriarkal. Melalui tinjauan terhadap ayat-ayat Al-Quran, hadis, dan interpretasi ulama, penelitian ini membuktikan bahwa Islam memberikan dasar kuat bagi partisipasi politik perempuan. Namun, kendala dalam bentuk tradisi kultural, interpretasi yang konservatif, dan norma sosial patriarkal menghambat partisipasi mereka.Penelitian ini juga menyajikan strategi untuk mengatasi tantangan ini, termasuk pendekatan pendidikan yang inklusif, pelibatan komunitas, dan pemberdayaan ekonomi perempuan. Dengan mengeksplorasi perspektif hukum Islam, penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana ajaran agama dapat membuka jalan bagi partisipasi politik perempuan. Kesimpulannya, melalui peningkatan kesadaran masyarakat, edukasi, dan perubahan sosial, perempuan dapat memainkan peran yang lebih signifikan dalam politik dengan mendukung prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan dalam kerangka hukum Islam. Penelitian ini merangsang pertimbangan lebih lanjut mengenai bagaimana masyarakat dan lembaga-lembaga dapat memfasilitasi partisipasi politik perempuan dalam mendukung demokrasi dan kesetaraan gender.