Siti Nurul Azkiyah
Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Do Faculty and Gender Matter to Students’ English Proficiency Score? Siti Nurul Azkiyah
TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society TARBIYA: JOURNAL OF EDUCATION IN MUSLIM SOCIETY | VOL. 5 NO. 2 DECEMBER 2018
Publisher : Faculty of Educational Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/tjems.v5i2.1667

Abstract

AbstractIt is undeniable that English is an important international language and there could be some background variables influencing English proficiency. Therefore, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta as the context of the study regulates that all students take an English proficiency test once they are accepted and must achieve 450 for non-English departments and 500 for English studies before they graduate. Having 12 faculties of Islamic and non-Islamic studies, it is interesting to measure whether faculty as a background variable matters. In addition, female as another background variable has been widely found to have better achievement in language, and therefore this study is also intended to investigate whether gender is a contributing factor to students’ English proficiency. The population was all students of UIN Jakarta year 2017, which data of 5089 students’ English proficiency scores, faculties, and gender were collected through the information technology center. The descriptive analysis reveals that the lowest score is 240 while that highest one is 570 and the mean score is 383. The ANOVA analysis reports significant differences among faculties: the Faculty of Medicine achieves the highest score (M = 429) while the Faculty of Ushuluddin attains the lowest (M = 365). In addition, female students, as yielded by t-test analysis, are found to have significantly higher English proficiency score. The findings implies the need to pay more attention to Islamic-related faculties having lower scores and to consider English proficiency score as an enrolment requirement especially for the faculty of Medicine. AbstrakTidak bisa dipungkiri bahwa Bahasa Inggris sangat penting dan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kecapakan berbahasa Inggris. Oleh karena itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai konteks studi ini mewajibkan semua mahasiswa yang diterima untuk mengikuti tes kecakapan berbahasa Inggrisd dan harus mencapai skor 450 untuk mahasiswa di luar prodi Bahasa Inggris dan 500 untuk prodi Bahasa Inggris sebelum mereka lulus. Dengan 12 fakultas baik studi Islam maupun non-Islam, menjadi menarik untuk melihat apakah fakultas sebagai sebuah variabel memiliki pengaruh. Selain itu, jender (perempuan) sebagai variabel lain sudah banyak ditemukan oleh studi lain memiliki prestasi yang lebih unggul dalam kecakapan berbahasa, dan oleh karena itu studi ini juga bertujuan untuk mengukur apakah gender merupakah faktor yang berpengaruh terhadap kecapakan berbahasa Inggris. Populasi studi ini adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017, di mana data skor English Proficiency Test, asal fakultas dan jender sejumlah 5089 mahasiswa berhasil dikumpulkan dan Pustipanda. Dari analisis deskriptif statistik ditemukan bahwa skor terendah adalah 240 sedangkan tertinggi adalah 570 dan nilai rata-ratanya sebesar 383. Hasil analisis ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan diantara fakultas, di mana Fakultas Kedokteran memiliki nilai rata-rata tertinggi (429) sementara Fakultas Ushuluddin memiliki nilai rata-rata terendah (365). Mahasiswa (perempuan), sebagaimana ditunjukkan oleh hasil analisis t-test, memiliki nilai rata-rata yang secara signifikan lebih tinggi dibanding mahasiswa (laki-laki).How to Cite : Azkiyah, S.,N. (2018).  Do Faculty and Gender Matter to Students’ English Proficiency Score?. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 5(2), 116-125. doi:10.15408/tjems.v5i2.1667.
English as a Foreign Language (EFL) Student Teachers' Readiness to Deal with Online Learning During the Covid-19 Pandemic Evi Nusrira Aprilia Sari; Siti Nurul Azkiyah; Bambang Sumintono
TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society TARBIYA: JOURNAL OF EDUCATION IN MUSLIM SOCIETY | VOL. 8 NO. 2 2021
Publisher : Faculty of Educational Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/tjems.v8i2.23324

Abstract

AbstractThe COVID-19 pandemic has forced all teachers to deliver online teaching and learning whether they are ready or not. Some studies have reported that many teachers face many challenges in delivering online classrooms. Hence, it is logical to assume that student teachers are likely to face even a more complex situation dealing with this issue. Unlike in-service teachers, for student teachers, they lack experience in both face-to-face and online learning. Therefore, this study attempts to report the readiness of English as a Foreign Language (EFL) student teachers and the kinds of digital competencies they need to be ready to teach English with digital technology using a quantitative approach. There were 60 respondents who participated using convenience sampling, from an Islamic university in Bogor, Indonesia. Using the TESOL Technology Standards for Teachers and Technology Acceptance Model (TAM) theory, a questionnaire consisting of 50 items was written in 'yes' and 'no' questions. The findings of the study show that most respondents possess adequate basic digital skills to teach digital technology. However, they need to learn various digital technology that more effectively supports language instructions.The respondents also indicate acceptance of the utilization of technology and are willing to integrate it into their future classrooms. This study implies the need to include technology in the curriculum of the English Education Department.AbstrakPandemi COVID-19 telah memaksa semua guru untuk melaksanakan belajar mengajar secara online baik siap atau tidak. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa banyak guru menghadapi banyak tantangan dalam memberikan ruang kelas online. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa siswa guru cenderung menghadapi situasi yang lebih kompleks dalam menangani masalah ini. Tidak seperti guru yang sudah mengajar, mahasiswa, kurang pengalaman dalam pembelajaran tatap muka dan online. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melaporkan kesiapan siswa guru Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (EFL) dan jenis kompetensi digital yang mereka butuhkan untuk siap mengajar Bahasa Inggris dengan teknologi digital menggunakan pendekatan kuantitatif. Ada 60 responden yang berpartisipasi menggunakan convenience sampling, dari sebuah universitas Islam di Bogor, Indonesia. Menggunakan teori TESOL Technology Standards for Teachers and Technology Acceptance Model (TAM), kuesioner yang terdiri dari 50 item ditulis dengan pertanyaan 'ya' dan 'tidak'. Temuan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan digital dasar yang memadai untuk mengajarkan teknologi digital. Namun, mereka perlu mempelajari berbagai teknologi digital yang lebih efektif mendukung pengajaran bahasa. Responden juga menunjukkan penerimaan pemanfaatan teknologi dan bersedia mengintegrasikannya ke dalam kelas masa depan mereka. Studi ini menyiratkan perlunya memasukkan teknologi ke dalam kurikulum Departemen Pendidikan Bahasa Inggris. How to Cite: Sari, E.N.A., Azkiyah. S.N., Sumintono, B. (2021). English as a Foreign Language (EFL) Student Teachers' Readiness to Deal with Online Learning During the Covid-19 Pandemic. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(2), 135-154. doi:10.15408/tjems.v8i2.23324.
Investigating Neoliberal Values in EFL Textbooks in Indonesia Meli Aulia Utami; Siti Nurul Azkiyah; Muhammad Farkhan
TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society TARBIYA: JOURNAL OF EDUCATION IN MUSLIM SOCIETY | VOL. 9 NO. 2 2022
Publisher : Faculty of Educational Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/tjems.v9i2.31922

Abstract

AbstractThere has been a wide acknowledgment that textbooks are a common medium of classroom instruction. Simulatenously, a growing body of research have found that ELT textbooks have promoted certain ideology, namely neoliberalism. This study concerns the endorsement of neoliberalism and how it is embedded in both locally-developed and internatonally-published ELT textbooks used in Indonesia. Using content analysis, the finding reveals that all the chosen textbooks contain the neoliberal mentality. The mandatory local textbook focuses on how to promote competition, while the local private textbook highlights material wealth and competition. On the other hand, the imported global textbook endorses human capital agenda. In other words, each textbook endorses different neoliberal values. The findings in this study imply the need for critical reading before the textbooks are prescribed to be used especially when the potential readers of the textbooks have different cultural values and learning objectives than those of commonly reproduced neoliberal values in imported ELT textbooks as previous studies found.AbstrakTidak dapat dipungkiri bahwa buku sebagai bahan ajar telah menjadi media paling populer dalam kegiatan ajar-mengajar di kelas. Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa buku ajar bahasa Inggris telah menjadi media untuk menyebarkan ideologi, salah satunya yaitu neoloberalisme. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk meneliti adanya ideologi neoliberalisme dan bagaimana ideologi tersebut direpresentasikan dalam buku ajar bahasa Inggris baik yang diproduksi secara lokal maupun impor. Dengan menggunakan pendekatan konten analisis, studi ini menemukan bahwa dalam buku bahan ajar bahasa Inggris, terdapat nilai-nilai ideologi neoliberalisme. Buku bahan ajar wajib nasional berfokus pada glorifikasi kompetisi. Sedangkan buku bahan ajar domestik yang lain mementingkan kekayaan materi dan kompetisi. Di sisi lain, buku bahan ajar bahasa Inggris impor lebih menonjolkan human capital sebagai nilai neoliberalismenya. Melihat temuan tersebut, diperlukan critical reading sebelum suatu buku direkomendasikan untuk dijadikan bahan ajar terutama ketika target pengguna buku tersebut memiliki budaya dan juga nilai-nilai ideologi yang berbeda dari ideologi yang, menurut penelitian sebelumnya, kerap kali direproduksi dalam buku ajar bahasa Inggris, yaitu neoliberalisme.