Muchtar Lutfie
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kulit ikan balida sebagai industri bahan baku industri barang kulit Muchtar Lutfie; Esti Rahayu; Widhiati Widhiati
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 14, No 26 (1999): Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20543/mkkp.v14i26.295

Abstract

This study is aimed at detecring of physical properties (tensile strength and elongation) of balida fosh skin lather (Natopterus chitala sp). Material used in this study is nfive sides from Pontianak (West Kalimantan). They were then tracted with Chromosal B as tanning agent and Irgata I.V as retanning agent  to be finitshed leather. On testing the finished  leather it is found that there is not aby significant different betweeb the dry and salted balida fish skin leather on their fisical properties of tensile strength and clongation, the mean of tensile streght of dry preserved balida  skin lather and salied  balida akin leather of which respect tively are 226,82 kg/cm2 and 43,2% respecrively. Viewed from thye test result, it is obviously that balida skin leather to be used material pf leather goods.  INTISARI             Penelitian ini bertujuan untuk mengetahyu sifat fixis (kekuatan tarik dan kemuluran) kulit jadi kulit ikan balida (Natopterus vhitala sp). Dengan menggunakan 5 lembar kulit ikan balida aweyan kering dan 5 lembar awertan garaman yang berasal dari Pontianak (Kalimantan Barat) disamak hingga kulit jadi dengan menggunkan Choromosal B sebagai bahan penyamak dan Irgatan LV sebagai bahan penyamak ulang (retanning). Kulit jadi hasil penelitian diuji, didapatkan kekuatan tarik dan kemuluran yang tidak ada beda nyata antara awetan kering dan awetan garam, dengan nilai rataa n kekuatan tarik asal awetan kering :226, 85kg/cm2 dan awetan garam : 234,07kg/cm2, nilai rataan jemukurasn 46,8% dan 43,2%. Dilihat dari hasil uji kulit  jadi dari kulit ikan balida bias dimanfaatkan untuk bahan baku industry barang kulit.
Pemanfaatan kulit kodok (bull frog) Muchtar Lutfie; Meiyanti Meiyanti
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 10, No 20 (1995): Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1045.027 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v10i20.441

Abstract

The objective of this study was to measure the tensile  strength and the elongation of finished leather made from Bull Frog skin, so that the utilization of that leather can be specified. The samples used were twenty pieces of wet salted Bull Frog skin from East Java which have been processed to finished leather using chromosal B. and Irgatan LV as the tanning agents. Laboratory tests shawed that the average tensile strength was 177,675 Kg/Cm2 and the average elongation was 89,9%. Based on those results, it can be concluded that Bull Frog leather was suitable for leather goods such as bag, wallet, etc. so it can be used as substitute for Glace leather.    INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dan kemuluran kulit jadi dari kulit kodok jenis Bull Frog agar dapat ditentukan pemanfaatan kulit jadinya. Bahan yang digunakan berupa 20 lembar kulit kodok jenis Bull Frog awet garam basah berasal dari daerah Jawa Timur yang diproses menjadi kulit jadi dengan menggunakan Chromosal B dan Irgatan LV. Sebagai bahan penyamaknya. Dari uji laboratorium diperoleh hasil uji kekuatan tarik rata-rata sebesar 177,675 Kg/Cm2 dan kemuluran rata-rata sebesar 89,9%. Dilihat dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa kodok jenis Bull Frog bisa digunakan sebagai bahan baku untuk industri barang kulit seperti tas, dompet dan lain-lain yaitu dapat dipakai sebagai pengganti kulit Glace.  
Rancang bangun industri penyamakan kulit ikan pari Sri Untari; Muchtar Lutfie; Kasmin Naenggolan; Sita Azizah
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 20, No 1 (2004): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2430.913 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v20i1.233

Abstract

Stingray  fish potential in Indonesia  is big enough but has not yet been exploited maximally, only some area like Lampung which is already exploiting the stingray leather tanning them and sell to Java. From the result of the research, stringray leather could pieces the big enough advantage that was at the price of selling Rp. 68.000,- per pieces pay back periode in average, would obtain the advange before the tax Rp. 285.649.697,- peryear and the advantage after the tax Rp. 228.519.757,- per year, pay back periode before the tax was in 1 year and 10 months and back periode after the tax was in 2 years and 2 month. As for break event point 35.04% with the value Rp. 978.385.533,- with break event value point capacitie production 14.388 pieces per year. Based on the result of the calculation of investments criteria was NPV (net present value) = Rp. 162.570.834,- (greater tan zero) while IRR = 30,54% greater than SOCC (DF = 18%) from the pay back periode = 2 year 1 month. Therefore from the market analysis and the production aspect, the effect of leather industry of stingray fish is so feasible that is competent to be developed in some areas having big potential stingray fish in Indonesia, so that it can improve the working opportunity and the effort for all of fishermen and their family.  Keywords : Plant design. Leather tanning, stingrayfish.Potensial ikan pari di Indonesia cukup besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal, baru beberapa daerah seperti Lampung yang sudah memanfaatkan kulit ikan pari diawetkan dengan gara dan dijual ke Pulau Jawa. Dari hasil penelitian kulit ikan pari dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar yaitu dengan harga jual rata-rata perlembar Rp. 68.000,- akan memperoleh keuntungan sebelum pajak Rp.285.649.697,- pertahun dan keutungan setlah pajak Rp. 228.519.757,- pertahun, waktu pengembalian modal sebelum pajak 1 tahun 10 bulan dan waktu pengembalian modal sesudah pajak 2 tahun 2 bulan. Adapun persentase batas rugi laba 35.04% dengan nilai Rp. 978.385.533,- dengan kapasitas batas rugi laba 14.388 lembar per tahun. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi NPV (Net Present Value) =                  Rp. 162.570.834,- (lebih besar dari nol). Sedangkan IRR = 30,54% lebih besar dari SOCC (DF = 18%). Ditinjau dari analisa pasar dan aspek produksinya, rancang bangun industri penyamakan kulit ikan pari ini layak dikembangkan di daerah yang potensial ikan parinya di Indonesia, dari usaha ini dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha bagi para nelayan dan keluarganya. Kata Kunci : Rancang bangun industri, penyamakan kulit, ikan pari. 
Pengaruh jumlah Cr2O3 terhadap kelemasan kulit atasan sepatu dari kulit biawak finish natural Muchtar Lutfie; Widhiati Widhiati; Esti Rahayu
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 12, No 22 (1996): Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.736 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v12i22.340

Abstract

The study is aimed at detecting the amount of Cr2O3 in percent added in the tanning of lizard skins for natural finished shoe upper leather. The materials used in this study are 36 pieces of dry preservated lizard skins which are tanned to natural finished shoe upper leather, while the tanning  agent used are Cr2O3 that added in veried amount as 0,5 %; 1,0 %; 1,5 % and 15 % Basyntan DLX. Using varian’s analysis, it is found that there is a significant difference in the softness of the leather caused by the amount of Cr2O3 added. The use of 1,5% Cr2O3 obviously shows the best result.   INTISARI   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah Cr2O3 (%) yang digunakan pada penyamakan kulit biawak untuk kulit atasan sepatu finish natural. Dengan menggunakan 36 lembar kulit biawak yang diawet kering diproses untuk kulit jadi untuk kulit atasan sepatu dengan finish natural. Bahan penyamak yang digunakan adalah Cr2O3 dengan variasi 0,5 %; 1,0 %, 1,5 % serta 15 % Basyntan DLX. Dengan menggunakan analisa varias’s ternyata didapatkan ada beda sangat nyata kelemasan akibat pengaruh perbedaan jumlah Cr2O3 yang diberikan. Penggunaan 1,5 % Cr2O3 adalah jumlah yang terbaik.