Surya Amanu
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, UGM

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Deteksi Molekuler Virus Infectious Bursal Disease (IBD) pada Samp l Bursa Fabrisius yang Diperoleh dari Ayam Terdiagnosa Penyakit IBD Michael Haryadi Wibowo; Radhian Fadiar; Dito Anggoro; Sidna Artanto; Surya Amanu; Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni
Jurnal Sain Veteriner Vol 33, No 2 (2015): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1648.66 KB) | DOI: 10.22146/jsv.17890

Abstract

Kasus penyakit Infectious Bursal Disease (IBD) dewasa ini masih sering ditemukan pada peternakan ayam komersial baik layer maupun broiler di Indonesia. Diagnosis penyakit IBD sejauh ini mengandalkan lesi patologik spesifik dan kultur in ovo dengan mengamati lesi makroskopis embrio, serta diidentifikasi dengan uji agar gel presipitasi (AGP). Penelitian ini bertujuan menerapkan diagnosis dengan teknik reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dari sampel Bursa Fabrisius (BF) sebagai konfirmasi pada kasus terdiagnosa IBD. Deteksi serologis virus IBD dengan uji AGP dengan sumber antigen chorioallantoic membrane (CAM) dan embrionya, untuk melihat potensinya sebagai sumber antigen uji AGP. Sampel BursaFabrisius sebanyak 5 yang diperoleh pada kasus terdiagnosa IBD, dikoleksi dari peternakan ayam komersial di Yogyakarta. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan metode RT-PCR. Sampel positip uji RT-PCR yang mengamplifikasi fragmen gen VP2. Isolasi virus IBD yang dilakukan kultur in ovo pada telur ayam berembrio (TAB) antibodi negatif terhadap virus IBD, berumur 11 hari. Desposisi materi inokulasi dilakukan pada (CAM), diinkubasi selama lima hari. Panen virus dilakukan dengan mengkoleksi membran korioalantois dan embrio, selanjutnya diamati lesi makroskopis yang timbul akibat infeksi virus IBD. Membran korioalantois dan embrioselanjutnya digerus dan diproses sebagai suspensi antigen yang digunakan dalam uji AGP. Hasil uji RT-PCR terhadap lima sampel Bursa Fabrisius yang dikoleksi dari peternakan ayam terdiagnosa penyakit IBD, tiga sampel menunjukkan hasil positif teramplifikasi fragmen gen VP-2 virus IBD dengan produk amplifikasi sebesar 440 bp, sedangkan dua sampel sisanya menunjukkan hasil negatif. Uji AGP dengan sumber antigen CAM menunjukkan hasil positip 2 dari 3 sampel yang diuji, sedangkan sumber antigen embrio menunjukkanhasil negatif. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa uji RT-PCR dapat digunakan dalam mendeteksi virus IBD dari sampel BF terdiagnosa IBD. Uji AGP dengan sumber antigen CAM menunjukkan hasil lebih baik dari pada embrionya.
Deteksi Edwardsiella Ictaluri pada Ikan dengan Metode Co-Agglutination Test Miftahul Fikar; Surya Amanu; Suhardo R.T. Simanjuntak; Mario Ari Yudistra
Jurnal Sain Veteriner Vol 33, No 2 (2015): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.995 KB) | DOI: 10.22146/jsv.17922

Abstract

Teknik immunodiagnostik dengan menggunakan uji serologis co-agglutination telah lama dikenal dalam mendeteksi infeksi bakteri dan virus pada manusia, hewan, ikan, dan cemaran pada produk-produk perikanan. Keunggulan teknik ini adalah sederhana, cepat, murah, dan akurat, terutama untuk penerapan di lapangan karena dapat mendeteksi langsung dari organ. Namun penggunaan metode kurang dikenal dibandingkan metode lain yang lebih kompleks dan mahal seperti ELISA dan FAT. Pengembangan metode ini di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2014 dan telah diaplikasikan di lapangan dengan hasil yang memuaskan, terutama dalam mendeteksibakteri Edwardsiella ictaluri penyebab penyakit Edwardsiella Septicemia of Catfish pada ikan patin (Pengasius hypophtalmus) dan lele (Clarias garipienus) di Jambi. Pengambilan sampel dilakukan di 70 lokasi sentra budidaya ikan patin dan lele di 4 kabupaten, di Provinsi Jambi selama bulan April-Juni 2015. Pengujian dengan teknik co-agglutination mendeteksi 5 lokasi budidaya positif tersebut E. ictaluri. Organ yang diuji dengan teknik ini diisolasi ke media agar untuk diuji secara konvensional dan serologis dengan metode rapid slide aglutination dan terkonfirmasi positif. Isolat yang diperoleh juga diujibandingkan ke laboratorium yang telah terakreditasi dalam ruang lingkup E. ictaluri di Batam dan Tanjung Pinang, dan mendapatkan hasil positif. Uji lapangan inimembuktikan bahwa teknik co-agglutination dapat memberikan hasil yang valid dalam waktu beberapa jam saja dibandingkan dengan metode konvensional yang memakan waktu berhari-hari, ataupun dengan metode ELISA dan FAT yang membutuhkan biaya tinggi. Inovasi teknologi dengan metode ini dapat menjadi jawaban atas tantangan globalisasi terutama dengan diberlakukannya kawasan Masyarakat Ekonomi Asean, dimana lalulintas peredaran ikan dan pengembangan industri perikanan makin meluas yang membawa resiko merebaknya wabahpenyakit ikan.