Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PEMAKNAAN MAHASISWA TERHADAP NARASI KONFLIK BERAGAMA Rahmelia, Silvia
Jurnal Kewarganegaraan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.665 KB) | DOI: 10.31316/jk.v5i1.1288

Abstract

AbstrakKonflik beragama di Indonesia menunjukkan bahwa potensi terjadinya konflik bisa berakar dari beberapa faktor seperti politik, ekonomi dan kultur pendidikan, sehingga penting untuk memahami bagaimana kita melihat konflik dengan cara berbeda. Telaah ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer berupa kuesioner terbuka dan tertutup kepada mahasiswa Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya dari berbagai program studi. Berdasarkan data yang didapat, pemaknaan mahasiswa mengenai konflik beragama menggambarkan ralita yang terjadi bahwa 1) konflik beragama banyak berawal dari tidak adanya toleransi antar umat beragama; 2) konflik beragama bisa berawal dari sikap eksklusif/fanatik seseorang atau sekelompok agama tertentu yang mengarah pada pemahaman truth claim; 3) konflik beragama dapat memicu terjadinya radikalisme dan terorisme. Pemahaman dan pemaknaan mahasiswa IAKN Palangka Raya terhadap konflik beragama juga dilatar belakangi oleh berbagai informasi yang mereka dapatkan. Diharapkan dengan pemahaman dan pemaknaan yang tergambar dalam diri mahasiswa dapat menjadi titik tolak pengelolaan kemajemukan beragama yang lebih baik di masa mendatang terutama dalam sektor pendidikanKata kunci: Agama, Indonesia, Konflik, Mahasiswa AbstractReligious conflict in Indonesia shows that the potential for conflict can stem from several factors such as politics, economy and educational culture, so it is important to understand how we view conflict differently. This study was conducted using primary data collection techniques in the form of open and closed questionnaires to students of Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya (IAKN) from various study programs. Based on the data obtained, the students' interpretation of religious conflicts illustrates the problems that occur that 1) many religious conflicts originate from the intolerance of religious communities; 2) religious conflict can originate from the exclusive / fanatical attitude of a person or group of certain religions which leads to an understanding of truth claims; 3) religious conflicts can trigger radicalism and terrorism. The understanding and meaning of IAKN Palangka Raya students towards religious conflicts is also motivated by the various information they get. It is hoped that the understanding and meaning that is reflected in students can become a starting point for better management of religious plurality in the future, especially in the education sector.Keywords: Conflict, Indonesia, Religious, Student
Interrelated values between Bhineka Tunggal Ika and religious moderation to strengthen pluralism in Indonesia Chris Apandie; Silvia Rahmelia; Latupeirissa Risvan; Nadi Kodun
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan Vol 19, No 1 (2022): April
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jc.v19i1.45174

Abstract

Along this times, motto or watchword is no longer interpreted as values that must be transmitted. This condition also causes polarization in society. The purpose of this research is to identify and elaborate the values contained in Bhinneka Tunggal Ika and Religious Moderation to strengthen conception and practices of pluralism in Indonesia. This research used qualitative approach with a case study method. Data collection were performed by Focus Group Discussion (FGD) with experts in fields of multicultural education, historian and philologist. Based on results, interrelated values between Bhinneka Tunggal Ika and religious moderation are togetherness, justice, respect and harmony. Researchers also found several interpretations by this research on findings and discussion, i.e 1) Religious moderation teaches how to respond the differences, this is accordance with the principle of unity within diversity in Bhinneka Tunggal Ika; 2) Justice can realized not only when we act in an equality, but also when we are able to live coexistence where there is no envy of each other; 3) Conception of respect and empathy is a national commitment and part of togetherness value in Bhinneka Tunggal Ika; 4) Public empathy as an encouragement from collective awareness and also a sense of togetherness is several background for embodiment of behavior in implementation Bhinneka Tunggal Ika and religious moderation. From these values, step to put forward are mainstreaming of justice principle and recognition of different entities to strengthen pluralism in Indonesia both in education and wider community.
Transformasi Spirit Konferensi Asia Afrika pada Keterlibatan Warga Negara Muda sebagai Pembinaan Identitas Kebangsaan Silvia Rahmelia; Endang Danial Ar
Journal of Moral and Civic Education Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.365 KB) | DOI: 10.24036/8851412322019184

Abstract

The spirit of solidarity as an Asian-African Conference (KAA) historical value should be exemplified and internalized in the form of youth character development. Solid and effective involvement through understanding the nation’s historical struggle as the basic value of youth initiation becomes a form of positive engagement and solidarity. Positive solidarity should be able to minimize the meaning deviation of solidarity that is often the case among younger generation. This study aims to describe the analysis of role transformation in youth involvement in the realizations of rights, obligations, and responsibilities, as well as participating in local, national, regional, or international levels by not leaving their national identity. The research used qualitative approach with a case study method. Data was collected by interviews, observations, and documentation studies. The result shows that the nation's spirit of past struggle and commitment were manifested in a new format of youth involvement in the Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika (SMKAA) community. The spirit of Asian African Conference’s solidarity is considered still relevant nowdays and transforming into a renewed spirit of togetherness, struggle, relinquishing subjectivity and united spirit. SMKAA, through its program, has transformed the KAA’s abstract history into concrete dissemination of values, i.e equality, cooperation, and coexistence. Youth involvement nowdays needs to be based on the spirit to examine the nation’s historical struggle, to strengthen and develop literacy, which will be an important asset. The spirit of solidarity mindset needs to be regenerated today to achieve future expectations. Keywords: Asian African Conference, young citizen involvement, solidarity spirit ABSTRAK Spirit solidaritas sebagai nilai historis Konferensi Asia Afrika (KAA) sepatutnya diteladani dan diinternalisasikan dalam implementasi pengembangan karakter warga negara muda. Keterlibatan yang solid dan efektif melalui pemaknaan sejarah perjuangan bangsa sebagai nilai dasar inisiasi warga negara muda menjadi bentuk keterlibatan dan solidaritas yang positif. Solidaritas yang positif selayaknya mampu meminimalisir penyimpangan makna solidaritas yang banyak terjadi pada generasi muda. Tujuan penelitian ini adalah menggam-barkan analisis transformasi peran keterlibatan warga negara muda dalam perwujudan hak, kewajiban, tanggung jawab, serta terlibat aktif pada level lokal, nasional, regional, maupun internasional dengan tidak meninggalkan identitas kebangsaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan teknik pengum-pulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa spirit perjuangan bangsa pada jaman dahulu serta komitmen kebangsaan terwujud dalam format baru keterlibatan warga negara muda pada sebuah komunitas, yaitu Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika (SMKAA). Spirit solidaritas KAA dinilai masih relevan hingga saat ini dan bertransformasi menjadi semangat terbarukan berupa kebersa-maan, semangat perjuangan, melepaskan subjektivitas, dan semangat bersatu. SMKAA melalui program kegiatannya telah mentransformasikan sejarah KAA yang bersifat abstrak menjadi konkret dengan penyebarluasan nilai-nilai KAA, yaitu kesetaraan, kerjasama, dan hidup berdampingan. Keterlibatan warga negara muda hari ini perlu dilandasi pula oleh spirit untuk mengkaji sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Memperkuat dan menumbuhkan literasi dalam spirit solidaritas akan menjadi modal yang penting. Pola pikir spirit solidaritas (the past as the memories) perlu ditumbuhkan kembali saat ini untuk meraih harapan-harapan ke depan (the future as expecatation). Kata Kunci: Konferensi Asia Afrika, keterlibatan warga negara muda, spirit solidaritas
Pengaruh E-Learning Berbasis Aplikasi Google Classroom dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya Silvia Rahmelia; Maria Agustina; Rudie
Harati: Jurnal Pendidikan Kristen Vol 2 No 2 (2022): HaratiJPK: Oktober
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.817 KB) | DOI: 10.54170/harati.v2i2.99

Abstract

Google Classroom is very popular nowadays, especially during this remote learning due to Covid-19 pandemic. However, the effectiveness of its use has yet to be ascertained on students' learning result, including in Christian Religious Education learning process. This research was conducted at Palangka Raya Christian Middle School with the research purpose is to find out how much e-learning based on Google Classroom application in Christian Religious Education learning has effect on learning outcomes. Research method that used is non-experimental quantitative with a comparative causal type of research, so this method is to examine cause-and-effect relationships. The population in this research were all students in Palangka Raya Christian Middle School, i.e 104 students, while the sample used was 34 students at eighth grade. The results showed that there was an effect of e-learning based on the google classroom application in learning Christian Religious Education, towards learning outcomes of students at Palangkaraya Christian Middle School with a significance level of 0.249 > 0.05. This effect is relatively small with an R Square value of 41%. That is, the learning outcomes of eighth grade students at Palangka Raya Christian Middle School are more influenced by other variables in improving student learning outcomes. Aplikasi google classroom sangat populer digunakan saat ini, terlebih di tengah sistem pembelajaran jarak jauh sejak pandemi Covid-19. Namun demikian efektivitas penggunaannya belum dapat dipastikan terhadap keberhasilan belajar peserta didik, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Palangka Raya dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh e-learning berbasis aplikasi google classroom dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimen dengan jenis penelitian kausal komparatif untuk meneliti hubungan sebab-akibat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Kristen Palangka Raya yang berjumlah 104 siswa, sedangkan untuk sampel yang digunakan adalah 34 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh e-learning berbasis aplikasi google classroom dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya dengan taraf signifikasi sebesar 0,249 >̲ 0,05. Adapun pengaruh tersebut terbilang kecil dengan nilai R Square sebesar 41%. Artinya, hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Kristen Palangka Raya lebih besar dipengaruhi oleh variabel lain dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
PEMAKNAAN MAHASISWA TERHADAP NARASI KONFLIK BERAGAMA Silvia Rahmelia
Jurnal Kewarganegaraan Vol 5 No 1 (2021): 1 Januari - 30 Juni 2021
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.665 KB) | DOI: 10.31316/jk.v5i1.1288

Abstract

AbstrakKonflik beragama di Indonesia menunjukkan bahwa potensi terjadinya konflik bisa berakar dari beberapa faktor seperti politik, ekonomi dan kultur pendidikan, sehingga penting untuk memahami bagaimana kita melihat konflik dengan cara berbeda. Telaah ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer berupa kuesioner terbuka dan tertutup kepada mahasiswa Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya dari berbagai program studi. Berdasarkan data yang didapat, pemaknaan mahasiswa mengenai konflik beragama menggambarkan ralita yang terjadi bahwa 1) konflik beragama banyak berawal dari tidak adanya toleransi antar umat beragama; 2) konflik beragama bisa berawal dari sikap eksklusif/fanatik seseorang atau sekelompok agama tertentu yang mengarah pada pemahaman truth claim; 3) konflik beragama dapat memicu terjadinya radikalisme dan terorisme. Pemahaman dan pemaknaan mahasiswa IAKN Palangka Raya terhadap konflik beragama juga dilatar belakangi oleh berbagai informasi yang mereka dapatkan. Diharapkan dengan pemahaman dan pemaknaan yang tergambar dalam diri mahasiswa dapat menjadi titik tolak pengelolaan kemajemukan beragama yang lebih baik di masa mendatang terutama dalam sektor pendidikanKata kunci: Agama, Indonesia, Konflik, Mahasiswa AbstractReligious conflict in Indonesia shows that the potential for conflict can stem from several factors such as politics, economy and educational culture, so it is important to understand how we view conflict differently. This study was conducted using primary data collection techniques in the form of open and closed questionnaires to students of Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya (IAKN) from various study programs. Based on the data obtained, the students' interpretation of religious conflicts illustrates the problems that occur that 1) many religious conflicts originate from the intolerance of religious communities; 2) religious conflict can originate from the exclusive / fanatical attitude of a person or group of certain religions which leads to an understanding of truth claims; 3) religious conflicts can trigger radicalism and terrorism. The understanding and meaning of IAKN Palangka Raya students towards religious conflicts is also motivated by the various information they get. It is hoped that the understanding and meaning that is reflected in students can become a starting point for better management of religious plurality in the future, especially in the education sector.Keywords: Conflict, Indonesia, Religious, Student
Pelaksanaan Katekisasi Sidi Masa Pandemi Covid-19 di Jemaat GKE Tangkiling Kecamatan Bukit Batu Windi Kristin; Merilyn; Silvia Rahmelia
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.568 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.104

Abstract

Catechism is a church formation to educate youth consider maturity in faith. Catechization is usually goes for a long period, however, due to Covid-19 pandemic, catechization’s timing become uncertainty and tends to be shorter. This is also happened at GKE Tangkiling as Evangelical Church in Kalimantan. Due to pandemic, implementation of the catechism for youth was carried out within two months. Through this research, the writer describes the catechization activities, catechization material which is packaged in a more concise manner and the way the teacher delivers its material in limited time. This research uses a qualitative approach with a descriptive method. From the results, it was found that catechism activities were carried out 6-8 times in November to December 2020 with one meeting in one week. Meanwhile, in the second week of December, catechism activities were held four times. Duration of catechism activity was approximately two hours. The material that presented to youth participants was very limited by summarizing the catechism guidelines by GKE. The catechism teacher selects and packs material that is considered very close and relevant to the lives of youth participants, such as good courtship, utilizing one's talents and potential and material about church life. The teacher also chooses sharing method according to the agreement of the catechism participants so that the available time can be used as effectively as possible. Katekisasi merupakan bentuk pembinaan gereja yang bertujuan mendidik remaja kepada kedewasaan iman. Katekisasi biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, namun demikian karena pandemi Covid-19 waktu pelaksanaan katekisasi menjadi tidak menentu dan cenderung lebih pendek. Hal ini juga terjadi di GKE Tangkiling, karena pandemi maka pelaksanaan katekisasi sidi dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan. Melalui penelitian ini, penulis mendeskripsikan kegiatan katekisasi, materi katekisasi yang dikemas secara lebih ringkas dan cara pengajar menyampaikan materi katekisasi di tengah keterbatasan waktu di GKE Tangkiling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kegiatan katekisasi dilaksanakan 6-8 kali pertemuan pada bulan November s.d Desember Tahun 2020 dengan mekanisme satu kali pertemuan dalam satu minggu. Sedangkan pada minggu kedua pada Bulan Desember, kegiatan katekisasi dilaksanakan empat kali pertemuan. Durasi kegiatan katekisasi dilaksanakan kurang lebih dua jam. Materi yang disampaikan kepada peserta sangat terbatas dengan merangkum dari pedoman katekisasi GKE. Pengajar katekisasi memilih dan mengemas materi yang dianggap sangat dekat dan relevan dengan kehidupan remaja selaku peserta katekisasi sidi seperti, hubungan pacaran yang baik, memanfaatkan talenta dan potensi diri dan materi tentang kehidupan bergereja. Pengajar katekisasi memilih metode sharing sebagaimana kesepakatan peserta katekisasi sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan seefektif mungkin. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan katekisasi sidi sehingga berdampak kurang maksimalnya materi disampaikan kepada peserta katekisasi.
Project Citizen Mata Kuliah Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Di Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya Chris Apandie; Silvia Rahmelia
Jurnal Civic Hukum Vol. 7 No. 2 (2022): November 2022
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jch.v7i2.21790

Abstract

Permasalahan yang dihadapi di perguruan tinggi saat ini adalah kurangnya budaya akademik yang mengarah pada pengembangan keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 salah satunya mensyaratkan kemampuan berpikir kritis. Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi memiliki peran sentral sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian yang bertujuan membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang baik dan cerdas serta mampu berpikir kritis. Tujuan ini sangat relevan dengan perkembangan pembelajaran abad 21 yang diperlukan dalam rangka membangun sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan keterampilan abad 21 adalah project citizen. Tujuan dalam penelitian ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran Kewarganegaraan di perguruan tinggi melalui pelaksanaan project citizen mata kuliah Kewarganegaraan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa di IAKN Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan model PTK “dosen pengajar sebagai peneliti” dengan mengacu kepada model siklus (1) perencanaan; (2) tindakan dan observasi; dan (3) refleksi. Project citizen yang telah diterapkan pada mata kuliah Kewarganegaraan di IAKN Palangka Raya dalam 4 (empat) siklus berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Keterampilan berpikir kritis ini terlihat saat mahasiswa menampilkan aktivitas curah pendapat di dalam kelompok untuk menyepakati isu utama yang akan menjadi tema kelompok, mahasiswa mampu berdialog dan menguraikan informasi yang telah dikumpulkan di hadapan dosen dan mahasiswa lainnya, kemudian mahasiswa mampu menampilkan keterampilan komunikasi yang baik pada saat showcase project citizen. Dari hasil evaluasi, mahasiswa menyatakan bahwa project citizen memberikan dampak positif terhadap pengetahuan dan sikap mereka sebagai warga negara dan menambah kemampuan mereka dalam mengkritisi informasi.
Civic Virtue dalam Pendidikan Kristen guna Memperkuat Etika Digital di Era 4.0 Silvia Rahmelia; Chris Apandie
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i1.154

Abstract

Along with changes in citizens’ socio-cultural order due to disruption era in industrial revolution 4.0, civic virtue as a part of citizens’ character internalization needs to be strengthened in order to established digital ethics in the 4.0 era. It could be implemented through citizenship education in Higher Education, but also deemed necessary in Christian education through general way so that citizens well to continue to prioritize civic virtues/ethical responses as Christians. The purpose of internalizing civic virtue in Christian education to established digital ethics in the 4.0 era will discuss the following propositions civic virtue in the digital era (internet of things) and civic virtue in Christian education. This study uses library research. It is hoped that this thought construction could strengthen Indonesian citizens’ mindset on the praxis by the virtues from God. Thus, citizens can be consistent in implementing the principles of reason and values when dealing with all the challenges resulting from the sophistication of industrial technology 4.0. AbstrakSeiring dengan berubahnya tatanan sosial budaya warga negara akibat disrupsi di era revolusi industri 4.0, civic virtue sebagai bagian dari internalisasi karakter warga negara perlu diperkuat dalam penerapan etika digital di era 4.0. Penguatan dapat dilakukan tidak hanya melalui pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, namun juga dipandang perlu dalam pendidikan Kristen secara umum sehingga warga negara dapat tetap mengedepankan adab-adab kewarganegaraan sebagai umat Kristiani. Tujuan internalisasi civic virtue dalam pendidikan Kristen guna memperkuat penerapan etika digital di era 4.0 akan membahas proposisi civic virtue di era digital (internet of things) dan adab kewarganegaraan (civic virtue) dalam pendidikan Kristen. Kajian ini menggunakan studi kepustakaan. Diharapkan konstruksi pemikiran ini dapat memperkuat pola pikir warga negara Indonesia pada praksis nilai-nilai kebajikan yang berasal dari Tuhan. Dengan demikian, warga negara dapat konsisten dalam mengimplementasikan prinsip nalar dan nilai ketika berhadapan dengan segala tantangan yang dihasilkan dari kecanggihan teknologi industri 4.0.
IMPLEMENTASI SELF-DIRECTED LEARNING SISWA SMPN 7 PALANGKA RAYA DI MASA PANDEMI Silvia Rahmelia; Prasetiawati Prasetiawati
JP3M: Jurnal Pendidikan, Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 3 No 1 (2021): JURNAL PENDIDIKAN PEMBELAJARAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Publisher : Universitas Insan Cendekia Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37577/jp3m.v3i1.312

Abstract

Pembelajaran daring menjadi paradigma baru dalam proses belajar mengajar di masa pandemi. Paradigma baru tersebut perlu segera diadaptasi oleh guru, siswa dan pihak sekolah guna mengoptimalkan proses belajar. Implementasi pembelajaran daring di SMP Negeri 7 Palangka Raya selama masa pandemi belum sepenuhnya berlangsung baik. Identifikasi masalah dari awal studi pendahuluan hingga berjalannya kegiatan terkait kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran mandiri ialah 1) siswa belum banyak mengenal aplikasi yang dapat digunakan untuk belajar mandiri; 2) siswa terkendala dalam memahami materi karena guru pada umumnya memberi tugas dan jarang menjelaskan. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan metode Participatory Action Research (PAR), dilakukan beberapa treatment atau tindakan diantaranya 1) Siswa diberi pengetahuan tentang berbagai platform yang dapat digunakan untuk belajar daring; 2) Siswa diberi pengetahuan tentang bagaimana caranya mencari sumber belajar yang kredibel di internet. Melalui tindakan ini siswa dilatih untuk mampu mengoptimalkan cara belajar daring di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Dengan demikian kemandirian belajar siswa dapat terbentuk. Pada penerapan langkah-langkah mencari sumber belajar dan menggunakan platform rumah belajar, siswa dilatih untuk mampu memecahkan masalah. Ketiadaan sumber belajar seperti buku atau lembar kerja, dapat digantikan jika siswa telah mampu menggunakan fitur e-book, video animasi maupun bank soal dalam platform rumah belajar. Semakin siswa mampu mengoptimalkan fitur yang ada, maka cara belajar siswa akan semakin baik dan akan berpengaruh pada hasil belajar. Sama halnya berbagai sumber belajar dan informasi yang tersebar luas di internet, hal tersebut tentunya dapat dimanfaatkan siswa secara baik ketika siswa telah memahami langkah-langkah mencari sumber belajar yang kredibel