Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERUBAHAN KONSENTRASI NITRAT DAN FOSFAT PADA SEDIMEN SEBAGAI DAMPAK DARI KERUSAKAN LAMUN AKIBAT JANGKAR KAPAL Supriadi Mashoreng; Muh. Hatta; Rahmadani Tambaru; Rahima Rahman
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/maspari.v14i1.15813

Abstract

Padang lamun yang berada di perairan dangkal sangat rawan terhadap gangguan oleh aktivitas masyarakat. Salah satu kerusakan lamun yang umum terjadi adalah tercabutnya lamun ketika jangkar kapal yang ditambatkan pada area lamun diangkat. Lamun yang tercabut sedikit demi sedikit lama kelamaan akan menyisakan area yang rusak (tidak ditumbuhi lamun). Dampak selanjutnya adalah resuspensi sedimen yang mudah terjadi akibat ombak. Diduga resuspensi sedimen melepaskan beberapa kandungan bahan yang ada, antara lain nutrien. Penelitian dilakukan untuk melihat dampak kerusakan lamun akibat jangkar kapal terhadap perubahan konsentrasi nutrien, khususnya nitrat dan fosfat. Penelitian dilakukan di tiga pulau yaitu Pulau Bonebatang, Pulau Bonetambung dan Pulau Barranglompo. Ketiganya termasuk di dalam gugusan Kepulauan Spermonde Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.  Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada area lamun yang sudah rusak (area bekas lamun) dan area lamun di sekitarnya yang berada pada lokasi yang digunakan oleh masyarakat menambatkan kapal. Pada ketiga pulau, masing-masing dilakukan pengambilan sampel pada 6 area bekas lamun yang mempunyai luas bervariasi dan area lamun di sekitarnya. Pada kedua area tersebut, dilakukan pengambilan sampel masing-masing sebanyak 3 kali. Sedimen setebal 10 cm pada bagian permukaan diambil menggunakan corer. Analisis nitrat menggunakan metode asam ascorbic dan analisis fosfat menggunakan metode brucin dengan pembacaan absorbansi menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi nitrat dan fosfat pada sedimen akibat rusaknya lamun akibat jangkar kapal pada ketiga pulau. Semakin luas kerusakan lamun, maka semakin tinggi penurunan konsentrasi nitrat pada ketiga pulau, namun penurunan konsesntrasi fosfat hanya terlihat berhubungan dengan luas kerusakan lamun di Pulau Barranglompo.
SEDIMENT ORGANIC MATTER CONTENT BASED ON THE DIFFERENT AGES OF MANGROVE VEGETATION IN THE LANTEBUNG MANGROVE ECOTOURISM AREA, MAKASSAR Supriadi Mashoreng; Muh. Hatta; Rusti Rusti
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 8 NOMOR 1, 2022
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v8i1.19589

Abstract

Salah satu peran ekosistem mangrove bagi lingkungan adalah sebagai penyedia bahan organik melalui serasah yang jatuh. Serasah tersebut sebagian besar didekomposisi oleh bakteri pada sedimen, sebagian lainnya diekspor ke ekosistem lain dan sebagian kecil dimanfaatkan langsung oleh biota. Kandungan bahan organik pada sedimen diduga berkaitan dengan umur vegetasi mangrove. Penelitian dilakukan di kawasan ekowisata mangrove Lantebung Kota Makassar. Sebanyak empat stasiun sampling dibuat untuk menganalisis kandungan bahan organiknya. Stasiun tersebut ditempatkan berdasarkan jarak dari darat dengan asumsi bahwa semakin jauh dari darat, maka umur vegetasi mangrove semakin muda. Analisis bahan organik pada sedimen dilakukan menggunakan metode pembakaran pada suhu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Rhizophora mucronata dan Excoecaria agallocha. Jenis A. marina dominan pada bagian dalam dan tengah, sedangkan R. mucronata dominan pada bagian luar. Kandungan bahan organik sedimen berkisar 5,77-7,40% dengan rata-rata 6,68±0,68%. Pada lapisan sedimen 0-30 cm, terlihat bahwa semakin muda umur vegetasi mangrove maka kandungan bahan organik semakin kecil. Namun pada lapisan sedimen di bawahnya kandungan bahan organik relatif sama antar umur vegetasi yang berbeda. Total bahan organik pada kawasan mangrove Lantebung yang dijadikan sebagai area ekowisata (6,5 ha) sebesar 2.769 ton atau rata-rata 426 ton per hektar.