Nyoman Ratep
Unknown Affiliation

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PRIMIPARA POST PARTUM DEPRESSION DIAGNOSIS AND TREATMENT Esha Pradnyana; Wayan Westa; Nyoman Ratep
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no1 (2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.427 KB)

Abstract

Pregnancy and the first child birth is an influential complex event for a mother, which is where everything including phsycal and psyological aspects. This change can make mother psyological disorder, that can lead into depression after childbearing that call post childbearing depression or post partum depression. A wide review at 59 study make a result that 13% among primipara can suffer post partum depression 12 weeks after childbearing. Estabilishmet of this diagnosis, besides from history and symptoms, and can be supported through test Edinburgh Postnatal Depression Scale( EPDS ). Patient with post partum depression, given treatment with antidepressant drug. Breastfeeding is not only to reduce stress for the mother, but also reduce the level of stress on a baby when his mother suffered depression
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUBU II JANUARI-FEBRUARI 2014 IGM Agus Bhayu WWPSR; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 1 (2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.068 KB)

Abstract

Depresi merupakan salah satu masalah global kesehatan yang terjadi pada lanjut usia (lansia) dimana prevalensinya bertambah tinggi seiring meningkatnya usia seseorang. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya depresi pada lansia, beberapa faktor tersebut antara lain: faktor psikososial, faktor biologis, karakteristik personal, faktor medikasi, dan faktor sosiodemografi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kubu II. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan jumlah sampel 84 orang yang dipilih secara consecutive sampling. Sebagai sampel adalah lansia yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kubu II dan tidak ada kriteria eksklusi. Sampel yang memenuhi kriteria kemudian dimintakan kesediaannya untuk berpartisipasi dengan menandatangani informed consent. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner kepada sampel yang terpilih. Analisis data dilakukan secara univariate dan bivariate. Dari 84 sampel lansia, didapatkan 30,9% mengalami depresi ringan dan 14,3% mengalami depresi berat. Dari kelompok sampel yang mengalami depresi, persentase depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 75-90 tahun dengan sebaran proporsi depresi ringan 25,0% dan depresi berat 11,5%, pada kelompok jenis kelamin proporsi kejadian depresi paling tinggi pada jenis kelamin perempuan dengan sebaran proporsi depresi ringan 40,0% dan depresi berat 11,5%, sedangkan berdasarkan ada tidaknya penyakit dasar, proporsi kejadian depresi terdapat pada sampel yang memiliki penyakit dasar yaitu dengan sebaran proporsi depresi ringan 42,1% dan depresi berat 19,3%. Simpulan pada penelitian ini adalah tingkat depresi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kubu II tergolong cukup tinggi dan kejadian depresi terbanyak terjadi pada kelompok usia 75-90 tahun, lansia dengan jenis kelamin perempuan, dan lansia yang memiliki penyakit dasar.          
PREVALENSI GANGGUAN INSOMNIA YANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN GADGET PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I Dewa Gede Surya Mahardika Badung; Nyoman Ratep
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 5 (2017): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.738 KB)

Abstract

Insomnia disorder merupakan gangguan yang terjadi akibat ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi Insomnia pada remaja fakultas kedokteran Udayana yang mengalami ketergantungan terhadap gadget. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional descriptive untuk memperoleh gambaran umum mengenai jumlah mahasiswa FK UNUD yang mengalami gangguan insomnia dengan ketergantungan terhadap gadget. Sampel penelitian ini adalah remaja yang melakukan pendidikan di FK UNUD dengan rentang usia 19-23 tahun. Pengambilan sampel data dilakukan menggunakan kuesioner melalui teknik consecutive sampling. Selanjutnya data akan diolah untuk mendapatkan prevalensi gangguan insomnia yang kemudian dikelompokkan berdasarkan status ketergantungan gadget, jenis kelamin, status hubungan dan tujuan penggunaan gadget yang dilakukan. Dari 140 sampel, didapatkan prevalensi insomnia sebesar 24,3%. Proporsi gejala insomnia lebih sering ditemukan pada sampel dengan ketergantungan gadget (29,3%) dibanding sampel tanpa ketergantungan gadget (22,2%). Pada sampel dengan gejala insomnia, proporsi ketergantungan gadget lebih tinggi pada sampel yang menggunakan gadget untuk media sosial (52,6%), sementara cenderung lebih rendah pada sampel yang menggunakan gadget untuk mencari informasi (12,5%) dan sarana hiburan (14,3%). Berdasarkan jenis kelamin, proporsi ketergantungan gadget lebih tinggi pada laki-laki (38%) dibanding perempuan (30,8%). Sementara berdasarkan status hubungan, proporsi ketergantungan gadget lebih tinggi pada sampel yang memiliki pasangan (53,8%) dibanding sampel lajang (23,8%).   
DIAGNOSTIC AND MANAGEMENT OF AUTISM Made Ovy Riandewi Griadhi; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no 11 (2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.532 KB)

Abstract

Autism is a coalition condition of development disorders which the clinical symptoms are social interaction difficulty, verbal and nonverbal communication problem, repetition of behavior and actions, and shallow and obsessive of interest. Autism is caused by some kind of factors. Genetic and environment factors are thought have a significant role. For diagnosing autism need a kind of criterions from DSM IV, or screening by CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), Checklist for Autism in Toddlers (CHAT), and Autism Screening Questionnaire. Management of autism must be holistic consist of medication and non medication. The aim of therapy for autism is reducing behavior problems and increasing studying ability especially in language mastery. The autism that screened earlier then got a directly treatment can live independently but still depend on the type of autistic disorders and the age at that time.
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO DEPRESI PADA LANSIA DI DESA SELULUNG KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2014 Ni Putu Popy Theresia Puspita; Wayan Westa; Nyoman Ratep
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 11(2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.911 KB)

Abstract

Survei yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) menyebutkan sekitar 94% masyarakat Indonesia mengalami depresi, baik derajat ringan hingga depresi berat, dan 5–15% pasien depresi melakukan bunuh diri setiap tahunnya. Melihat pentingnya masalah ini, penulis ingin meneliti prevalensi depresi pada lansia yang berada di Desa Selulung Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli serta mengidentifikasi berbagai faktor risikonya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional. Sampel dalam penelitian adalah lansia berusia 60 tahun keatas dengan jumlah sampel sebanyak 24 orang yang dipilih secara acak di Desa Selulung Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap responden menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada lansia sebesar 54,2%. Dengan derajat depresi yang dialami adalah depresi derajat ringan 45,8%. Kejadian depresi cenderung dialami oleh laki-laki (69,3%), kelompok usia ? 75 tahun (90%), tingkat pendidikan rendah (44,3%), tidak bekerja (100,0%), tingkat penghasilan perbulan rendah (80,0%), tidak menikah (75,0%), tinggal sendiri (75,0%), dependen (66,7%), mengalami gangguan kognitif (47,4%), terisolasi (100,0%), memiliki pengalaman stres dalam dua tahun terakhir (55,6%), memiliki penyakit kronis (52,4%), menjadi kepala keluarga (66,7%), buta huruf (66,7%), mengonsumsi alkohol (72,7%), dan sedang menjadi perokok (66,7%). Prevalensi depresi cenderung lebih tinggi pada lansia laki-laki, kelompok usia 75 tahun ke atas, berpendidikan rendah, tidak bekerja, berpenghasilan perbulan rendah, menikah, tinggal sendiri, dependen, mengalami gangguan kognitif, terisolasi, memiliki pengalaman stres dalam dua tahun terakhir, memiliki penyakit kronis, menjadi kepala keluarga, buta huruf, mengonsumsi alkohol, sedang menjadi perokok.
GANGGUAN WAHAM MENETAP PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH LAPORAN KASUS I Made Dwi Ariawan; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 6 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.58 KB)

Abstract

Gangguan waham menetap merupakan suatu gangguan psikiatri yang ditandai dengan adanyawaham yang berlangsung lama sebagai satu-satunya gejala yang mencolok.Gangguan inipaling banyak ditemukan pada kelompok umur 40 tahun dengan angka prevalensi tercatat 2430kasus per 100.000 penduduk.Sebagaimana gangguan psikotik lainnya, gangguan wahammenetap dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas ataupun didahului dengan gangguan organikatau riwayat penyalahgunaan zat sebelumnya.Pada laporan kasus ini dipaparkan mengenairiwayat dari seorang laki-laki 27 tahun penderita gangguan waham menetap yang telahmenjalani perawatan. Pemeriksaan psikiatri pasien ini hanya menunjukkan mood/afek curiga,labil/inadekuat serta pada proses pikir didapatkan isi pikir waham curiga. Pasien denganriwayat penggunaan ganja beberapa tahun sebelumnya dan diakui sudah tidak menggunakanlagi.Walaupun tidak mempengaruhi penatalaksanaan bagi pasien, hubungan antara riwayatpenyalahgunaan zat dengan kejadian gangguan psikiatrik masih perlu lebih banyak dikajiuntuk melengkapi berbagai penelitian sebelumnya.
DELIRIUM PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN SKIZOFRENIA: SEBUAH LAPORAN KASUS Made Ayu Dwi Pradnyawati; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 6 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.817 KB)

Abstract

Delirium is psychiatric disorder characterized by conciousness state impairment,disorientation, and affective alteration, including cognitive and non-cognitive deficite, anddeveloped in acute onset. Delirium stand in organic mental disorder group, which has manysimilarity of signs and symptoms with psycotic mental disorder as schizophrenia. Delirium,particularly that is not related with alcohol and drug abuse, frequently found in elderly. Somecases of delirium among inpatient psychiatric patients have been reported, but just few furtherstudies have been held on those cases. This case report try to deliver a case of delirium in a65 y.o. inpatient paranoid type schizophrenia. This patient showed sign of severedisorientation during his treatment. In psychiatric assesment, stated male patient withinappropriate appearance, contact avoidance, decrease of conciousness, and severedisorientation. Mood/affect found irritable/appropriate. Patient experienced delution andhallucination. He suspected with undetected dementia as underlying disease.  
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KOGNITIF PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUBU II , JANUARI-FEBRUARI 2014 I Gusti Ayu Harry Sundariyati; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 1 (2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.403 KB)

Abstract

Telah terjadi pergeseran struktur demografi Indonesia, yaitu meningkatnya proporsi lansia sebesar 7,59% dari seluruh penduduk Indonesia yang membawa tantangan di berbagai bidang salah satunya bidang kesehatan. Masalah kesehatan yang seringkali mengiringi lansia adalah gangguan fungsi kognitif. Berbagai penelitian menunjukkan usia dan tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi status kognitif pada lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kubu II. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian secara kuantitatif dengan rancangan deskriptif cross sectional. Variabel – variabel yang akan diteliti, diukur dan dikumpulkan secara simultan atau pada satu waktu yang bersamaan. Metode pengambilan sampel adalah dengan menggunakan angket/kuisioner, dengan responen yang dipilih secara consecutive, yaitu lansia yang datang ke Puskesmas Kubu II hingga didapatkan 84 sampel. Data yang terkumpul dianalisis dengan perangkat lunak komputer menggunakan analisis univariate dan bivariate. Penelitian ini menunjukkan 54,8% responden mengalami probable cognitive impairment (PCI) dengan 73,1% nya berusia diantara 75-90 tahun dan 68,4% dari 54,8% lansia yang mengalami probable cognitive impairment tidak mengenyam pendidikan dasar. Jadi simpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar lansia di wilayah kerja Puskesmas Kubu II mengalami penurunan fungsi kognitif. Dimana usia tertinggi yang mengalami gangguan kognitif adalah pada kelompok usia 75-90 tahun dan lansia yang tidak mengenyam pendidikan dasar.    
HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SMA/SEDERAJAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I I Made Prema Putra; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 9 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.888 KB)

Abstract

Masalah sosial salah satunya adalah perilaku seksual pranikah semakin tinggi belakangan ini. Ini menjurus kearah tingginya angka pengidap PMS dan HIV/AIDS. Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan di seluruh dunia didapatkan faktor yang mengarah arah tingginya masalah perilaku seksual pranikah adalah peran keluarga terhadap remaja. Untuk mencari hubungan antara peran keluarga dengan perilaku seksual pranikah pada remaja SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I. Rancangan penelitian adalah cross sectional study, dimana pengambilan data menggunakan kuisioner terhadap 136 orang siswa. Data yang terkumpul dianalisis dengan perangkat lunak komputer menggunakan analisis Chi Square. Pada penelitian ini, 19,1% responden telah melakukan perilaku seks pranikah. Pada analisis bivariat variabel kategori peran keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seks pranikah (p=0,007). Pada penelitian ini dianggap signifikan apabila nilai p  dibawah 0,05. Dapat disimpulkan bahwa peran keluarga didapatkan tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati  I.    
N-ACETYLCYSTEINEAS PARMACOLOGICAL TREATMENT IN TRICHOTILLOMANIA Wahyu Dewi; Nyoman Ratep; Wayan Westa
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no 10 (2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.446 KB)

Abstract

Trichotillomania is a compulsive disorder that characterized with repetitive hair pulling habit and results a noticeable lost off scalp, eyebrow, eyelash, armpit and pubic hair. This habit is previously started by increasing tension immediately beforehand and followed by gratification or relief afterward. Until now, all pharmacotherapies in treating patient with trichotillomania such as Selective Serotonin Reuptake inhibitor (SSRI) and Clomiperamine, and Tricycle Antidepressant (TCA) have not got approval from Food and Drug Association due to their lack effectiveness in treating compulsive habit of this disorder. In randomized control study with N-Acetylcysteine (NAC) with daily 1200-1400 mg dose that have been given for 9 weeks shows effectiveness in reducing hair pulling habit significantly in 56% patient