I Gusti Ayu Indah Ardani
Department Of Psychiatry, Faculty Of Medicine, Universitas Udayana, Denpasar, Bali

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Psychiatric Assistance at Cataract Juvenile I Gusti Ayu Indah Ardani; Yunias Setiawati; Joni Wahyuhadi
Health Notions Vol 3, No 11 (2019): November
Publisher : Humanistic Network for Science and Technology (HNST)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.042 KB) | DOI: 10.33846/hn31101

Abstract

Background: Psychiatric assistance is required in the integrated handling of physical health disorders in the field of other disciplines known as CLP. A collaborative approach to the field of psychiatry with other scientific disciplines in accordance with WHO health criteria that includes physical and mental health for improving health and quality of life. Case presentation: A boy, 8 years, was consulted from the Ophthalmology Department with Right eye cataract juvenile, and left eye ptisis bulbi to give pre-operative psychological assistance for eye assessment and diagnostics. Patient also complained the blurred vision since last year and cannot see anything since 10 months ago. The current condition represents the patient cannot speak, often screams, likes to injure his head and scratch his face. Patients treated in the pediatric’s ward with global developmental delay. Patients were also consulted to the child psychiatry section with childhood autism, audiology, nutrition and metabolic diseases of children, pediatric neurology, and finally collaboration with the Surabaya City Health Office for a follow-up management plan. Conclusions: Child psychiatrist as a liaison, interacting with multidisciplinary medical or rehabilitation teams, families, schools, community and local city government are beneficial in the management of child disorders and improving family wellbeing. Keywords: cataract juvenile; autism; psychiatric assistance; consultation liaison psychiatry (CLP)
Hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di Panti Sosial Werdha Wana Seraya Denpasar Bali Putu Pradnyadewi Nataswari; IGA Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 2 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1519.005 KB)

Abstract

Depression is a disease that often occurs in the elderly. There are several factors that influence the occurrence of depression in the elderly, one of which is the presence of family support. This study was conducted to determine the relationship between family support with depression in the elderly in Elderly Social Institution Wana Seraya Denpasar Bali. This study used an analytical technique using cross-sectional sampling technique by total sampling. This study used two types of analysis, univariate analysis to determine the frequency distribution of each variable and bivariate analysis to determine the relationship between the two variables. Of the total 40 samples, a total of 35 respondents (87.5%) had a good family support, and as many as five respondents (12.5%) of respondents had poor family support. A total of 21 respondents (52.5%) experienced depression and as many as 19 respondents (47.5%) did not have depression. From the results of the bivariate analysis p value = 0.65 which indicates that there was no significant relationship between family support with depression in the elderly in Elderly Social Institution Wana Seraya Denpasar Bali, but the OR value obtained was 1.7, which suggests that depression happens to the respondent with the support of poor families increased 1.7 times compared with good family support. This suggests that family support is a risk factor for depression in the elderly in Elderly Social Institution Wana Seraya Denpasar Bali. Keywords: family support, depression, elderly
PREVALENSI MASALAH EMOSI DAN PRILAKU PADA ANAK PRASEKOLAH DI DUSUN PANDE, KECAMATAN DENPASAR TIMUR Luh Gede Melia Puspita Sari; IGA Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 11(2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.58 KB)

Abstract

Anak-anak merupakan penerus suatu bangsa. Kualitas hidup anak sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh kesehatan baik fisik maupun mental. Kesehatan mental berkaitan dengan masalah emosi dan prilaku pada anak.   Adanya gangguan terhadap hal ini dapat menurunkan fungsi mereka dalam kehidupan sehari-hari sehingga penting untuk mendeteksi adanya kelainan emosi dan tingkah laku pada anak sejak dini sebelum anak memasuki masa sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi masalah emosi dan prilaku pada anak prasekolah di Dusun Pande, Kecamatan Denpasar Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif cross sectional, dilakukan pada bulan November 2014 di Dusun Pande, Kecamatan Denpasar Timur. Sample adalah semua populasi anak usia pra sekolah di Dusun Pande, sejumlah 51 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapat dari pengisian kuisoner karakteristik responden dan kuisioner SDQ oleh orang tua. Hasil penelitian mendapatkan bahwa nilai abnormal pada skala emosional terbanyak pada kelompok usia 6 tahun (83.3%). Begitupula pada skala hiperaktivitas (100%) dan hubungan dengan teman sebaya (75%). Total nilai kesulitan baik pada perempuan maupun laki-laki sebagian besar berada dalam rentang normal. Apabila dilihat dari skala kesulitan, nilai abnormal pada skala emosional didapatkan lebih banyak pada perempuan (66.8%), sedangkan pada skala tingkah laku, nilai abnormal lebih banyak terdapat pada laki-laki (75%). Berdasarkan pola asuh orang tua, nilai abnormal pada skala emosional dan tingkah laku sebagian besar dari pola asuh otoriter (66.7%) dan (75%). Semua resonden dengan nilai abnormal memiliki penghasilan 1.000.000-3.000.000 rupiah setiap bulan. Dapat disimpulkan bahwa total nilai kesulitan abnormal terbanyak terdapat pada kelompok usia 6 tahun, jenis kelamin perempuan dan pada anak dengan pola asuh otoriter, sedangkan hasil yang berbeda terlihat pada masing-masing skala penilaian kuisioner SDQ.    
ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti; I Gusti Ayu Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 5 No 9 (2016): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.473 KB)

Abstract

Stres dan perubahan yang terjadi seiring dengan proses penuaan dapat menjadi faktor penyebab gangguan cemas. Salah satu gangguan yang muncul bersamaan dengan gangguan cemas pada lanjut usia (lansia) adalah gangguan tidur. Sulit untuk menentukan apakah gangguan cemas menyebabkan gangguan tidur atau sebaliknya. Yang menjadi perhatian adalah gangguan cemas yang berkepanjangan, lebih dari 6 bulan, dapat bertambah parah jika tidak ditangani. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah lansia yang mengalami gangguan cemas dan insomnia serta hubungan keduanya pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya.  Dalam penelitian ini digunakan metode non-eksperimental, cross sectional dengan jumlah sampel 15 orang. Berdasarkan hasil wawancara menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale dan Insomnia Screening didapatkan bahwa pada kelompok usia 60 – 70 tahun terdapat 1 orang lansia yang mengalami gangguan cemas (16,6 %), 2 orang yang mengalami insomnia (33,3%) dan 1 orang mengalami gangguan cemas dan insomnia (16,6%). Pada kelompok usia 71 - 80 tahun terdapat 2 orang yang mengalami gangguan cemas (22,2%), 2 orang mengalami insomnia (22,2%), dan 2 orang mengalami gangguan cemas dan insomnia (22,2%). Pada kelompok jenis kelamin perempuan terdapat 3 orang mengalami gangguan cemas (27,2%), 3 orang mengalami insomnia (27,2%), dan 3 orang mengalami gangguan cemas dan insomnia (27,2%). Pada jenis kelamin laki-laki 1 orang mengalami insomnia dan tidak ada yang mengalami gangguan cemas. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan cemas dan insomnia pada lansia, yaitu usia dan jenis kelamin. Gangguan cemas cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan jenis kelamin perempuan.
Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi GangguanTidur (Insomnia)Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013 Putu Arysta Dewi; I Gusti Ayu Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 8 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.933 KB)

Abstract

Latar belakang: Angka   kejadian insomnia akan meningkat seiringbertambahnya usia. Dengan kata lain, gejala insomnia sering terjadi pada oranglanjut usia (lansia), bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkanmengalami kesulitan memulai tidur dan mempertahankan tidurnya.Tujuan: Untuk mengetahui angka  kejadian gangguan tidur  (insomnia) padalansia serta faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia)padalansia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya Denpasar.Materi dan metode: Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitiandeskriftif cross-sectional non-eksperimental, dengan menggunakan sampelsebanyak 15 orang setelah di inklusi dan eksklusi. Melalui wawancara langsungdengan menggunakan sarana kuesioner, di lingkungan Panti Sosial Tresna WerdaWana Seraya Denpasar Bali.Hasil: Terdapat 6 orang lansia (40%)yang menderita insomnia dengan beberapafaktor yang mempengaruhi seperti berdasarkan usia, usia 60-70 tahun terdapat 4orang (66,6%), usia 71-80 tahun, terdapat 2 orang lansia (22,2%). Berdasarkanjenis kelamin terdapat 1 orang lansia laki-laki (25%)dan terdapat 5 orang lansiaperempuan (45,5%).Berdasarkan kebiasaan tidur yang buruk, hanya terdapat 1orang lansia (16.6%)yang memiliki kebiasaan atau pola tidur yang buruk.Berdasarkan penyakit yang mendasari terdapat 4 orang lansia (66,6%).Berdasarkan adanya penyakit gangguan jiwa seperti depresi mayor atau punkecemasan hanya  terdapat 3 orang atau hanya sekitar 50% yang mengalamidepresi maupun kecemasan.Simpulan : Berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya insomnia pada lansia,seperti usia, jenis kelamin, Kebiasaan tidur / pola tidur, penyakit lainnya yangmendasari, serta gangguan jiwa yang menyertai. Insomnia pada panti werdha inicenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan jenis kelamin perempuan.
Hubungan tingkat kecemasan terhadap aktivitas sehari-hari pada lansia di Panti Werdha Wana Seraya, Denpasar - Bali Ida Bagus Gede Hendra Kusuma; IGA Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 1 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.6 KB)

Abstract

Elderly was the culmination of human life through the aging process. With increasing age, the risk of many chronic diseases can occur. This causes anxiety in the elderly over fears suffering from illness. One of the most common cause of anxiety in the elderly is social support, especially in the elderly in social institutions. Anxiety is a psychological disorder, with characteristic such as a recurring fear, causing loss of concentration in performing everyday activities. The aim of this study was to analyze the relationship between the level of anxiety about the daily activities of the elderly in social institutions Werdha wana while, Denpasar-Bali. The type of research was analytic research, which aims to find the relationship between variables with cross-sectional approach. Sampling in this study was the use of total sampling, which means all members of the population can be sampled, which numbered 40 people. The results provided the data that the elderly are not worried as much as 1 (9.1%) experienced dependency and as many as 10 people (90.0%) can perform activities independently. Elderly with anxiety were as many as three people (13.6%) experienced dependency and 19 others (86.4%) can perform activities independently. Elderly with severe anxiety as much as one person (14.3%) experienced dependency, while as many as 6 people (85.7%) can perform activities independently. The results of data processing using SPSS produced a value of p = 0.923 (p> 0.05), so that Ho is accepted and meaning of this study did not have a statistically significant relationship between the level of anxiety about the daily activities in the elderly in Elderly Social Institution Wana Seraya, Denpasar -Bali Keywords: Elderly, Anxiety, Daily Activities
Angka Kejadian Gangguan Cemas dan Insomnia pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti; I Gusti Ayu Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 10 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.779 KB)

Abstract

Stress and changes that accompany aging can be an aggravate factor of anxiety disorder. Anxiety disorder can occur togetherwith sleep disorder. It is difficult to determine whether anxiety disorders cause sleep disorders, or sleep disorder cause anxiety.The concern is that prolonged anxiety disorders, more than six months, can worsen if left untreated. This study is to determinethe number of elderly who experience anxiety disorders and insomnia, as well as their relationship, in Social Institutions TresnaWerdha Wana Seraya. This study used a non-experimental, cross sectional. These samples included 15 people. The researchinstrument used in this study is the Hamilton Anxiety Rating Scale and Insomnia Screening. As the result, in the age group of60-70 years there is one person who had the anxiety disorders (16.6%), two people who have insomnia (33.3%) and 1 personexperiencing anxiety disorders and insomnia (16.6%). In the age group 71-80 years, there are 2 people who experience anxietydisorders (22.2%), two people experience insomnia (22.2%), and two people experience anxiety disorders and insomnia (22.2%).In the group of female sex, there are 3 people experiencing anxiety disorders (27.2%), three people experience insomnia (27.2%),and three people have anxiety disorders and insomnia (27.2%). In the male gender 1 person experiencing insomnia and noexperience anxiety disorders. There are various factors that influence the occurrence of anxiety disorders and insomnia in theelderly, the age and gender. Anxiety disorders tend to occur at a younger age and female gender.
Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan tidur (Insomnia) Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya 1 Denpasar Bali Tahun 2013 Putu Arysta Dewi; I Gusti Ayu Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 10(2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.711 KB)

Abstract

Background: the incidence Rate of insomnia will increase as you get older. In the other words, the symptoms of insomnia often occurs in the elderly even almosthalf of the number of elderly reported having difficulty starting and maintainingsleep.Objective: to know the numbers of elderly who experience sleep disorders(insomnia) and the factors that affect sleep disorders (Insomnia) in Panti TresnaWerda Wana Seraya Denpasar.Materials and methods: a method of this research using design descriptive  ofcross-sectional non-experimental, which use of samples 15 peoples after ininclusion and exclusion. Through live interview by using a questionnaire at PantiTresna Werda Wana Seraya Denpasar.Result : There are 6 elderly (40%) who suffering insomnia with several factorsaffecting based on age,  there are 4 elderly 60 – 70 years (66,6%), there are 2elderly 71 – 80 years (22,2%). Based on sex, there are 1 elderly man (25%) and 5elderly women (45,5%).  Based on bad habit of sleeping, there are 1 elderly(16,6%) that has bad habit or bad sleeping patterns. Based on the underlyingdisease, there are 4 elderly (66,6%). Based on mental disorder such as majordepression or  anxiety , there are 3 elderly or only 50% who having depression oranxiety.
ANGKA KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 Ida Ayu Asri Wedhari; I Gusti Ayu Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 6 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.946 KB)

Abstract

Penurunan fungsi fisiologis pada lansia sering menyebabkan terjadinya  berbagai masalah  psikososiogeriatri.  Lansia  memiliki  resiko  yang  tinggi untuk mengalamidepresi. Depresi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal ataupun eksternal.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah lansia yang mengalami depresi sertafaktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia di Panti  SosialTresna Werdha Wana Seraya.Dalam penelitian ini digunakan metode non-eksperimental, cross sectional. Sampelpenelitian berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian iniadalah Geriatric Depression Scale.Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok usia 60 – 70 tahun terdapat 1 orang lansiayang mengalami depresi (16,6 %). Pada kelompok usia 71 - 80 tahun tidak terdapat lansiayang mengalami depresi. Pada kelompok jenis kelamin perempuan  terdapat 1 oranglansia (9%) yang mengalami depresi. Pada jenis kelamin laki-laki tidak terdapat lansiayang mengalai  depresi.  Berdasarkan  gangguan  kejiwaan  dan  penyakit  yang mendasari, masing – masing terdapat 1 orang lansia (100%) yang mengalami depresi.Dapat disimpulkan bahwa terdapat  berbagai  faktor  yang  mempengaruhi  terjadinya depresi  pada lansia, yaitu usia, jenis kelamin, gangguan jiwa yang menyertai danpenyakit lainnya yang mendasari. Depresi cenderung terjadi pada usia yang lebih mudadan jenis kelamin perempuan. Lansia yang mengalami depresi juga dapat mengalamigangguan kejiwaan lain yang menyertai ataupun penyakit lain yang mendasari.
Skrining Depresi pada Ibu dengan Anak Tuna Grahita Menggunakan Alat Beck Depression Inventory di Sekolah Luar Biasa Negeri C dan C1 Kota Denpasar Tahun 2014 Aretha Aprillya Kusumadjaja; I Gusti Ayu Indah Ardani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 11 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.22 KB)

Abstract

The high level of children with intelectual dissability’s demand on ongoing nurture from their parents, makes not only high burden of psychological condition but also could serve as precipitating factor of depression, especially in mother who have bigger part on extra care and practical work that the child with intelectual dissabuility requires. This study examine the depression rate in mother with intelectual dissability children using Beck Depression Inventory at Sekolah Luar Biasa Negeri C and C1 Denpasar 2014. This study’s subject taken from Sekolah Luar Biasa Negeri C and C1 Denpasar started from 1st April 2014 until 31th October 2014. This study using cross-sectional descriptive methods to examine the depression rate in mother with intelectual dissability children using Beck Depression Inventory at Sekolah Luar Biasa Negeri C and C1 Denpasar 2014. Primary data is taken using Questionnaire directly from the study’s subject and already meet the inclsion criteria. The analyse based on 77mothers participating in this study revealed the depression rate in mother with intelectual dissability children mostly have minimal depression rate or normal (77,9%). With higher characteristic are educational level on senior high school graduate, married, as a housewife and range of age from 41 to 50 years old. The depression rate in mother with intelectual dissability children at Sekolah Luar Biasa C and C1 Denpasar 2014 mostly have minimal depression rate or normal. The result of the study are expected can be used as a reference of the next study to know the relationship between depression in mother with intelectual dissability children. Keyword: Maternal Depression, Depression in Mother, Intelectual Dissability, Mental Retardation, Prevalence