Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PRODUK SENI KERAJINAN SEBAGAI CERMINAN POTENSI DAERAH MENJADI BAHAN APRESIASI BAGI LEMBAGA PENDIDIKAN Mesra Mesra
BAHAS Vol 26, No 2 (2015): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v26i2.5558

Abstract

Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) merupakan salah salah satu even Tingkat Provinsi yang dilaksanakan setiap tahun. Pada momen tersebut masyarakat dapat melihat dan menikmati berbagai suguhan pameran pada stand-stand setiap daerah Kabupaten/Kota. Keunggulan potensi daerah masing-masing dan capaian target-target pembangunan daerah dapat diketahui di PRSU, melalui informasi-informasi yang disajikan dalam bentuk benda-benda artifak, hasil produksi pertanian, perindustrian, kerajinan, katalog, buku, tayangan video, foto-foto, baliho dan  informasi lisan dari pemandu pada setiap stand. Produk-produk seni kerajinan yang disajikan sering berbeda-beda antara daerah kabupaten/Kota. Hal ini mencerminkan adanya perbedaan sumber daya alam dan sumber daya manusianya antar daerah tersebut. Sebagian produk kerajinan diolah secara hand made (kerajinan tangan) dan sebagian lagi sudah mendapat sentuhan mesin industri (Industri Kecil). Lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi siswanya dalam mata pelajaran kerajinan tangan, keterampilan PKK, seni budaya dan  prakarya. Selain guru dan buku pelajaran di sekolah tentu siswa dapat pula belajar melalui sumber lain seperti internet, perpustakaan, pameran dan di tempat pengerajin itu sendiri. Salah satu pusat sumber belajar (PSB) bagi siswa adalah stand-stand PRSU yang menyajikan bermacam-macam produk seni kerajinan. Kemudian pada tingkat perguruan tinggi jurusan seni rupa juga mengkaji, mendalami dan  mencipta karya seni kerajinan dengan memperhatikan potensi-potensi sumber daya alam di setiap daerah.   Kata Kunci : Seni Kerajinan, apresiasi lembaga pendidikan
PENERAPAN ORNAMEN BATAK TOBA DENGAN TEKNIK KOLASE PADA KERAJINAN POT BUNGA SEBAGAI ELEMEN INTERIOR Mesra Mesra; Heri Soeprayogi
BAHAS Vol 30, No 1 (2019): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v30i1.16679

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengembangkan suatu metode penyajian revitalisasi ornamen tradisional Batak Toba, yang sudah mulai punah. Sejalan dengan revitalisasi itu juga diharapkan muncul produk baru kreatif yang berciri budaya lokal. Biasanya kerajinan tradisional diterapkan pada dinding bangunan dengan teknik ukir, tetapi sekarang jarang sekali diterapkan. Ornamen  berfungsi sebagai hiasan, mempunyai makna filosofis dan nasehat bagi masyarakat. Namun generasi muda banyak yang tidak memahami makna dari ornamen tradisional tersebut.Langkah pengembangan yang diambil dalam penelitian ini adalah menerapkan ornamen tradisional Batak Toba pada produk kerajinan pot bunga, sebagai wadah pemajangan menjadi elemen interior. Keunikan penerapan ornamen adalah dengan teknik kolase sebagai bentuk karya seni. Alasannya adalah pot bunga sebagai elemen interior banyak mendapat perhatian bagi masyarakat. Masyarakat dapat menikmati keindahan bunga, sekaligus mengamati ornamen yang menghiasi pot bunga tersebut. Pada ornamen tersebut dituliskan nama motif dan  daerah asalnya, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk lebih mengenalnya kembali.Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah prototype kerajinan pot bunga sebagai wadah pemajangan, yang dihiasi ornamen Batak Toba dengan teknik kolase.  Proses pengembangan banyak menemui kesulitan sejak dari pemilihan bahan, proses pengolahan, dan finishing. Pemecahan masalah dilakukan dengan cara uji coba beberapa jenis bahan dan menemukan teknis yang efisien.Hasil penelitian menunjukkan metode revitalisasi ornamen tradisional Batak Toba pada pot bunga sebagai elemen interior, dapat memotivasi masyarakat untuk mengetahui kembali tentang ornamen tersebut. Keunikan penerapan ornamen dengan teknik kolase dapat menambah keindahan pot bunga sekaligus keindahan interior.            Disarankan kepada masyarakat Sumatera Utara untuk mempelajari kembali nilai-nilai tradisional budaya daerah Batak Toba agar tidak punah, kemudian menciptakan produk kerajinan yang menjadikan ornamen tradisional sebagai hiasannya. Kata Kunci : revitalisasi, ornamen tradisional, kolase, interior.
POHON PISANG SEBAGAI IKON BUDAYA VISUAL DALAM ADAT ISTIADAT DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA, TINJAUAN TERHADAP MAKNA DAN PERUBAHANNYA Mesra Mesra
BAHAS No 82 TH 38 (2011): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v0i82 TH 38.2550

Abstract

Ikon budaya visual dari setiap suku bangsa atau etnis bervariasi bentuk dan maknanya. Makna yang terkandung di dalamnya hanya berlaku bagi warga komunal pendukungnya sendiri. Kekayaan budaya visual tradisional ini pantas dijaga kelestariannya sebagai wawasan pengetahuan bagi generasi penerus, mengenai budaya masa lalu sebagai tolok ukur keperibadian Bangsa. Pada umumnya artefak budaya masa lalu adalah berupa benda-benda mati, namun ada keunikan pada budaya Kabupaten Padang  Lawas Utara, dimana artefaknya berupa tumbuhan pisang yang bisa terus bertambah jumlahnya (berkembang biak). Makna yang terkandung dari pohon pisang Sitabar adalah pisang yang memiliki manfaat sangat besar dalam kehidupan manusia, mulai dari akar, batang, daun, tangkai daun, buah, tangkai buah, serat batang dan sebagainya bermanfaat. Kehidupan pohon pisang sitabar menjadi tauladan dalam kehidupan manusia pada kelompoknya. Pohon pisang sekali saja berbuah seumur hidup, sesudah itu dia mati, makna bagi manusia adalah hanya sekali menikah seumur hidup. Pisang berkembang biak, menambah manfaat yang semakin banyak bagi manusia. Maka diharapkan keluarga yang baru menikah juga melahirkan anak-anak yang bermanfaat bagi orang banyak. Sekarang terjadi perubahan maknya, penanaman pohon pisang di depan rumah pengantin baru adalah pertanda itu adalah pesta besar, yaitu ditandai dengan pemotongan hewan kurban (Lembu/Sapi)   Kata kunci : Ikon budaya visual, Pisang sitabar, Perubahan Makna.
KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN SENI RUPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Mesra Mesra; Adek Cerah Kurnia Azis; Wahyu Wiji Astuti
BAHAS Vol 27, No 3 (2016): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v27i3.5654

Abstract

Kos merupakan kondisi yang dapat ditemui dalam kehidupan mahasiswa, banyak mahasiswa yang tidak tahu dampak dari lingkungan sosial terhadap hasil belajar, karena lingkungan yang buruk akan membawa keburukan juga terhadap hasil belajar dan sebaliknya. Fenomena yang ada menggambarkan bahwa hasil belajar tidak hanya diikat oleh motivasi belajar yang tinggi saja namun juga dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal. Kekuatan yang ada di dalam diri seperti  motivasi belajar yang tinggi akan menjadi buruk jika sebuah lingkungan tempat tinggal membawanya ke dalam keburukan dan sebaliknya. Adapun hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah: (1) kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa, (2) kontribusi lingkungan tempat tinggal terhadap hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa dan (3) kontribusi motivasi belajar dan lingkungan tempat tinggal secara bersama-sama terhadap hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini seluruh mahasiswa Pendidikan Seni Rupa dari angkatan 2013 sampai dengan angkatan 2015. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian menggunakan angket model Skala Likert. Analisis data menggunakan komputer program SPSS versi 17. Hasil analisis data penelitian ini, menunjukkan bahwa motivasi belajar berkontribusi sebesar 44,56%, lingkungan tempat tinggal berkontribusi sebesar 40,97% dan motivasi belajar dan lingkungan tempat tinggal secara bersama-sama berkontribusi sebesar 27,47% terhadap hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Selanjutnya pencapaian skor variabel motivasi belajar terhadap hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa berada pada kategori cukup yaitu 79,99%, sedangkan variabel lingkungan tempat tinggal terhadap hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa berada pada kategori cukup juga yaitu 64,42% dari skor ideal.   Kata Kunci : Motivasi Belajar, Lingkungan Tempat Tinggal dan  Hasil Belajar
POHON PISANG SEBAGAI IKON BUDAYA VISUAL DALAM ADAT ISTIADAT DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA, TINJAUAN TERHADAP MAKNA DAN PERUBAHANNYA Mesra Mesra
BAHAS No 78 TH 37 (2010): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v0i78 TH 37.2621

Abstract

Ikon budaya visual dari setiap suku bangsa atau etnis bervariasi bentuk dan maknanya. Makna yang terkandung di dalamnya hanya berlaku bagi warga komunal pendukungnya sendiri. Kekayaan budaya visual tradisional ini pantas dijaga kelestariannya sebagai wawasan pengetahuan bagi generasi penerus, mengenai budaya masa lalu sebagai tolok ukur keperibadian Bangsa. Pada umumnya artefak budaya masa lalu adalah berupa benda-benda mati, namun ada keunikan pada budaya Kabupaten Padang  Lawas Utara, dimana artefaknya berupa tumbuhan pisang yang bisa terus bertambah jumlahnya (berkembang biak). Makna yang terkandung dari pohon pisang Sitabar adalah pisang yang memiliki manfaat sangat besar dalam kehidupan manusia, mulai dari akar, batang, daun, tangkai daun, buah, tangkai buah, serat batang dan sebagainya bermanfaat. Kehidupan pohon pisang sitabar menjadi tauladan dalam kehidupan manusia pada kelompoknya. Pohon pisang sekali saja berbuah seumur hidup, sesudah itu dia mati, makna bagi manusia adalah hanya sekali menikah seumur hidup. Pisang berkembang biak, menambah manfaat yang semakin banyak bagi manusia. Maka diharapkan keluarga yang baru menikah juga melahirkan anak-anak yang bermanfaat bagi orang banyak. Sekarang terjadi perubahan maknya, penanaman pohon pisang di depan rumah pengantin baru adalah pertanda itu adalah pesta besar, yaitu ditandai dengan pemotongan hewan kurban (Lembu/Sapi)   Kata kunci : Ikon budaya visual, Pisang sitabar, Perubahan Makna.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menganyam Dasar dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Indonesia Membangun Namorambe Medan T.A 2012/2013. EVARIYANTI TARIGAN; MESRA MESRA
BAHAS No 85 TH 39 (2013): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v0i85 TH 39.2431

Abstract

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMA Swasta Yayasan Perguruan Indonesia Membangun Namorambe Medan. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Seni Budaya, diketahui bahwa banyak siswa merasa bosan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu siswa tidak banyak berlatih untuk mengembangkan kreativitasnya, sehingga berpengaruh terhadap rendahnya aktivitas belajar siswa maupun hasil belajarnya. Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah karena guru menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Pelajaran seni budaya lebih banyak muatan praktikum daripada kajian teori, sehingga kurang cocok kalau menggunakan metode ceramah dalam pengajarannya. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar menganyam dasar siswa kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Indonesia Membangun Namorambe Medan dengan menerapkan metode demonstrasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 2 siklus. Subjek dalam penelitian PTK ini adalah siswa kelas XI IA di SMA Swasta Yayasan Perguruan Indonesia MembangunNamorambe Medan dengan jumlah siswa seluruhnya 30 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki 12 orang dan siswa perempuan 18 orang. Setiap siklus memiliki tahapan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar Penilaian Siswa, Tes Unjuk Kerja, Lembar Observasi dan Dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan hasil belajar. Pada siklus I rata-rata kelas mencapai 73,70, dengan siswa yang tuntas belajar 14 siswa (46,67%). Pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 80,88. Siswa yang mengalami tuntas belajar adalah 24 siswa (80%). Penilaian terhadap karya anyaman siswa meliputi : Aspek pengukuran kertas pada siklus I 17 siswa (56,67%) yang tuntas, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 25 siswa (83,33%) yang tuntas. Aspek pemotongan kertas pada siklus I 17 siswa (56,67%) yang tuntas, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 25 siswa (83,33%) yang tuntas. Aspek ketepatan iratan pada siklus I 14 siswa (46,67%) yang tuntas, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 24 siswa (80%) yang tuntas. Aspek finishing pada siklus I 11 siswa (36,67%) yang tuntas, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 24 siswa (80%) yang tuntas.     Kata Kunci :Hasil Belajar, Menganyam Dasar, Metode Demonstrasi.
PENGARUH BEBERAPA MATA KULIAH DASAR-DASAR MENGGAMBAR TERHADAP MENGGAMBAR MODEL MESRA MESRA
BAHAS Vol 25, No 4 (2014): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v25i4.2492

Abstract

Mahasiswa seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan menggambar model. Persoalannya adalah tidak mudah mencapai kemiripan bentuk sesuai dengan model yang ditiru. Modelnya adalah manusia. Secara umum wajah manusia tidak ada yang sama (fitrah penciptaan manusia). Tuntutan menggambar model adalah menghasilkan gambar manusia yang sangat mirip terhadap modelnya, seperti halnya hasil foto seseorang yang diperoleh melalui alat kamera. Latihan-latihan keterampilan dasar yang dilakukan mahasiswa secara cermat akan membantu mereka mampu meniru model dengan mirip. Latihan-latihan tersebut sudah diaplikasikan pada beberapa matakuliah Dasar-Dasar Menggambar yaitu menggambar sketsa, menggambar anatomi plastis, dan menggambar bentuk. Ketiga mata kuliah tersebut menjadi prasyarat untuk dapat mengikuti mata kuliah menggambar model. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan matakuliah-matakuliah prasyarat itu dengan baik (konversi nilai di atas 80) diperkirakan mahasiswa juga akan dapat menyelesaikan tugas-tugas matakuliah gambar model dengan baik. Sebaliknya mahasiswa yang tidak bisa menyelesaikan kuliah prasyarat dengan baik, maka akan mengalami kesulitan menyelesaikan mata kuliah menggambar model. kata kunci : pengaruh, matakuliah dasar-dasar menggambar, menggambar model.
ANALISIS GAMBAR EKSPRESI DENGAN MEDIA PENSIL WARNA DITINJAU DARI KECENDERUNGAN OBJEK DAN KESESUAIAN TERHADAP TEORI PERKEMBANGAN ANAK PADA SEKOLAH TK UMAIRA KOTAMADYA MEDAN TAHUN 2016 Ripase Nostanta Br. Purba; Mesra Mesra
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 5, No 1 (2016): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v5i1.4087

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan objek gambar ekspresi media pensil warna dan kesesuaian terhadap teori perkembangan anak pada sekolah TK Umaira Kotamadya Medan Tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Maret 2016 sampai Mei 2016. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi. Analisis data melalui aspek penilaian dan ciri perkembangan anak. Populasi penelitian adalah hasil karya dari 95 orang siswa dan sampel yang diambil dengan teknik Cluster random Sampling yaitu sebanyak 48 sampel karya dari 48 anak. Hasil temuan pada penelitian anak-anak TK Umaira adalah objek rumah sebanyak 22 (45,8%), manusia sebanyak 19 (39,5%), bunga sebanyak 12 (25%), pelangi dan awan sebanyak 6 (12,5%), pohon sebanyak 6 (12,5%), binatang sebanyak 4 (8,3%), tangga sebanyak 4 (8,3%), mobil sebanyak 3 (6,25%). Kata Kunci: Gambar Ekspresi, Pensil Warna,