Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GANGGUAN PRILAKU PADA ANAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR Ani Siti Anisah
JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) Vol 1, No 2 (2015): JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar)
Publisher : Department of Primary education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Su

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.44 KB) | DOI: 10.30870/jpsd.v1i2.689

Abstract

Gangguan perilaku didefinisikan sebagai perilaku berulang dan pola perilaku menetap yang melanggar hak-hak orang lain yang melanggar norma-norma dan aturan masyarakat. Jika gangguan prilaku ini dibiarkan, maka akan berdampak secara berkelanjutan dan akan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada fungsi sosial, akademis, maupun masa depannya. Jika gangguan perilaku itu makin kompleks maka menyebabkan gangguan perilaku pada diri anak  akan  semakin parah. Gangguan ini mulai terjadi pada anak usia SD. Siswa Sekolah Dasar disebut usia kanak-kanak pertengahan, ditandai dengan mulai berkembangnya kemampuan membuat keputusan, memahami hubungan sebab-akibat, pemahaman sosial, mengatur emosi, dan kesadaran diri. Berdasarkan karakteristik kognitif, sosial, emosi, dan fisik, siswa-siswa sekolah dasar seringkali digolongkan sebagai banyak bertingkah, kelebihan gerak, dan nakal dalam hubungan sosialnya. Batas-batas  tertentu perilaku-perilaku tersebut masih dapat ditolerir sebagai manifestasi dari usia mereka. Namun adakalanya tingkat perilaku dan emosi menunjukkan adanya gangguan yang tidak disadari oleh orang-orang sekitarnya, termasuk orang tua dan guru di sekolah. Kata Kunci: Gangguan Perilaku, Perkembangan Anak, Usia SDConduct Disorder are defined as repetitive behaviors and patterns of sedentary behavior that violates the rights of others who violate the norms and rules of society. If this is allowed to behavioral disorders, it will have an impact on an ongoing basis and will cause significant damage to the social functioning, academic, as well as its future. If it is more complex behavioral disorders that cause behavioral disorders in children will be more severe. This disorder begins in elementary school age children. Elementary school students called middle childhood, marked by the development of the ability to make decisions, to understand the cause-effect relationships, social understanding, managing emotions, and self-awareness. Based on the characteristics of the cognitive, social, emotional, and physical, elementary school students are often classed as a lot of acting, excess motion, and mischievous in his social relationships. Certain limits, these behaviors can be tolerated as a manifestation of their age. But sometimes the level of behavior and emotional indicate a problem that is not recognized by the people around him, including the parents and teachers at school.Keywords: Conduct Disorder, Child Development, Elementary Shool
Pendekatan Pembelajaran Analisis Nilai untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Sosial Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ani Siti Anisah
Jurnal Pendidikan UNIGA Vol 10, No 1 (2016): Jurnal Pendidikan UNIGA
Publisher : Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jp.v10i1.82

Abstract

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji tentang bagaimana manusia memiliki hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, lingkungan dan sang Khaliq. Salah satu pendekatan yang memenuhi prinsip pembelajaran IPS yang memiliki kekuatan adalah pendekatan analisis nilai (value analysis). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran analisis nilai (value analysis) berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep dan sikap kepedulian sosial siswa dalam mata pelajaran IPS?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan Nonequivent Control Group Design yang dilaksanakan pada siswa kelas IV MIN Suci Kaler dengan jumlah 65 siswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen sebesar 34,7% berkategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol dengan pendekatan konvensional mengalami peningkatan (N Gain) 8,7% berkategori rendah. Untuk variabel Sikap Kepedulian sosial dengan pendekatan analisis nilai, kelas eksperimen mengalami peningkatan (N Gain) sebesar 25% dan kelas yang kontrol (N Gain) 2,2%. Setelah dilakukan Uji-T menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran Analisis Nilai (value analysis) dam pembelajaran IPS berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian sosial siswa. Kata Kunci: Ilmu Pengetahuan Sosial; pendekatan analisis nilai; konsep; sikap
Penerapan Metode Pembelajaran Debate Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Ani Siti Anisah; Hariman Suntara
Jurnal Pendidikan UNIGA Vol 14, No 1 (2020): Jurnal Pendidikan UNIGA
Publisher : Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jp.v14i1.907

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa tingkat Sekolah Dasar melalui metode pembelajaran debat pada Mata Pelajaran PKn. Metode yang digunakan melalui eksperimen kuasi dengan desain one group pretes and postest. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri Ciledug 5 Garut sebanyak 28 orang. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosional peserta didik pada pembelajaran PKn sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan penerapan metode debat dari rata-rata skor 3,01 atau 60,29 persen menjadi 3,64 atau 72,77 persen. Artinya, pembelajaran PKn dengan menggunakan metode debat mampu meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik. Dengan mengambil asumsi konstruktivisme dan teori kognitif Piaget, metode debat mampu mengembangkan aspek kognitif, emosi, dan bahasa peserta didik. Proses interaksi sosial dalam kegiatan belajar telah membangun proses pembelajaran aktif yang berdampak pada perkembangan pemikiran logis dan sistematis, mampu berfikir abstrak, memiliki kecakapan emosi dan bahasa yang baik, konsentrasi belajar, bersifat respek terhadap diri sendiri dan orang lain. Kata kunci: metode debat, kecerdasan emosional, siswa sekolah dasar
POLA ASUH ORANG TUA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK Ani Siti Anisah
Jurnal Pendidikan UNIGA Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Pendidikan UNIGA
Publisher : Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jp.v5i1.43

Abstract

Setiap anak dilahirkan dengan fitrah-Nya. Dengan fitrah, anak memiliki potensi untuk dididik,diasuh dan memiliki kemungkinan besar untuk bisa berkembang dan meningkat kemampuannya dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilannya sehingga terbentuk pribadi yang berakhlakul karimah memiliki prilaku yang yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah. Pendidikan karakter hendaknya dilakukan secara komprehensif , meliputi seluruh aspekpendidikan, mulai dari persiapan anak sejak lahir sampai kepada upaya memperkuat kemampuan jasmani dan rohani anak, disampaikan dengan nasihat, dengan contoh yang baik serta dengan proses pembiasaan terhadap hal-hal yang baik sehingga berimplikasi pada kepribadian anak dimasa dewasa. Kata Kunci: Potensi, Pendidikan Karakter, Kepribadian Anak
POSISI MATA PELAJARAN IPA DAN IPS DALAM KURIKULUM MERDEKA DI SEKOLAH DASAR ani siti anisah; Ratna Widiyastuti; Gina Mubarokah; Isti Istiqomah
Jurnal Tunas Pendidikan Vol 6 No 1 (2023): JURNAL TUNAS PENDIDIKAN
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52060/pgsd.v6i1.1190

Abstract

This study aims to describe the position of science and social studies subjects in the independent curriculum. The research method used is a descriptive qualitative approach carried out at SDN 04 Sukanegla Garut Kota District, Garut Regency from December 2022 to January 2023. The data collection process is carried out through observations, and interviews, and processed through triangulation techniques, data collection, data reduction, and data verification. The results explained that the position of Natural Sciences and Social Sciences was united with the aim of triggering children to manage the natural and social environment in one unit, considering that elementary school-age children are in the concrete operation phase so stimulus must be given to develop their cognitive abilities. IPAS subjects in class III-V are 180 hours per year with a time allocation for projects of 36 hours per year, and class VI has 160 hours per year with a time allocation for a project of 32 hours. The position of IPAS subjects at the elementary school level on one side has a positive impact because it eases the performance of teachers and students in mapping and understanding or learning IPAS subject matter that is stored in odd semesters and even semesters. IPAS is united to be understood comprehensively and can be realized as usual, there is no reduction in material and does not reduce the essence of both subjects.