Kurnia Setiawan Widana
Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi Keterdapatan Torium Pada Endapan Laterit Bauksit di Pulau Singkep Dalam Rangka Pengembangan Eksplorasi Torium di Wilayah Granit Jalur Timah Ngadenin Ngadenin; Kurnia Setiawan Widana; Adhika Junara Karunianto
EKSPLORIUM Vol 39, No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.164 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2018.39.1.4258

Abstract

Eksplorasi torium di wilayah granit jalur timah pada lima tahun terakhir ditargetkan pada keterdapatan torium di cebakan timah primer maupun sekunder. Pulau Singkep adalah bagian dari Granit Jalur Timah, yang potensial terhadap keberadaan torium, sebagai cebakan primer maupun sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik keterdapatan torium pada laterit bauksit menyangkut kadar torium dan kaitannya dengan keterdapatan mineral radioaktif dan kandungan cerium (Ce), lantanum (La), itrium (Y), dan zirkon (Zr) pada laterit bauksit. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan eksplorasi torium pada cebakan laterit bauksit di Indonesia. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, pengukuran kadar torium, dan pengambilan sampel konsentrat dulang untuk analisis mineral butir dan analisis kadar Ce, La, Y, dan Zr. Litologi yang menyusun daerah penelitian terdiri atas granit lapuk yang telah terubah menjadi laterit bauksit dengan kadar torium berkisar antara 25,9 hingga 177,8 ppm eTh. Konsentrat hasil pendulangan adalah konsentrat zirkon-ilmenit dengan kandungan mineral radioaktif terdiri dari zirkon, monasit, dan anatas. Kadar lantanum pada konsentrat zirkon-ilmenit adalah 0–412 ppm, cerium 0–80 ppm, itrium 27–82 ppm, dan zirkon 9.420–100.000 ppm. Keterdapatan torium pada endapan laterit bauksit di Pulau Singkep berhubungan erat dengan keterdapatan mineral zirkon, monasit, dan anatas. Karakterisrik keterdapatan torium pada endapan laterit bauksit mempunyai kemiripan dengan karakteristik keterdapatan torium pada cebakan timah primer dan sekunder. The thorium exploration in the last five years in the granite tin belt region is targeted at thorium availability in primary and secondary tin deposits. Singkep island is the part of granite tin belt which potential for thorium occurences either primer or secondary deposits. The purpose of this study was to determine the characteristics of thorium availability in bauxite laterite deposits concerning thorium content and its relation to the availability of radioactive minerals and cerium (Ce), lanthanum (La), Yttrium (Y), and zircon (Zr) contents on the bauxite laterite deposit. The data obtained from this study will be used as an evaluation material for the development of thorium exploration in bauxite laterite deposits in Indonesia. The methods used are geological mapping, thorium concentration measurements, and sampling of pan concentrate for mineral grain analysis and analysis of Ce, La, Y, and Zr contens. The lithology of the study area was granite that had weathered and turned into bauxite laterite deposit with thorium content ranging from 25.9 to 177.8 ppm eTh. The concentrate of the repeating result is zircon-ilmenite concentrate with radioactive mineral content composed of zircon, monazite, and anatase. La concentration on zircon-ilmenite concentrate is 0–412 ppm, Ce is 0–80 ppm, Y is 27–82 ppm and zircon is 9,420–100,000 ppm. Avaibility of thorium at the bauxite laterite deposit on Singkep Island is closely related to the zircon, monazite, and anatase minerals. Characteristics of thorium availability in the bauxite laterite deposit are similar to the thorium characteristics of the primary and secondary tin deposits.
Identifikasi Keterdapatan Mineral Radioaktif pada Urat-Urat Magnetit di Daerah Ella Ilir, Melawi, Kalimantan Barat Ngadenin Ngadenin; Frederikus Dian Indrastomo; Widodo Widodo; Kurnia Setiawan Widana
EKSPLORIUM Vol 40, No 1 (2019): Mei 2019
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.38 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2019.40.1.5350

Abstract

ABSTRAKElla Ilir secara administratif terletak di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Geologi regional daerah Ella Ilir tersusun atas batuan malihan berumur Trias–Karbon yang diterobos oleh batuan granitik berumur Yura dan Kapur. Keterdapatan mineral radioaktif di daerah tersebut terindikasi dari radioaktivitas urat-urat magnetit pada batuan malihan berumur Trias–Karbon dengan kisaran nilai 1.000 c/s hingga 15.000 c/s. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jenis cebakan mineral bijih dan mengidentifikasi keterdapatan mineral radioaktif pada urat-urat bijih magnetit di daerah Ella Ilir. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, pengukuran radioaktivitas, analisis kadar uranium, dan analisis mineragrafi beberapa sampel urat bijih magnetit. Litologi daerah penelitian tersusun oleh kuarsit biotit, metatuf, metabatulanau, metapelit, granit biotit, dan riolit. Sesar sinistral barat-timur dan sesar dekstral utara-selatan merupakan struktur sesar yang berkembang di daerah ini. Komposisi mineral urat-urat magnetit terdiri dari mineral-mineral bijih besi, sulfida, dan radioaktif. Mineral bijih besi terdiri dari magnetit, hematit, dan gutit. Mineral sulfida terdiri dari pirit, pirhotit, dan molibdenit sedangkan mineral radioaktif terdiri dari uraninit dan gumit. Keterdapatan urat-urat bijih magnetit dikontrol oleh litologi dan struktur geologi. Urat-urat magnetit pada metabatulanau berukuran tebal (1,5–5 m), mengisi rekahan-rekahan yang terdapat di sekitar zona sesar. Sementara itu, urat-urat magnetit pada metapelit berukuran tipis (milimetrik–sentimetrik), mengisi rekahan-rekahan yang sejajar dengan bidang sekistositas. Cebakan mineral bijih di daerah penelitian adalah cebakan bijih besi atau cebakan bijih magnetit berbentuk urat karena proses hidrotermal magmatik.ABSTRACTElla Ilir administratively located in Melawi Regency, West Kalimantan. Regional geology of Ella Ilir area is composed of metamorphic rocks in Triassic–Carboniferous age which are intruded by Jurassic and Cretaceous granitic rocks. Radioactive minerals occurences in the area are indicated by magnetite veins radioactivities on Triassic to Carboniferous metamorphic rocks whose values range from 1,000 c/s to 15,000 c/s. Goal of the study is to determine the type of ore mineral deposits and to identify the presence of radioactive mineral in magnetite veins in Ella Ilir area. The methods used are geological mapping, radioactivity measurements, analysis on uranium grades, and mineragraphy analysis of severe magnetite veins samples. Lithologies of the study area are composed by biotite quartzite, metatuff, metasilt, metapellite, biotite granite, and ryolite. The east-west sinistral fault and the north-south dextral fault are the developed fault structures in this area. Mineral composition of magnetite veins are consists of iron ore, sulfide, and radioactive minerals. Iron ore mineral consists of magnetite, hematit, and goetite. Sulfide minerals consist of pyrite, pirhotite, and molybdenite, while radioactive minerals consist of uraninite and gummite. The occurences of magnetite veins are controlled by lithology and geological structures. The magnetite veins in metasilt are thick (1.5–5 m), filled the fractures in the fault zone. Meanwhile, the magnetite veins in metapellite are thinner (milimetric–centimetric), filled the fractures that are parallel to the schistocity. The ore deposits in the study area are iron ore deposits or magnetite ore deposits formed by magmatic hydrothermal processes. 
Studi Ekstraksi Bijih Thorit dengan Metode Digesti Asam dan Pemisahan Thorium dari Logam Tanah Jarang dengan Metode Oksidasi-Presipitasi Selektif Moch Iqbal Nur Said; Mutia Anggraini; Mohammad Zaki Mubarok; Kurnia Setiawan Widana
EKSPLORIUM Vol 38, No 2 (2017): November 2017
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.798 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2017.38.2.3930

Abstract

AbstrakThorium (Th) merupakan logam radioaktif yang dapat terbentuk bersama uranium dan logam tanah jarang (LTJ). Mineral-mineral yang mengandung unsur radioaktif diantaranya monasit ((Ce,La,Y,U/Th)PO4), thorianit ((Th,U)O2), dan thorit (ThSiO4). Daerah Mamuju, Sulawesi Barat diketahui mengandung mineral radioaktif, salah satunya adalah thorit. Untuk memisahkan LTJ dari unsur radioaktif dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi thorium dari bijih thorit dengan metode digesti asam menggunakan asam sulfat (H2SO4), kemudian diikuti pelindian dalam air dan rekoveri thorium dalam bentuk thorium hidroksida dengan metode presipitasi kimia menggunakan ammonium hidroksida (NH4OH). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi optimum digesti asam yang memberikan persentase ekstraksi paling tinggi didapatkan pada rasio padat/cair 1:2 (g/mL) selama 60 menit dengan persentase ekstraksi Th, besi (Fe), dan LTJ masing-masing sebesar 82,47%, 80,08%, dan 83,31%. Persentase presipitasi Th tertinggi sebesar 95,47% diperoleh pada pH 4,5 dalam suhu ruangan (26±1°C). Pada temperatur yang lebih tinggi, (70°C), diperoleh persentase presipitasi thorium yang lebih rendah sebesar 83,69%. Pre-oksidasi dengan menggunakan larutan H2O2sebanyak dua kali stoikiometri selama 1,5 jam pada suhu kamar meningkatkan persentase presipitasi Fe dari 93,08% menjadi 99,93%. AbstractThorium (Th) is a radioactive metal that can be formed along with uranumand rare earth metals (REM). Minerals contain radioactive elements are monazite ((Ce,La,Y,U/Th)PO4), thorianite ((Th,U)O2), and thorite (ThSiO4). Mamuju Area is containing radioactive minerals, thorite is one of them. To separate REM from radioactive elements can be conducted by exctracting thorium from thorite ore by acid digestion method using sulphuric acid (H2SO4), followed by leaching and thorium recovery in the form of thorium hydroxide by chemical precipitation using ammonium hydroxide (NH4OH). The experimental results showed that the optimum conditions of acid digestion that give the highest Th extraction percentage on solid to liquid ratio are obtained at 1:2 (g/mL) in 60 minutes with extraction percentages of Th, iron (Fe) and REM are 82.47%, 80.08%, and 83.31% respectively. The highest thorium precipitation percentage, as much as 95.47% , was obtained at pH 4.5 on room temperature (26 ± 1°C). At higher temperature (70°C), a lower percentage of thorium precipitation is obtained, as much as 83.69%. Pre-oxidation by using H2O2 solution with two times stoichiometry for 1.5 hours at room temperature is increasing Fe precipitation percentage from 93.08% to 99.93%.