Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMANFAATAN PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) DALAM MENINGKATAKAN POLA PERTUMBUHAN BAWANG MERAH LOKAL (Allium ascalonicum L) SABU RAIJUA NTT Laurensius Lehar; Zainal Arifin; Heny M.C. Sine
Partner Vol 23, No 1 (2018): Edisi Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jp.v23i1.307

Abstract

Red Onion (Allium ascalonicum L.) Sabu Raijua is one of the horticultural crops that is widely consumed by the people of East Nusa Tenggara (NTT) as a mixture of cooking spices and traditional medicines. For household consumption of around 635,700 tons, non-household consumption such asthe manufacturing industry amounting to 719,200 tons, added up to a total of 1.35 million, meaning a deficit for shallots. The purpose of this study was to obtain information about PGPR in increasing the growth pattern of local onion Sabu Raijua. Using Randomized Block Design (RBD) with 5 treatments, namely p0 (control), P1 (5 ml / liter of water / 2 plants), P2 (10 ml / liter of water / 2 plants), P3 (15 ml / liter of water / 2 plants) ), P4 (20 ml / liter of water / 2 plants) and repeated 4 times. The resultsshowed that local red onion plants of Sabu Raijua given PGPR could increase plant height (42, 45 cm), number of leaves (57.57 leaflets per plant), number of tillers per plant (13.89 tillers). The higher concentration of PGPR can increase the growth pattern of local onion Sabu Raijua plants.
DESKRIPSI PISANG BERANGA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA Zainal Arifin; Micha S. Ratu-Rihi
Partner Vol 15, No 2 (2008): Edisi November
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jp.v15i2.29

Abstract

This research was conducted from September to December 2005 in Ende (Flores) and Kupang (Timor). The aims of this research were to describe the morphology of growth of banana and production of banana fruits especially variety of Baraga,  identify the environment of growth, and analyze the nutrient content of fruits, especially, variety of Baraga, cultivated in the two different locations. The morphology growth of Baraga cultivated in Ende was rapidly than Baraga cultivated in Kupang. The contents of vitamin C, fat, and protein showed significant differences. These differences possibly were caused by the different characteristic of land geomorphology, main material of landform, fertility of soil, especially, pH and availability of phosphor.Keywords: Description, Banana Variety of Baraga, Two Different Habitats
PENATAAN LAHAN MAMAR PISANG BERBASIS PERTANIAN TERPADU Zainal Arifin
Partner Vol 17, No 2 (2010): Edisi November
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jp.v17i2.67

Abstract

Structuring Mamar of Banana based on Integrated Farming. Currently, mamar of banana managed by communities Ethnic Timor (East Nusa Tenggara) is the mixed cropping pattern, in which banana plants dominate the vegetation. Besides its function as one of the traditional peasant food barn, mamar also serves as a source of livestock feed. The raise of livestock is not integrated in the area of mamar. The dependence of farmers to obtain food, feed, and cash (ready money) on mamar is very high. However, it is not followed by structuring the mamar according to the agronomic management principles, so the function of mamar as barns for food sustainability could hardly be more functional. Whereas, the age of mamar is too old (more than 100 years) and without structuring, so it may become no longer productive. In order to make it more productive, the mamar requires structuring in cultivation system by using the various types of existing plants according to the recommended system of cultivation pattern, for example, alley cropping, intercropping, and alternating cropping, based on soil condition. In those cultivation systems, banana plants serve as the main plants dominating the mamar; seasonal crops and fodder grass serve as alley crops and are cultivated under intercropping and alternating cropping in an integrated and overlapping shift with livestock cultivation. The structuring mamar through space use patterns will not cause competition among plant species in the use of light and nutrients. The intensive cultivation can make the mamar of banana become more productive and sustainable as well as may give harvest any time. The form of the hoped harvests are daily harvest, monthly harvest/quarterly harvest, and yearly harvest in the ease of getting more cash by the sale of particular products. The obtained products and cash may support the food sustainability for farmers' families.Keywords: mamar, banana, structuring, integrated.
PENGOLAHAN LAHAN TIDAK PRODUKTIF MENJADI LAHAN KEBUN PISANG BERANGA DI DESA OESUSU, KAB. KUPANG, NTT Zainal Arifin; Yusuf Rumbino
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 1 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.317 KB)

Abstract

PROdikMas (Pendidik Profesional Masyarakat)/Tim Kerja FLipMas Hetfen NTT selama 1 periode pelaksanan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan lahan tidak produktif di Desa Oesusu telah merealisasikan budidaya tanaman pisang Beranga. Metode pendekatan dan penerapan ipteks kepada masyarakat pada dasarnya adalah diseminasi dari kegiatan yang telah pernah dilakukan oleh perguruan tinggi dalam membina masyarakat. Kegiatan tersebut bersifat berkelanjutan dan masyarakat dapat melaksanakan kegiatan tersebut secara mandiri. Kegiatan pembersihan lahan, penentuan arah dan jarak tanaman langsung didampingi oleh prodikmas, sedangkan pengawasan rutin dilaksanakan oleh tenaga MP3D yang ditugaskan di Desa Oesusu. Hasil dari pendampingan dan pembinaan masyarakat berupa peningkatan pendapatan masyarakat dari hasil kebun selingan di antara pohon-pohon pisang (kacang, ubi, mentimun, kangkung, dsb), dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan tanaman pisang beranga khas NTT yang berpotensi ekonomi. Dampak penting dari kegiatan yang utama adalah meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengelola lahan kering yang tidak produktif menjadi lahan yang menghasilkan produksi pertanian.
PENDAMPINGAN KEPADA KELOMPOK TANI DI DESA NUNMAFO DALAM PENGELOLAAN LAHAN KEBUN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI “ALLEY CROPPING” UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI Zainal Arifin; Yusuf Rumbino
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar lahan potensial menyebar di Desa Nunmafo namun banyak bidang lahan yang dimiliki penduduk tidak tergarap secara intensif sehingga kurang/tidak produktif. Kurang produktifnya lahan ini disebabkan keterbatasan sumberdaya petan dalam menolah lahani. Agar meningkatkan pemahaman dan keterampilan kelompok tani dalam mengelola lahan yang produktif dan komersial, maka beberapa pengurus kelompok tani dan / atau tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kawasan lahan kurang produktif sangat mengharapkan transfer teknologi dalam menggarap potensi yang ada di Desa Nunmafo. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa Nunmafo adalah teknologi “alley cropping”. Melalui teknologi ini diharapkan para petani memiliki pemasukan atau pendapatan dari penjualan hasil kebunnya setiap hari (melalui panen pisang kepok, pepaya), pendapatan mingguan dari hasil penjualan sayuran (cabe, terong, sawi), pendapatan triwulan (jagung, palawija), dan pendapatan tahunan (buah naga, buah mangga). Tanaman pagar digunakan tanaman cendana yang diharapkan dapat dinikmati hasilnya setelah 20 tahun kemudian. Pendapatan petani yang semula hanya dari hasil penjualan jagung dan palawija saat ini mendapatkan pemasukan secara rutin dari berbagai produk tanaman yang ditanam dengan system lorong ini, dan yang lebih terpenting adalah terciptanya ketahanan pangan dengan adanya pisang kepok yang merupakan makanan keseharian penduduk terjamin ketersediannnya.