Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : eProceedings of Engineering

Analisis Perencanaan Jaringan Lte Advanced Menggunakan Metode Fractional Frequency Reuse Dan Fitur Carrier Aggregation Ayu Tika Permatasari; Hafiddudin Hafiddudin; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 3, No 2 (2016): Agustus, 2016
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

LTE Advanced merupakan teknologi generasi ke 4 (4G) yang memberikan fitur-fitur terbaru demi mencapai data rate yang tinggi. Data rate untuk LTE Advanced diharapkan mencapai 1 Gbps untuk sisi downlink dan 300 Mbps untuk sisi uplink. Salah satu fitur yang menjadi faktor bertambahnya data rate adalah dengan teknik Carrier Aggregation. Namun untuk mencapai performasi yang maksimal pada jaringan LTE dapat terhambat karena permasalahan co-channel interference. Untuk mencapai performansi jaringan yang optimal, dilakukanlah metode frequency reuse sebagai management interference dan  penambahan fitur  carrier  Skema  frequency reuse  yang  digunakan adalah Fractional Frequency Reuse yaitu membagi sel menjadi dua daerah, cell edge dan cell centre dengan menggunakan daya pancar yang berbeda. Sedangkan skema penerapan carrier aggregation yang digunakan adalah carrier aggregation deployment scenario 3 dengan menggunakan dua band frekuensi dan pola pancara yang berbeda . Parameter yang dianalisis pada jurnal kali ini adalah RSRP, CINR, Connected user dan Throughput. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa penerapan FFR pada skenario CA terjadi efek yang beragam pada setiap parameter. Terjadi peningkatan CINR, namun throughput dan connected user mengalami penurunan performansi dikarenakan terdapat bandwidth yang tidak terpakai di tiap sel nya. Namun penerapan FFR meningkatkan cell edge throughput jika dibandingkan tanpa penerapan FFR yang hanya menghasilkan throughput yang tinggi pada cell center. Kata Kunci : LTE Advanced, Carrier Aggregation, FFR
Perenc1101080003anaan Daerah Cakupan Enodeb Jaringan Long Termevolution (lte) Pada Frekuensi 1800 Mhz Di Kota Bogor Ikhwanul Kiram; Uke Kurniawan Usman; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Adanya peningkatan layanan voice dan data pada daerah urban, salah satunya Kota Bogor, membuat service provider merasa perlu untuk memperbaiki jaringan yang sudah ada agar jaringan dapat mencakup area yang lebih luas. Teknologi long Term Evolution (LTE) dengan kecepatan dan mobilitasnya dapat memberi jawaban akan kebutuhan voice dan data tersebut. Pada penelitian kali ini, dilakukan perencanaan jaringan LTE pada frekuensi 1800 MHz di Kota Bogor. Perencanaan yang telah dilakukan adalah perencanaan dari segi coverage dengan mengukur link budget dengan melakukan proses refarming dan co-existing sebelumnya. Kemudian dilakukan perencanaan sesuai dengan neigbour relation dan Phisical Identity Cell (PCI).Parameter- parameter yang digunakan pada tugas akhir ini sesuai dengan standa vendor telekomunikasi Huawei. Penggunaan PCI dilakukan untuk memberi identitas pada suatu cell. Simulasi pada tugas akhir ini menggunakan software atoll dari forsk. Nilai parameter dibandingkan Antara sebelum dan sesudah menggunakan PCI. Luas wilayah cakupan nilai BLER pada range 0 – 0.05 dari 97.1 km2 menjadi 97.1 km2 setelah menggunakan PCI, meningkat 0.6m2 atau 0.62%, sehingga nilai C/(I+N) yang didapat setelah menggunakan PCI meningkat 0.16 dB dari sebelum menggunakan PCI yaitu 7.34 dB menjadi 7.50 dB, dan average throughput meningkat 489.35 kbps dari 25.568, 05 kpbs menjadi 26.057,4 kbps. Kata Kunci : Long Term Evolution, macro cell, coverage, neighbor relation, physical identity cell, BLER, C/(I+N), throughput
Analisis Kinerja Fractional Power Control Uplink Pada Sistem Ffr Lte Radian Bintang Wicaksono; Ali Muayyadi; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Perkembangan teknologi seluler semakin berkembang pesat berdasarkan kebutuhan data rate yang semakin tinggi. LTE merupakan generasi keempat yang dicetuskan oleh 3GPP yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam sistem ini daya pancar pengguna merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan data rate. Daya yang dipancarkan dari pengguna menuju base station mempengaruhi kecepatan data rate yang menjadi pertimbangan utama dalam arah uplink. Besar kecilnya daya yang dipancarkan pengguna akan mempengaruhi kualitas data rate bagi pengguna itu sendiri maupun bagi pengguna yang lain. Padahal pada sistem ini menjanjikan kecepatan data rate yang tinggi. Salah satu layanan yang ditawarkan pada LTE adalah Fractional Power Control. Dalam tugas akhir ini membahas salah satu teknik untuk mengatasi kondisi tersebut, yakni Fractional Power Control yang berfungsi untuk mengontrol power yang dipancarkan oleh penguna terhadap base stasion dengan mengatur nilai faktor kompensasi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penggunaan nilai faktor kompensasi 0,6 menunjukan perfomansi yang paling optimal dalam sistem dibandingkan dengan nilai faktor kompensasi yang lebih kecil dari 0,6 dan faktor kompensasi yang lebih besar dari 0,6. Dengan nilai faktor kompensasi yang optimal, pengguna dapat menghemat daya pancar sebanyak ±8,42 dB terhadap daya maksimum yang dibolehkan oleh pengguna. Kata kunci : LTE, Fractional Power Control, FFR, uplink, dan PTX
Analisis Dan Simulasi Pengaruh Golden Space Time Block Code (Stbc) Pada Multiple Antenna Untuk Sistem Televisi Digital Terestrial Generasi Kedua (Dvb-T2) Sandria Abhiseka; Rina Pudji Astuti; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 1, No 1 (2014): Desember, 2014
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

DVB (Digital Video Broadcasting) adalah salah satu sistem broadcasting yang digunakan untuk mentransmisikan siaran televisi atau video digital hingga ke pengguna akhir (end-user). Salah satu dari standar DVB adalah Digital Video Broadcasting Terestrial Second Generation (DVB-T2). Pada DVB-T2 juga telah diimplementasikan pengiriman High Definition Television (HDTV) walau masih sangat terbatas. Ketahanan video HDTV terhadap noise tidak terlalu tinggi sehingga akan terjadi penurunan kualitas sinyal yang diterima user jika kondisi kanal memburuk. Hal ini disebabkan karena perubahan kanal yang dilewati, antara lain dapat disebabkan oleh kanal multipath, pergerakaan benda disekitar user, pergerakan user itu sendiri dan noise. Untuk mengatasi masalah di atas dapat digunakan teknik multiple antena tipe Space Time Block Code (STBC) untuk meningkatkan ketahanan sinyal terhadap noise. Penggunaan multiple antena STBC Alamouti pada DVB-T2 dapat meningkatkan ketahanan sinyal terhadap noise di sisi penerima dengan jumlah antena yang sama. Di sisi lain, ada tipe STBC lain yaitu golden code yang juga dapat meningkatkan ketahanan sinyal terhadap noise jumlah antena yang sama. Dalam penelitian tugas akhir ini telah dibandingkan BER terhadap Eb/No yang direpresentasikan dengan grafik dari kedua jenis STBC tersebut Hasil penelitian menunjukkan bahwa STBC golden code memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan STBC Alamouti dengan jumlah antena yang sama. Pada STBC golden code 2x1 untuk mencapai target BER 10-5 membutuhkan Eb/No sebesar 17,67 dB, untuk STBC golden code 2x2 membutuhkan 15,68 dB. Sedangkan Pada STBC Alamouti 2x1 membutuhkan 19,68 dB, untuk STBC Alamouti 2x2 membutuhkan 18,71 dB. Didapatkan hasil penelitian bahwa STBC golden code 2x1 dan STBC Alamouti 2x1 memiliki coding gain sebesar 2,01 dB. Sedangkan untuk STBC golden code 2x2 dan STBC Alamouti 2x2 memiliki coding gain sebesar 3,03 dB. 
Analisis Perencanaan Lte-advanced Dengan Metoda Carrier Aggregation Inter-band Non-contiguous Dan Intra-band Non-contiguous Di Kota Bandar Lampung Dharma Winata Saputra; Uke Kurniawan Usman; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan teknologi Long Term Evolution (LTE) di Indonesia khususnya di Kota Bandar Lampung memiliki keterbatasan pada alokasi frekuensi contiguous yang dimiliki oleh operator seluler. Release 10 3GPP melahirkan LTE-Advanced yang mendukung fitur carrier aggregation yaitu penggunaan dua atau lebih component carrier secara bersamaan baik pada band frekuensi yang sama maupun berbeda. Dengan adanya fitur carrier aggregation ini, operator seluler dapat menggelar teknologi LTE dengan memanfaatkan frekuensi non- contiguous yang dimiliki. Pada penelitian tugas akhir ini perancangan LTE-Advanced menggunakan metode carrier aggregation inter-band non-contiguous dan intra-band non-contiguous dengan memanfaatkan frekuensi GSM pada salah satu operator seluler yaitu Indosat. Perancangan LTE-Advanced ini menggunakan bandwidth 20 MHz dengan membandingkan skenario carrier aggregation inter-band non-contiguous pada frekuensi 900 Mhz dan 1800 Mhz serta intra-band non-contiguous pada frekuensi 1800. Perancangan LTE Advanced ini menggunakan capacity planning dan coverage planning di Kota Bandar Lampung. Parameter yang dianalisis pada penelitian ini antara lain: jumlah site, signal level, CINR level, persentase user connected dan throughput berdasarkan simulasi pada Software Atoll 3.2.1. Untuk perancangan dengan teknik intra-band non-contiguous diperoleh jumlah site sebesar 29, signal level ≥ -80 dBm sebesar 82.15%, CINR level ≥ 5 dB 71.98%, rata-rata persentase user connected 93.33%, dan rata-rata throughput 1364.22 Mbps. Sedangkan pada perancangan dengan teknik inter-band non-contiguous diperoleh jumlah site sebesar 21, signal level ≥ -80 dBm sebesar 86.13%, CINR level ≥ 5 dB 76.358%, rata-rata persentase user connected 87.3%, dan rata-rata throughput 1273.97 Mbps. Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa jaringan dengan teknik carrier aggregation inter-band non-contiguous lebih baik untuk diterapkan di Kota Bandar Lampung. Kata kunci : LTE-advanced, intra-band non-contiguous, inter-band non-contiguous, ATOLL
Analisis Performansi Penerapan Carrier Aggregation Dengan Perbandingan Skenario Secondary Cell Pada Perancangan Jaringan Lte-advanced Di Dki Jakarta Radiah Hamdah; Hafidudin Hafidudin; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pembangunan LTE di Indonesia tidak optimal karena dibangun menggunakan band 900 dimana operator hanya mendapat alokasi rentang frekuensi yang sempit.[10] Dengan memanfaatkan Carrier Aggregation (CA) pada LTE-Advanced diharapkan pengalokasian band 1800 dapat mengoptimalkan pembangunan jaringan LTE pada band 900. Untuk mendapatkan hasil penggelaran yang optimal tersebut, dibutuhkan pemilihan skenario penggelaran CA yang tepat. Pada jurnal ini, dibahas tentang perancangan jaringan LTE dengan mengunakan bandwidth 5 MHz pada band 900 dan jaringan LTE-Advanced dengan melakukan penambahan bandwidth 5 MHz pada band 1800 melalui fitur inter-band carrier aggregation. Perancangan yang dilakukan dengan dua pendekatan yaitu planning by coverage dan planning by capacity. Untuk mendapatkan skenario optimal dalam menerapkan carrier aggregation maka dilakukan perbandingan skenario secondary cell. Perbandingan tersebut didasarkan pada perbandingan antara Carrier Aggregation Deployment Scenario 2 (CADS2) dan Carrier Aggregation Deployment Scenario 3 (CADS3). Parameter yang dianalisis dalam jurnal ini adalah jumlah site, Reference Signal Receive Power (RSRP), Carrier to Interference Noise Ratio (CINR), dan persentase user connected berdasarkan simulasi Monte Carlo. Berdasarkan hasil perancangan dan simulasi, didapatkan hasil performansi CADS3 lebih baik dari tanpa CA dan CADS2. Kata kunci : carrier aggregation, LTE-Advanced Jakarta, deployment scenario
Mitigasi Interferensi Mitigation Pada Jaringan Femtocell Arah Uplink Dengan Algoritma Interference-free Power And Resource Block Allocation (ifprba) Mega Nugraha; Arfianto Fahmi; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 3, No 2 (2016): Agustus, 2016
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan pengguna telepon seluler semakin bertambah. Operator selaku penyedia layanan harus meningkatkan kualitas layanan seiring pertumbuhan tersebut. Namun, terkadang layanan yang disediakan oleh operator masih mengecewakan ketika pengguna memasuki daerah indoor. Banyaknya lubang cakupan dan lemahnya daya terima menjadi masalah pada daerah indoor tersebut. Kini, femtocell dapat mengatasi masalah tersebut. Tetapi, pengguna sering mengubah posisi alat pemancar femtocell (HeNB) menyebabkan interferensi kerap terjadi. Interferensi yang dibahas disini adalah interferensi yang diakibatkan oleh cakupan femtocell yang saling menumpuk. Interferensi tersebut adalah interferensi co- channel dan co-tier. Keduanya menjadi masalah dalam penggunaan femtocell. Teknik mitigasi interferensi telah banyak diajukan. Algoritma interference-free power and resource block allocation (IFPRBA) merupakan salah satunya. Kali ini pengujian terhadap algoritma IFPRBA dilakukan dengan skenario daya dan physical resource block (PRB) yang berbeda. Algoritma ini merupakan algoritma terbaru dan terbaik saat ini untuk mengatasi interferensi yang diakibatkan oleh cakupan femtocell yang saling bertumpuk. Algoritma ini juga memberikan garansi perbaikan throughput. Pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa algoritma IFPRBA konsisten dalam menurunkan daya interferensi dan meningkatkan throughput uplink pengguna. Daya interferensi yang terjadi turun hingga 94.5% dari daya interferensi yang terjadi tanpa algoritma IFPRBA. Throughput uplink pengguna dapat meningkat hingga 2.66 kali lipat dari throughput uplink pengguna tanpa algoritma IFPRBA. Kata kunci: co-channel interference, co-tier interference, femtocell, LTE, mitigasi interferensi, algoritma
Simulasi Dan Analisis Data Trafik Scheduling Dan Performansi Pada Sistem Lte Arah Downlink Menggunakan Algoritma Genetika Josia Ezra; Arfianto Fahmi; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 2, No 1 (2015): April, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas tentang proses alokasi resource pada sistem LTE mode FDD (Frequency Division Duplex) menggunakan Algoritma Genetika dan Round Robin yang dimodifikasi serta Algoritma Random untuk pembanding sebagai teknik pengalokasian resource. Algoritma Genetika adalah metode pemecahan masalah dalam masalah optimasi dengan menggunakan prinsip seleksi alam. Penggunaan Algoritma Genetika pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan throughput dan efisiensi sistem dengan merapatkan lokasi user data sehingga sistem dapat melayani lebih banyak user. Dari hasil simulasi yang dilakukan didapatkan bahwa penggunaan Algoritma Genetika dalam proses alokasi resource mampu meningkatkan throughput serta efisiensi sistem dibandingkan dengan penggunaan Algoritma Round Robin yang dimodifikasi serta Algoritma Random dengan selisih throughput mencapai 1094,4 kbps dan selisih efisiensi mencapai 7,75%. Kata kunci : OFDMA, resource allocation, algoritma genetika
Analisis Optimasi Akses Radio Frekuensi Pada Jaringan Long Term Evolution (lte) Di Daerah Bandung Fauzi Hidayat; Hafiddudin Hafiddudin; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 3, No 2 (2016): Agustus, 2016
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Implementasi LTE di Indonesia memanfaatkan jaringan eksisting yang sudah ada, di mana dalam perkembangannya mengalami kendala terutama dalam menjaga performansi jaringan yang diakibatkan oleh lonjakan data yang semakin meningkat dan kualitas coverage yang tidak maksimal. Operator perlu memikirkan skenario yang efisien dalam mengatasi permasalahan low RSRP Radio Signal Rceive Power), low RSRQ (Radio Signal Reference Quality) dan low Throughput agar memenuhi parameter KPI sesuai yang telah ditentukan.. Penelitian ini menggunakan skenario physical tuning (pengaturan tinggi dan tilting antena), expand bandwidth dan penggunakaan SFR sebagai skenario optimasi jaringan LTE studi kasus di daerah Bandung. Optimasi dilakukan dengan menganalisa permasalahan pada layer akses radio (Radio frekuency layer) dengan meninjau parameter RSRP, RSRQ, connected user dan mean throughput. Performansi jaringan eksisting mengalami peningkatan setelah dilakukan proses optimasi. Nilai mean throughput meningkat dari 7,24 Mbps menjadi 19,18 Mbps, dengan target KPI di atas 12 Mbps. Parameter persebaran nilai rata- rata RSRP menurun dari nilai -93,94 dBm menjadi -96,18 dBm, tetapi jika ditinjau dari persentase nilai yang berada di atas threshold senilai -105 dBm, persebaran nilai RSRP mengalami peningkatan dari 81,58% menjadi 96,67%. Parameter persebaran nilai rata-rata RSRQ meningkat dari nilai -14,6 dBm menjadi –12,93 dBm, dengan persentase nilai yang berada di atas threshold senilai -15 dBm, mengalami peningkatan dari 61,3% menjadi 96,48%. Jumlah user yang dapat terkoneksi dengan batas rejected user 2% meningkat dari 313 menjadi 914 user. Parameter tinjauan yang telah memenuhi target KPI menunjukkan bahwa skenario optimasi yang telah dilakukan berhasil mengatasi permasalahan low RSRP Radio Signal Rceive Power), low RSRQ (Radio Signal Reference Quality) dan low Throughput. Kata kunci: LTE, Optimasi, physica tuning,, expand bandwidth, SFR
Mitigasi Inter-cell Interference Menggunakan Vertical Beamforming Untuk Teknik Fractional Frequency Reuse Pada Jaringan LTE Dody Herdianto Rachmat; Arfianto Fahmi; Linda Meylani
eProceedings of Engineering Vol 3, No 1 (2016): April, 2016
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada jurnal ini terdapat sebuah simulasi menunjukkan bagaimana pengaruh dari metoda vertical beamforming yang diterapkan pada teknik fractional frequency reuse. Dari simulasi ini didapatkan bahwa Vertical Beamforming yang mendapatkan -39,78 dB, lebih unggul daripada Excluding Gain yang hanya -40,76 dB. Selain itu didapatkan juga bahwa penambahan elemen antena array akan menghasilkan performa yang lebih baik. Kata kunci : fractional frequency reuse (FFR), beamforming, LTE, antenna array.