Tumbuhan obat Indonesia, seperti kecibeling {Strobilanthes crispa (L.) Blume}, bakau merah (Rhizophora stylosa Griff.) dan katuk {Sauropus androgynus (L.) Merr.} mengandung senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi (maserasi dan infusa) dan rasio perbandingan ekstrak daun kecibeling dan bakau merah, serta batang katuk, baik secara tunggal maupun kombinasi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak. Serbuk simplisia kering berukuran 40 mesh dari daun kecibeling, daun bakau merah, dan batang katuk diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96 % (metode maserasi) dan dengan pelarut air (metode infusa). Ekstrak tunggal atau kombinasi ekstrak tunggal daun kecibeling, daun bakau merah, dan batang katuk (1:1:1; 1:1:2; 1:2:1; dan 2:1:1) diuji aktivitas antioksidannya berdasarkan metode radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Metode maserasi dengan etanol lebih baik dibandingkan dengan metode infusa dengan air. Antioksidan dari ekstrak etanol daun kecibeling menunjukkan aktivitas paling kuat dengan nilai konsentrasi penghambatan (IC50) sebesar 37,65 ppm dibandingkan dengan ekstrak air. Kombinasi ekstrak etanol tunggal dari daun kecibeling, daun bakau merah, dan batang katuk (2:1:1) bersifat sinergis dengan aktivitas antioksidan paling kuat (IC50= 18,78 ppm), tetapi masih di bawah aktivitas antioksidan vitamin C (IC50 = 4,24 ppm). Ekstrak etanol daun kecibeling secara tunggal atau dikombinasikan dengan ekstrak etanol daun bakau merah dan batang katuk berpotensi dikembangkan sebagai antioksidan.