Dewi Elianora
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perawatan Kebiasaan Buruk Mengisap Ibu Jari (Thumb Sucking) Dengan Alat Orto Trainer Dewi Elianora
Cakradonya Dental Journal Vol 7, No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.796 KB)

Abstract

Kebiasaan buruk (oral habit) mengisap ibu jari dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Oral habit wajar terjadi pada usia kurang dari enam tahun, namun dapat berlanjut pada usia lebih dari enam tahun yang dapat menyebabkan kelainan pada struktur dentofasial. Tingkat keparahannya tergantung dengan frekuensi dan durasinya yang lama. Perawatan perlu dilakukan, mengingat akibat yang dapat ditimbulkannya. Laporan kasus seorang anak umur 9 tahun 6 bulan mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari (thumb sucking) sejak kecil dan kebiasaan tersebut berlanjut sampai sekarang. Anak tersebut tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik. Pemeriksaan intraoral gigi anterior rahang atas terlihat proklinasi. Penanganan awal yang dilakukan pada anak tersebut adalah dengan pemakaian alat orto trainer. Kesimpulan pemakaian alat orto trainer dalam masa tumbuh kembang diharapkan dengan hilangnya bad habit maka deep bite yang disebabkan oleh kebiasaan buruk akan kembali normal seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan rahang.
Indek Sefalik Dan Basis Kranium Anak Retardasi Mental Dan Hubungannya Dengan IQ (Intelligence Quetiont) Dewi Elianora; Iwa Sutardjo; Bambang Udji Rianto
Cakradonya Dental Journal Vol 5, No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah lama diketahui bahwa subjek dengan retardasi mental berhubungan dengan misshapen crania, microcephaly dan dysmorphic features. Telah diketahui juga bahwa ukuran kepala berhubungan dengan intelegensia yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara ukuran indek sefalik dan basis kranium dengan IQ, dengan cara membandingkan antara anak retardasi mental dengan anak normal. Penelitian ini terdiri dari 168 anak umur 7-12 tahun. 84 anak retardasi mental dan 84 anak normal yang diambil secara random dari SLBN dan SDN Yogyakarta. Subyek terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama. Usia tujuh tahun dipilih karena 7 tahun merupakan usia maksimal pertumbuhan otak. Data dibagi menjadi ukuran indek sefalik dan radiographik sefalometri lateral. Indek sefalik didapatkan mengunakan rumus : Maksimal lebar kepala / maksimal panjang kepala x 100. Berdasarkan rumus ini diklasifikasikan menjadi dolichocephalic, mesocephalic, dan brachycephalic. Penilaian IQ dilakukan di Bagian Psikologi UGM, Penilaian sefalometri secara komputerisasi dilakukan di Bagian Radiologi. Semua subyek telah mengisi informed concern. Data dianalisa dan hasilnya dibandingkan antara kedua grup. Hasilnya 63 % anak retardasi mental sedang didapatkan brachycephalic. Umumnya ukuran lebar dan panjang kepala menunjukkan indikasi mikrosefali. Analisa sefalometri menunjukkan bahwa komponen garis dan sudut ((S-N, S-Ar dan NSAr) lebih pendek pada anak retardasi mental daripada anak normal. Hasilnya menunjukkan perbedaan signifikan pada S-N dan Ar, tidak berbeda pada sudut NSAr. Kesimpulan pada penelitian ini adalah indek sefalik dan basis kranium anak retardasi mental didapatkan lebih pendek dari anak normal. Brachycephalic (pendek dan datar) mengambarkan bahwa nak retardasi mental mempunyai IQ rendah. Basis kranial anak retardasi mental kurang berkembang, ini diasumsikan berhubungan dengan gangguan pertumbuhan otak dan ada kaitannya dengan IQ.