Permasalahan utama untuk memenuhi kebutuhan kapal-kapal nelayan di pesisir adalah pendistribusian bahan bakar yang masih kurang. Untuk mengatasi permasalahan pendistribusian bahan bakar di pesisir Indonesia maka diperlukan penambahan jumlah Floating Fuel Station. Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan, didapatkan data ukuran utama, stabilitas, dan olah gerak. Guna melengkapi data perencanaan selanjutnya penelitian ini dilakukan untuk merencanakan konstruksi ruang muat dan kekuatannya terhadap memanjang kapal dengan bantuan program numerik Finite Element Method (FEM) untuk mengetahui tegangan maksimum yang terjadi. Nilai tegangan maksimum yang dihasilkan konstruksi melintang ialah 6,198 N/mm2 pada air tenang, 37,72 N/mm2 pada kondisi sagging, N/mm2 pada kondisi hogging. Konstruksi memanjang 3,51 N/mm2 pada air tenang, 21,40 N/mm2 pada kondisi sagging, 12,71 N/mm2 pada kondisi hogging. Kontruksi campuran menghasilkan tegangan maksimum 5,01 N/mm2 pada kondisi air tenang, 30,51 N/mm2 pada kondisi sagging, 18,12 N/mm2 pada kondisi hogging. Dapat disimpulkan bahwa konstruksi memanjang merupakan konstruksi yang paling baik karena memiliki tegangan maksimal yang paling kecil pada semua kondisi. Jika ditinjau dari segi ekonomis maka sistem konstruksi melintang adalah yang paling baik karena memiliki berat konstruksi yang paling ringan dan masih memenuhi kriteria regulasi