ABSTRAKProvinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah pengembangan kapas terluas di Indonesia, namun produktivitas kapas di Sulawesi Selatan rendah. Salah satu kendala usahatani kapas adalah serangan hama yang dapat menimbulkan kerugian mencapai 20-30% dari potensi produksi, bahkan pada waktu serangan berat dapat menggagalkan panen. Untuk menekan populasi hama dan kehilangan hasil telah direkomendasikan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang meliputi penanaman jagung sebagai perangkap, pemanfaatan serasah dan pemantauan populasi hama. Penerapan PHT kapas yang penekanannya pada komponen teknologi pengendalian non-kimiawi telah diperagakan selama 4 tahun berturut-turut di Kabupaten Jeneponto, Bulukumba dan Bone (Sulawesi Selatan). Penerapan komponen PHT layak untuk dilaksanakan, baik secara teknis maupun secara ekonomis sangat menguntungkan. Hal ini terbukti bahwa para petani kooperator (petani PHT) mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan petani IKR (Non PHT), hal ini ditunjukkan lebih tingginya produktivitas kapas (971-1828 kg/ha) dan lebih rendahnya penggunaan insektisida (0 - 0,49 lt/ha). Sedangkan nilai B/C ratio yang diperoleh petani PHT (1,25 - 1,98) lebih tinggi dibandingkan petani Non PHT (0,08-0,44). Komponen teknologi PHT kapas belum semua diterima dan diadopsi petani. Pada penanaman jagung sebagai tanaman perangkap masih rendah, hanya berkisar 0-65%. Pemanfaatan serasah cukup bisa diterima petani dengan tingkat adopsi berkisar 34-100%. Sedangkan komponen pemantauan populasi hama diadopsi petani, hanya berkisar 35-100%.Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum, teknologi PHT, pendapatan, adopsi teknologi ,Sulawesi Selatan. ABSTRACTApplication of Integrated Pest Management (IPM) to Increase Cotton Production and Farm IncomeSouth Sulawesi Province is the largest cotton areas in Indonesia. One of the constrains that causes low productivity in South Sulawesi is insect infestation that causes yield loss by 20-30% of production potency. Under heavy insect infestation, yield loss can reach 100%. To control insect pest and to reduce yield loss, it is recommended, that the integrated pest management (IPM) technique is implemented, including the planting of maize as trap crops, mulching, and pest monitoring. The implementation of cotton IPM which is based on the non-chemical pest control has been performed for 4 years in Jeneponto, Bulukumba and Bone Regions of South Sulawesi. The IPM technique has been proven to benefit cooperator farmers. This was resulted from higher cotton yield (971 - 1828 kg seed cotton/ha) and lower insecticide usage (0 - 0.49 l/ha). The B/C ratio received by cooperator farmers (1.25 - 1.98) was higher than non cooperator farmers (0.08-0.44). Not all of the introduced IPM components could be adopted by farmers. The adoption rate of maize as trap crops was low, ranging from 0% to 65%. Mulching was moderately adopted by cooperator farmers 34 - 100%, while pest monitoring component could be adopted by cooperator farmers 35 - 100%.Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, IPM techno-logy, income, technology adoption, South Sulawesi.