Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik PWK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Bank Sampah Sempulur Asri di RW 05 Kelurahan Gedawang Taufan Rahmananda; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 10, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi adanya sebuah aktivitas sehingga memiliki dampak berupa peningkatan konsumsi yang akan menimbulkan peningkatan produksi sampah. Sampah merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Pembuangan sampah di kota-kota besar menjadi masalah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Permasalahan ini timbul karena besarnya volume sampah. Tingginya angka kepadatan penduduk tersebut tentu berpengaruh terhadap volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas penduduk  yang dilakukan. Permasalahan di bank sampah Sempulur asri yaitu tingkat partisipasi masyarakat yang kurang optimal dikarenakan berbagai faktor dari masyarakat itu sendiri atau dari hal yang lain. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah di RW 05 Kelurahan gedawang. Sasaran yang ingin di capai dalam penelitian yaitu: pertama mengidentifikasi faktor eksternal dalam pengolahan sampah rumah tanga, kedua mengidentifikasi faktor internal dalam pengolahan sampah rumah tangga dan yang ketiga menentukan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah di Kelurahan Gedawang. Data di kumpulkan melalui observasi dan kuesioner. Output yang dihasilkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah di RW 05 Kelurahan Gedawang yaitu faktor pendidikan, usia, jenis kelamin, ketersediaan waktu luang, pengetahuan, petugas bank sampah, syarat menjadi nasabah dan jarak rumah dengan bank sampah.
PERAN SANIMAS TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN TANDANG, KOTA SEMARANG Kresno Ranu Aji; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.921 KB)

Abstract

Buruknya kondisi sanitasi bukan hanya disebabkan oleh keterbatasannya akses penduduk dan kualitas fasilitas sanitasi, tetapi juga masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan. Dengan diadakannya program sanitasi masyarakat di Kelurahan Tandang, Kota Semarang dirasa sudah tepat. Hal tersebut dapat dilihat dari data kemiskinan di Kelurahan Tandang tahun 2011 yang berjumlah 2.350 KK, dan menjadi salah satu  indikator  dalam menentukan program sanitasi masyarakat. Namun, pemahaman tentang pengelolaan dan pengolahan limbah domestik (rumah tangga) bagi masyarakat Kelurahan Tandang merupakan hal baru yang tentunya akan menimbulkan persepsi sikap menerima atau menolak dari masyarakat. Apabila kondisi tersebut dibiarkan saja, maka akan mempengaruhi tingkat potensi pencemaran limbah domestik terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Tandang, walaupun sudah mendapatkan bantuan dari Program Sanimas. Dari permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa peran dari Program Sanimas di Kelurahan Tandang perlu didukung juga oleh masyarakat, baik itu kesadaran dan pemahaman dari masyarakat tentang sanitasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini  menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan metode tabulasi silang (crosstabs) dan distribusi frekuensi. Melalui identifikasi dan mengkaji sistem sanitasi di Kelurahan Tandang, identifikasi persepsi dan perilaku masyarakat terhadap program Sanimas, identifikasi dan analisis kondisi kualitas lingkungan di Kelurahan Tandang, serta analisis peran sanimas terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Tandang menghasilkan temuan studi bahwa peran sanimas terhadap kesehatan lingkungan berdampak positif bagi lingkungan di Kelurahan Tandang. Hal tersebut karena dari pengelolaan air limbah, fasilitas dari program sanimas membantu mereka dalam mengelola air limbah yang mereka hasilkan. Sehingga masyarakat merasa terbantu dalam pemenuhan prasarana sanitasi mereka, mengingat dari segi ekonomi warga Kelurahan Tandang termasuk masih rendah.
STUDI KINERJA PELAYANAN PDAM TIRTA SIAK BERDASARKAN PENDAPAT PELANGGAN (Studi Kasus: PDAM TIRTA SIAK PEKANBARU Dalilul Islamy; Widjonarko .
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.834 KB)

Abstract

Perkembangan suatu kota, dapat dipastikan peningkatan kebutuhan terhadap pelayanan prasarana perkotaan. Salah satunya air bersih yang penting untuk di kaji mengingat air bersih merupakan kebutuhan pokok yang selalu di konsumsi oleh masyarakat dan juga berpengaruh besar pada kesehatan masyarakat tersebut. Sehingga pelayanan dan tidak tercakupnya pendistribusian air bersih yang di berikan oleh pihak penyedia air bersih yang di sini di layani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat perkotaan mengakibatkan rumah tangga dan kegiatan perkotaan mengusahakan pelayanannya sendiri untuk mencukupi akan kebutuhan air bersih.Pengembangan Jaringan distribusi air bersih menjadi suatu tahap yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan air bersih yang setiap hari semakin meningkat. Dalam pelaksanaan pembangunan jaringan, prinsip dasar yang harus selalu diperhatikan adalah harus adanya kesesuaian antara rencana pengembangan jaringan dengan rencana tata ruang.  Akibat terbatasnya sumber-sumber air baku yang ada. Penelitian ini di ambil karena pada awal tahun 2012 di bulan Januari banyak masyarakat yang mengeluhkan tentang tidak lancarnya pasokan air dari perusahaan yang mengolah air bersih di kota Pekanbaru. Hal tersebut di muat di media cetak lokal Riaupos. Permasalahan tersebut terjadi karena banyak pipa dan mesin pengolahan air yang digunakan oleh PDAM Tirta Siak sudah harus di ganti dengan yang baru dan lebih canggih mengingat usianya yang sudah lebih dari 35 tahun. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tidak lancar dan keruhnya air yang di berikan PDAM Tirta Siak Pekanbaru kepada pelanggan. Karena itu hal ini menjadi menarik untk di dikaji lebih mendalam melalui suatu proses studi, sehingga diharapkan dapat di ambil suatu kesimpulan maupun rekomendasi yang lebih bersifat ilmiah dan dapat di sumbangkan pada pihak-pihak yang berkompeten, dalam hal ini PDAM Tirta Siak Pekanbaru di dalam meningkatkan kapasitas pelayanannya kepada pelanggan secara lebih baik.
Pola Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bandarharjo Lucky Mutiara Pindan Rattekarua; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1038.879 KB) | DOI: 10.14710/tpwk.2017.18033

Abstract

Due to rapid urbanization in Semarang, as indicated by high population growth affect many problems. One of the problems faced is the higher production of solid waste. On the other hand, the government has enough capability to overcome high productivity.  This problem generally occurs in poor residential areas, including in Bandarharjo. This district is the most slum settlements with complex environmental problems (Suwanda, 2000). This district also has a different waste management, the environment there that have got solid waste management and which have not. This condition is interesting to study because there is a difference between the environmental waste management mechanism, whereas people living entities therein are equally dominated by the poor. Therefore, we need research that aims to assess the pattern of waste management. In every neighborhood divided into twelve (12) RW is carried out a comparative study of how the pattern of waste management. The method used is descriptive qualitative. The research results indicate that poor waste management due to the unintegrated aspects that play a role in waste management, among other aspects of operational technical, institutional, financing aspects, regulatory aspects and aspects of community participation.
Pengaruh Konsumsi Energi Listrik Kawasan Permukiman Terhadap Emisi Karbon Dioksida Kota Semarang Tusiana Wismandani; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.393 KB)

Abstract

Population growth in Semarang City increases the need of settlements, which have many activities that need electricity power generated from the  power plant by burning a huge amount of fossil fuel. Carbon dioxide was a by-product of the burning process, and also the most abundant Green House Gas contained in the atmosphere. This research expected to dicover the influence of electricity consumption towards carbon dioxide   emissions   particularly   in   Semarang   City,   by   indetifying   the   electricity consumption of the four settlements sectors: household, industry, commercial, and governmental.  Then,  analyzing  their  correlation  and  effect  towards  carbon  dioxi de emissions partially using multiple regression method, and comprehensively using simple linear regression. The household sector has the highest electricity consumption, followed by industry, commercial, and governmental sector. Yet, it also has numerous consumers which caused it’s consumption per-consumer to be the lowest amongst all of the sectors. Conversely, industrial sector has the highest consumption per-consumer since it has high electricity usage yet a fewest consumers. The multiple regression analysis showed that sectoral electricity consumption didn’t represent a  valid  result because there  was  a multicollinearity between the independent variables. Whilst the simple regression discovered that comprehensive electricity consumption gave a significant effect to the carbon dioxide emissions, where 1% increasement of electricity usage also increase upto 1.421.525,52 ton carbon dioxide emissons.
Persepsi Pengguna Terhadap Kinerja Pelayanan BRT Trans Semarang Ovi Letare Monalisa Sinaga; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 9, No 4 (2020): November 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

BRT Trans Semarang is an alternativ     e solution to reduce private vehicles in Semarang City. In order to improve the services of BRT it is important the customer satisfaction for using BRT. Customer Satisfaction index is an instrument to measure the performance of BRT. The quality of service which is using customer satisfaction index include reliability, convenience, comfort and cleanliness, security and safety. The analysis show the performance of BRT’s Semarang city is good indicated by Customer Satisfaction Index (CSI) and Importance Performance Analysis (IPA). The analysis by Customer Satisfaction Index (CSI) show a result 79%. The level of service is show the services of BRT Trans Semarang has high quality in reliability, convenience, comfort and cleanliness, security and safety. The performance of the BRT of Trans Semarang service is important to always improve. This needs to maintain user satisfaction with the BRT of Trans Semarang BRT. Based on an evaluation of the technical performance and the results of the Importance Performance Analysis (IPA) show the several quality of services should be priorities to improvement are the standing space and seating for passengers, improvement in the driver/driver attitude when driving BRT, the improvement in the attitude of officers when serving passengers and the ease for passengers to get BRT both when peak hour and off peak hour hours and after work and then the convenience for passengers to get the latest information about route changes.
Kesiapan Prasarana Mitigasi Bencana Pada Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Berapi Kabupaten Magelang Ivan Yusuf; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.958 KB)

Abstract

Magelang regency has high volcanic eruption risk level from high to low. The 2010 eruption disaster was the most explosive among the others in the past decade. The high level of hazard with unpreparedness from community and the government in dealing with disasters in 2010 made poor evacuation. Based on these problems the assessment preparedness level of disaster infrastructure is important. Because it can reduce the impact of damage and disadvantages obtained by the community. The research question is "Is disaster mitigation infrastructure in volcano disaster prone region of Mount Merapi Magelang ready for emergency and post-disaster conditions?" The purpose of this study is to assess the preparedness of mitigation infrastructure such as evacuation route, evacuation building, early warning system, sanitation and water in disaster-prone areas of volcanic eruption in Magelang Regency, especially Dukun District. The data are collected from field observation and interview. This research used quantitative method, and the scoring analysis assessment used few parameters based on the readiness of each infrastructure.The analysis shows that the disaster mitigation infrastructure of Magelang Regency, especially Dukun district is not ready for all residents in KRB III area. The result of analysis shows that 57% of disaster infrastructures have feasible condition and function. The result caused the level of disaster infrastructure in Dukun Sub-district to be "Almost Ready". Infrastructures that need to be improved are toilet facilities, water facilities, and evacuation site. Infrastructures that have been categorized as ready are early warning systems, garbage and evacuation routes. Some of the existing infrastructure is ready for use but still need improvement or additional infrastructure to serve all disaster prone area community.
PENYEDIAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DITINJAU DARI PREFERENSI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KABUPATEN KUDUS Zulinar Irfiyanti; Widjonarko .
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263 KB)

Abstract

Rusunawa merupakan salah satu program nasional untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh dan liar. Salah satu pembangunan rusunawa berada di Kabupaten Kudus, tepatnya di Desa Bakalan Krapyak. Rusunawa ditujukan bagi MBR yang belum memiliki hunian tetap, bertempat tinggal di permukiman kumuh dan liar. Rusunawa terdiri dari 4 blok yaitu blok A, B, C dan D. Blok A dan B sudah dihuni 81% yang artinya sudah dimanfaatkan oleh MBR secara optimal. Namun blok C dan D belum dapat dioperasikan karena belum adanya MBR yang mendaftar sebagai penghuni rusunawa. Permasalahan inilah yang mendasari penelitian tugas akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi MBR dan faktor yang mempengaruhi preferensi MBR dalam pemanfaatan rusunawa. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, teknik pembobotan dengan menggunakan skala likert dan analisis crosstab. Hasil dari penelitian adalah menunjukkan bahwa minat MBR di Kabupaten Kudus dalam pemanfaatan rusunawa adalah rendah yaitu 26%. Rendahnya minat MBR terhadap rusunawa dikarenakan rusunawa dinilai tidak nyaman, tidak aman, tidak dapat dijadikan sebagai hak milik, harga sewa yang dinilai mahal, fasilitas yang kurang memadai dan hunian MBR saat ini lebih nyaman bila dibandingkan dengan rusunawa. Faktor sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan kondisi lingkungan hunian dan rusunawa juga berpengaruh terhadap rusunawa. dari keempat aspek tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh terhadap preferensi MBR dalam pemanfaatan rusunawa adalah permanensi bangunan, tingkat kenyamanan hunian, usia MBR dan jenis pekerjaan MBR. MBR sebenarnya berminat untuk tinggal di rumah susun namun bukan dengan sistem sewa melainkan sistem milik. Dengan menggunakan sistem hak milik maka MBR merasa lebih aman dalam hal kepemilikan terhadap rumah susun tersebut.
POLA KONSUMSI AIR BERSIH PADA RUMAH KOST DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG Wahyu Indriastuti; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.787 KB)

Abstract

Perkembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang yang diiringi dengan peningkatan jumlah mahasiswa berdampak pada peningkatan jumlah rumah kost dengan berbagai tipe yaitu sederhana, menengah, dan mewah. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk juga secara langsung berpengaruh pada peningkatan kebutuhan air bersih sebagai infrastruktur vital bagi kehidupan manusia. Namun, permasalahan yang terjadi adalah kesenjangan antara tingkat kebutuhan air bersih yang tinggi dengan terbatasnya pelayanan air bersih dari PDAM. Hal ini kemudian mendorong masyarakat termasuk pengelola rumah kost untuk menyediakan air bersih secara individu. Kebiasaan konsumsi atau pemakaian air bersih pada masyarakat lokal dan cara mereka untuk beradaptasi dengan fasilitas penyedia air berdasarkan pemakaian air yang dilakukan kemudian membentuk suatu pola konsumsi air bersih (Andey dan Kelkar, 2008). Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola konsumsi air bersih pada rumah kost baik kost tipe sederhana, menengah, maupun mewah di Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang berdasarkan tingkat konsumsi, sistem aktivitas, dan sistem penyediaan air bersih. Adapun variabel penelitian yang digunakan adalah tingkat konsumsi air bersih per kapita, jumlah konsumen, volume konsumsi, jenis dan fluktuasi pemakaian air bersih, serta sistem penyediaan air bersih (sumber air, pengolahan dan penampungan air, serta dari aspek pembiayaan) dengan metode kuantitatif melalui analisis crosstab dan deskriptif. Dari hasil penelitian diketahui adanya variasi pola konsumsi air bersih pada masing-masing rumah kost yang ditandai dengan perbedaan tingkat konsumsi air per kapita. Urutan rata-rata tingkat konsumsi air per kapita dari yang tertinggi hingga terendah adalah kost mewah sekitar 123,45 liter/orang/hari, kost sederhana sekitar 120,52 liter/ orang/hari dan kost menengah sekitar 115,86 liter/ orang/hari. Faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi per kapita adalah gender dan hari maksimum konsumsi air serta jumlah penghuni dan volume konsumsi air bersih pada tiap rumah kost. Dari kesimpulan hasil analisis dapat diketahui bahwa pola konsumsi air bersih pada rumah kost memiliki karakteristik yang berbeda dengan domestik ditinjau dari tingkat konsumsi per kapita dan faktor yang mempengaruhi pola konsumsi tersebut. Temuan studi yang diperoleh adalah adanya indikasi peningkatan konsumsi air bersih yang terus meningkat seiring perkembangan kampus di Tembalang. Namun, di satu sisi hal tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan air dari PDAM sehingga berimplikasi pada upaya masyarakat dalam pemanfaatan air tanah. Tingkat pengeboran air tanah yang cukup tinggi jika dikaitkan dengan sistem sanitasi yang bersifat individu, kurang terintegrasi dengan bangunan di sekitarnya, serta masih bercampur dengan saluran drainase dapat memberikan suatu ancaman terhadap bahaya lingkungan seperti meningkatnya volume saluran drainase, pencemaran air sungai dan pencemaran sumber air tanah dangkal. Dalam hal ini rumah kost yang paling berpotensi mendapatkan ancaman pencemaran air tanah dangkal adalah kost sederhana. Untuk itu, perlu adanya pengaturan mengenai sistem air bersih yang baik.
Dampak Lalu Lintas Akibat Pengoperasian BRT Trans Semarang Koridor IV Terminal Cangkiran - Semarang Tawang Bastian Tri Noviadi; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.958 KB)

Abstract

The rapid physical growth of Semarang City also boost the activity of transportation. The increase of transportation activity can be seen from the increase of vehicle per year. This is not offset by the increase in road length which result in the increase of traffic jam potential. According to the Ministry of City Transportation, the avarage road level of service is at C which is below he standard quality. As an attempt to resolve the problem of transportation, the government of Semarang City preparing a mass transportation service in form of BRT. The goal of this study is to analysis possible impact of traffic from the operation of BRT Trans Semarang in Corridor IV Cangkiran - Semarang Tawang. The method of analysis used in this study is quantitative descriptive. Primary data in the form of vehicle volume is done by traffic counting while the secondary data is collected from Ministry of Transportation, previous studies, and internet. Based on the analysis, it is indicated that Trans Semarang have significant influence on the traffic. It is indicated that the road performance on two bus stop which is Jrakah Market and Semarang District court is reduced while there is an increase of performance on the other five bus stop. From the seven bus stop investigated, only three bus stop successful in attempt to reduce the traffic jam by reducing the degree of saturation to below 0.75.The three bus stop in question are Cangkiran Terminal, Gas Station Semarang New Hill, and Tawang Station. When Trans Semarang operate at the start of the year, there is an increase in road performance. However the traffic load keep increasing every year because of the increase in private vehicle and the resident reluctant to switch to BRT. The result of study are recommendation to handle traffic in the form of building a private lane in arterial road, widen the road, build small lane on bus stop to reduce side friction,  and sanction for those who park in beside the road.