Asnawi Asnawi
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TIPOLOGI TINGKAT URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN Vina Indah Apriani; Asnawi Asnawi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 3 (2015): Agustus 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1310.655 KB)

Abstract

Saat ini hampir sepertiga populasi penduduk Kedungsepur tinggal di Kota Semarang dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Semarang sebesar 1,4% pertahun. Semakin besar laju pertumbuhan penduduk, menyebabkan kebutuhan akan perumahan yang semakin besar pula. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan penduduk Kota Semarang akibat migrasi sebesar 2,24% (BPS, 2012). Laju urbanisasi yang tidak terkontrol menyebabkan ledakan penduduk semakin memadati kawasan perkotaan dan menyebabkan terjadinya ekspansi. Berdasarkan laporan RPJM Bappeda 2010, pola struktur keruangan Kota Semarang mengalami perembetan meloncat dan tidak kompak yang terjadi seiring dengan kecenderungan perkembangan perumahan dikawasan pinggiran. Permasalahan ini jika terus dibiarkan akan berkembang menjadi permasalahan yang lebih kompleks dan sulit terkendali di masa yang akan datang. Kota Semarang bagian selatan merupakan sasaran dari pengembangan perkotaan terutama dalam bidang perumahan. Pengembangan yang terus menerus serta tidak terkendali pada wilayah yang merupakan ekspansi perkotaan diduga yang akan menimbulkan fenomena urban sprawl yang berdampak negatif dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tingkat urban sprawl di Kota Semarang bagian selatan kedalam tiga tipologi. Untuk menjawab penelitian ini maka tahapan yang dilakukan adalah mengidentifikasi terlebih dahulu wilayah urban sprawl yang ditentukan oleh rasio rumah tangga dan rasio lahan terbangun. Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik dan klasifikasi karakteristik pada wilayah yang teridentifikasi sprawl dengan menggunakan 5 variabel. Dari hasil analisis karakteristik dan klasifikasi karakteristik dilakukan analisis tingkat urban sprawl untuk mendapatkan tipologi sprawl. Variabel yang digunakan adalah kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, jarak ke pusat kota, Pembangunan dalam jangkauan jaringan jalan, dan pola pembangunan lompatan katak.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sumber data utamanya dari citra tahun 2000 dan 2011.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis spasial, dan analisis scoring. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir 50% kelurahan di Kota Semarang bagian selatan teridentifikasi sprawl. 7 kelurahan tergolong dalam tipologi 3 yang menunjukkan tingkat urban sprawl tinggi dengan nilai 11-13, 6 kelurahan tergolong dalam tipologi 2  yang menunjukkan tingkat urban sprawl  sedang dengan nilai 9-10, dan 6 kelurahan yang masuk dalam tipologi 1 yang menunjukkan tingka urban sprawl rendah dengan nilai 6-8. Untuk meminimalisir berkembangnya fenomena urban sprawl penelitian ini merekomendasikan saran untuk pemerintah kota agar bisa memfasilitasi arah pembangunan kota yang lebih baik dan mengontrol pembangunan perumahan skala kecil secara lebih terarah.
KEBERHASILAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA WISATA KEMBANGARUM, PENTINGSARI DAN NGLANGGERAN Novia Purbasari; Asnawi Asnawi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.803 KB)

Abstract

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa, namun memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Hal ini dikarenakan DIY memiliki faktor yang berkenaan dengan keanekaragaman objek, dan ragam spesifikasi objek dengan karakter yang mantap dan unik. Hal ini memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat lokal. Sehingga munculah desa –desa wisata yang berada di sekitar DIY yang dikelola oleh masyarakat lokal yang bergerak di bidang pariwisata yang sering disebut community based tourism (pariwisata berbasis masyarakat). Melalui pariwisata berbasis masyarakat, pemerintah menanggapinya dengan suatu program yaitu PNPM Mandiri Pariwisata. Namun tidak semua desa wisata mampu membawa desa wisata menuju keberhasilan. Desa Kembangarum, Pentingsari dan Nglanggeran mampu menunjukkan keberhasilan community based tourism. Hal itu dilihat dari banyaknya penghargaan yang mereka terima. Hal ini memunculkan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana keberhasilan community based tourism di Desa Kembangarum, Pentingsari dan Nglanggeran? Dari pertanyaan di atas maka terumuskanlah tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi ukuran keberhasilan dari Desa Wisata Kembangarum, Pentingsari dan Nglanggeran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik purposive dan mengadopsi snowball sampling. Hasil akhir dari penelitian ini Desa Wisata Pentingsari dan Nglanggeran berhasil melalui upaya pemberdayaan masyarat sedangkan Desa Wisata Kembangarum berhasil melalui pelibatan masyarakat secara tidak langsung.