Anshar Patria
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Konsentrasi Minyak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) dan Sari Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) terhadap Sifat Kimia dan Sensori Permen Keras (Hard Candy) Maya Maulida Zamda; Anshar Patria; Ismail Sulaiman
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.796 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12823

Abstract

Abstrak. Hard Candy adalah permen yang memiliki tekstur keras dan penampakan bening serta berkilau (glossy) yang digunakan sebagai penyegar mulut dimana bahan bakunya terdiri dari minyak atsri atau buah. Pada pembuatan ini, kombinasi serai wangi-jeruk nipis dipilih karena serai wangi termasuk salah satu minyak atsiri yang mengandung sumber sitronelol. Sedangkan jeruk nipis mengandung sumber asam sitrat dan vitamin C. Penambahan sari jeruk nipis untuk mengurangi rasa sepat dan kelat pada serai wangi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama serai wangi terdiri dari 3 taraf, yaitu S1 = 0,75 ml, S2 = 1,5 ml, S3 = 2,25 ml. Faktor kedua jeruk nipis terdiri dari 3 taraf, yaitu J1 = 7,5 ml, J2 = 15 ml, J3 = 22,5 ml. Analisis yang dilakukan terhadap hard candy meliputi kadar air, gula reduksi, dextrose equivalent, organoleptik (hedonik). Pada setiap perlakuan berpengaruh sangat nyata dan nyata sehingga perlu dilakukan uji lanjut (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kadar air jeruk nipis yaitu semakin tinggi dengan nilai 16,42 – 24,84, sedangkan kadar air serai wangi semakin tinggi akan semakin rendah dengan nilai 17,19 – 25,36. Pada gula reduksi dan dextrose equivalent saling berkaitan yaitu semakin tinggi konsentrasi serai wangi dan jeruk nipis maka semakin tinggi nilai yang dihasilkan. Pada uji organoleptik aroma dan rasa dengan konsentrasi serai wangi semakin tinggi maka nilai yang yang dihasilkan semakin rendah, sedangkan aroma dan rasa dengan konsentrasi jeruk nipis semakin tinggi makan nilai yang dihasilkan semakin tinggiAbstract. Hard Candy is a candy that have a hard texture clear appearance and glossis that is used as a mouth freshener where the raw material consists of essential oils or fruit. This manufacture is combination of lemon grass lime was chosen because lemongrass fragrant is one of the essential oils that containing citronellol. While lime contains a source of citric acid and vitamin C. Adding lemon juice to reduce the feeling of sour and chelation on citronella scented. This study was conducted using a Completely Randomized Design (CRD) with a factorial pattern consisting of two factors. The first factor of lemongrass fragrant consisted of 3 levels, namely S1 = 0.75 ml, S2 = 1.5 ml, S3 = 2.25 ml. The second factor of lime consists of 3 levels, namely J1 = 7.5 ml, J2 = 15 ml, J3 = 22.5 ml. Analysis of hard candy includes water content, reducing sugars, dextrose equivalent, organoleptic (hedonic). Each treatment has a very real and real effect so further testing (DMRT) is needed. The results showed that the water content of lime was higher with a value of 16.42 - 24.84, while the water content of lemongrass fragrant was higher, the lower the value of 17.19 - 25.36. In reducing sugars and dextrose equivalent are interrelated, the higher the concentration of citronella and lemon, the higher the value produced. In the organoleptic test of aroma and taste with the concentration of citronella scent, the higher the value produced was lower, while the aroma and taste with the concentration of lime increased the higher the value produced.
Peningkatan Mutu Minyak Nilam (Pogostemon cablin) dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam Aceh Jaya dan Aceh Selatan dengan Metode Kompleksometri Rahmat Akbar Manalu; Anshar Patria; Syarifah Rohaya
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.496 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12768

Abstract

Abstrak : Pemurnian merupaakan proses penghilangan bahan-bahan yang tidak diinginkan dari minyak nilam hasil penyulingan. Metode pemurnian terbagi atas dua cara yaitu pemurnian secara kimia dan pemurnian secara fisik. Pengkelatan atau kompleksometri adaalah pengikatan logaam dengan cara menambbahkan senyawa pengkelat dan memmbentuk komplek logam senyawa pengkeelat. Proses pengkelat metode sama dengan adsorben, akan tetapi senyawa adsorben diganti dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain EDTA, asam sitratt, asam mallat, dan asam tartarrat. Peneliitian ini menggunakaan rancangan acaak kelomppok (RAK) faktorial yang terrdiri dari 2 fakktor. Faktor pertama yaitu asal daerah minyak nilam yang terdiri dari 2 taraf (D1=Aceh Selatan dan D2=Aceh Jaya). Faktor kedua yaitu konsentrasi senyawa EDTA yang terdiri dari 3 taraf (H1=1,5%, H2=2% dan H3=2,5%). Faktor asal daerah minyak nilam (D) berpengaruh ssangat nyataa terhadap nilai bobot jenis dan indeks bias juga berpengaruh nyata terhadap bilangan asam. Senyawa EDTA dapat menurunkan kadar Fe pada minyak nilam sebesar 34,8-38,0 %.Abstract : Purification is the process of removing undesirable materials from distilled patchouli oil. The purification method is divided into two ways, that is chemical purification and physical purification. Corrosion or complexometric is binding of metal by adding chelating compounds and making a metal complex of chelating compound. Chelating process is same as the adsorbent, but the adsorbent compound is replaced with chelating composition. Chelating compounds that are well known in the process of refining essential oils include EDTA, citric acid, malic acid, and tartaric acid. This sstudy used a Randoized Block Design (RDB) factorial consisting two factors. The first factor is the origin of patchouli oil which consists of 2 levels (D1 = South Aceh and D2 = Aceh Jaya). The second factor is the composition of EDTA which consists of 3 levels (H1 = 1.5%, H2 = 2% and H3 = 2.5%). Factors from patchouli oil (D) region have a very significant effect on the value of density and the refractive index also has a significant effect on acid numbers. EDTA compounds can reduce Fe content in patchouli oil by 34.8-38.0%.