Alimul Muniroh
IAI Tarbiyatut Tholabah Lamongan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Leading Empathic Engagement Through Teamwork Interaction in Classroom Alimul Muniroh
Jurnal Pendidikan Humaniora Vol 5, No 1: March 2017
Publisher : Pascasarjana UM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.905 KB) | DOI: 10.17977/um030v5i12017p008

Abstract

Abstract: Emphatic engagement in the classroom is feeling of students who perceive connected with their friends in learning activities in the classroom. Emphatic engagement is very important to emerge respect to the others, to be awarded of the diversity in life and to realize and concern to human beings. Empathic engagement can be taught from an early age in primary school students. With the right methods, students in elementary school can have a sense of empathy for the involvement of their friends that it will be very useful to give the best practice to adulthood process. The study aimed to explain how an empathic engagement was taught in primary school students. Emphatic engagement is through teamwork interaction in the classroom. Subjects of the research were students aged 9 years in primary school in Lamongan. The results showed that the teamwork interaction in classroom used by teachers in learning could deliver an empathic engagement. Students with an empathic engagement have awareness to always care for their fellow students and seek to participate in every learning activity in the classroom.Key words: empathic engagement, interaction, teamwork Abstrak: Keterlibatan empatik di kelas adalah perasaan siswa yang merasa terhubung dengan teman mereka dalam kegiatan belajar di kelas. Keterlibatan empatik sangat penting untuk memunculkan sikap menghargai terhadap orang lain, untuk dianugerahi keragaman dalam kehidupan dan untuk menyadari serta memperhatikan manusia. Keterlibatan secara empatik dapat diajarkan sejak usia dini pada siswa sekolah dasar. Dengan metode yang tepat, siswa di sekolah dasar dapat memiliki rasa empati atas keterlibatan teman-teman mereka sehingga akan sangat berguna untuk memberikan praktik terbaik untuk proses pendewasaan diri mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana keterlibatan empatik diajarkan pada siswa sekolah dasar. Keterlibatan empatik adalah melalui interaksi kerja tim di kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa berusia 9 tahun di sekolah dasar di Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi timbal balik di kelas yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memberikan keterlibatan empatik. Siswa dengan keterlibatan empatik memiliki kesadaran untuk selalu peduli terhadap sesama siswa dan berusaha untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas belajar di kelas.Kata kunci: keterlibatan empatik, interaksi, kerja tim
Kawruh Jiwa: Analisis Diskursus Memahami Diri dan Orang Lain dalam Bingkai Keragaman Alimul Muniroh
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 3 No 1 (2019): AnCoMS 2019
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.088 KB) | DOI: 10.36835/ancoms.v3i1.219

Abstract

Keragaman yang menjadi fitrah suatu bangsa kini sedang diuji dengan munculnya ideologi keseragaman. Sudah menjadi nilai dasar, bahwa kehidupan manusia terdiri dari berbagai bangsa dan suku, karena dimanapun tempatnya di muka bumi ini manusia senantiasa hidup bersosial dengan manusia lain. Namun demikian, tarikan upaya untuk menyeragamkan bangsa dan suku tersebut tidak dapat dipungkiri. Ada perasaan tidak menerima keragaman itu karena dianggap sebagai sesuatu yang bisa memecah persatuan nasional. Padahal sesungguhnya dengan memahami dan menghargai keragaman itulah justru menjadi sumber pemersatu bangsa itu sendiri. Menghargai keragaman pada hakekatnya adalah menghargai dan memahami diri sendiri. Pentingnya memahami diri dan orang lain perlu dilakukan. Tulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana memahami diri dan orang lain dalam kehidupan yang beragam berbasis perspektif kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram. Dengan melakukan analisis diskriptif, Eksplorasi dari tulisan ini menunjukkan bahwa pemikiran tentang diri sendiri Ki Ageng Suryomentaram, yang berkaitan dengan relasi sosial, memiliki tiga konsep nandhing salira, tepa salira, dan mulat salira. Konsep nandhing salira kiurang dapat menghargai keragaman sementara. tepa salira, dan mulat salira sangat baik dikembangkan karena dapat mendorong untuk menghargai adanya keragaman dalam kehidupan masyarakat
Pemberdayaan Komunitas Remaja Dropout Sekolah Melalui Gerakan Sadar Literasi Islam Moderat Dalam Menangkal Paham Radikal Di Desa Tenggulun Solokuro Lamongan Alimul Muniroh; Arif Mansyuri
Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2018): November 2018
Publisher : Asosiasi Dosen Pengembang Masyarajat (ADPEMAS) Forum Komunikasi Dosen Peneliti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/engagement.v2i2.43

Abstract

This assistance was carried out in the village of Tenggulun Solokuro Lamongan which was the origin of the Bali bombing bombers I. Although the movement was not visible, the remnants of the jihadist ideology certainly could not just disappear from Tenggulun village. This assistance aims to strengthen literacy regarding moderate Islam in dropout youth from Tenggulun village so that they are fully aware of the importance of peaceful religious knowledge and also an affirmation of the teachings of moderation of Islam as a religion which is rahmatan lil ‘alamin. From the mentoring process, the results show that moderate Islamic thinking is very useful for teens who want to learn peaceful Islam, while according to adolescents dropping out to study moderate Islam is tantamount to studying Islam that is rahmatan lil ‘alamin.