Commercial insecticide generally used by the people to reduce Aedes spp. mosquito infestation. The practice of using one type of insecticide for long period may induce the risk of mosquito tolerance. The purpose of this study is to analyse the habits of people using commercial insecticides for controlling Aedes spp. infestation in Riau Province. The source of data in this study was obtained from the research of "Aedes aegypti susceptibility status to insecticides mapping in Indonesia 2015". This is a cross sectional study which conducted in three dengue endemic areas in Riau Province. Data collection was conducted by observation dan interview used structured questionnairre. The results showed that commercial insecticide used by Bengkalis community was associated with Aedes spp. infestation, whereas in Pekanbaru and Dumai the infestation of Aedes spp. is not associated with it. Majority of respondents in Pekanbaru, Dumai, and Bengkalis prefer to use insecticide from pyrethroid synthetic type with anti-mosquito’s coils formulation. It applied in the bedroom at night, with frequency of insecticide use is less than seven times per week in Pekanbaru and Dumai and more than seven times per week in Bengkalis. Based on entomological index, the area of study still had a risk of dengue transmission. ABSTRAKUpaya yang cenderung dilakukan masyarakat Riau dalam menanggulangi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah menggunakan insektisida komersial untuk mengendalikan infestasi Aedes spp. Kebiasaan menggunakan insektisida dalam satu golongan yang diaplikasikan terus menerus dalam waktu lama dapat meningkatkan toleransi nyamuk vektor. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kebiasaan masyarakat menggunakan insektisida komersial dalam mengendalikan infestasi Aedes spp. di Provinsi Riau. Sumber data diperoleh dari hasil penelitian “Pemetaan status kerentanan Aedes spp. terhadap insektisida di Indonesia tahun 2015”. Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang pada tiga daerah endemik DBD di Provinsi Riau. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian insektisida komersial oleh masyarakat Bengkalis berhubungan dengan infestasi Aedes spp., sedangkan di Pekanbaru dan Dumai tidak berhubungan. Kebiasaan mayoritas responden di Pekanbaru, Dumai, dan Bengkalis lebih memilih insektisida dari golongan sintetik piretroid dengan formulasi anti nyamuk bakar, diaplikasikan pada ruang tidur pada malam hari dan frekuensi kurang dari tujuh kali (Pekanbaru dan Dumai); lebih dari tujuh kali (Bengkalis) dalam satu minggu. Indeks entomologi menunjukkan masih berpotensi terjadi penularan DBD.