Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Deteksi Brugia malayi pada Armigeres subalbatus dan Culex quinquefasciatusyang diinfeksikan darah penderita filariasis dengan metode PCR Yahya Yahya; Santoso Santoso; Milana Salim; Maya Arisanti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 6 No 2 (2014): Jurnal Aspirator Volume 6 Nomor 2 2014
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.144 KB)

Abstract

Abstrak. Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi merupakan wilayah endemis filariasis di Provinsi Jambi Karena angka Mf rate mencapai 1,5% pada tahun 2011. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerentanan nyamuk Ar. subalbatus dan Cx. quinquefasciatus terhadap infeksi B. malayi subperiodik nokturna yang dilakukan pada tahun 2013, sehingga dapat dianalisis potensi nyamuk tersebut sebagai vektor filariasis di lokasi penelitian. Desain penelitian adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap dan enam kali pengulangan. Variabel perlakuan dalam penelitian ini adalah waktu (jam) yang dipilih untuk menggigitkan nyamuk pada penderita filariasis (infeksi percobaan). Waktu yang dipilih adalah pukul 09.00 WIB, pukul 17.00 WIB, pukul 21.00 WIB dan pukul 01.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ditemukan larva L3 filaria yang ada pada Ar. subalbatus dan Cx.quinquefasciatus pada saat pembedahan nyamuk di hari ke-11, ke-12 dan ke-13 setelah infeksi. Kepadatan mikrofilaria pada darah manusia sebagai sumber infeksi adalah 17 mikrofilaria per 20 μl darah. Hasil uji PCR, terdeteksi B. malayi pada bagian toraks dan probosis pada nyamuk Cx. quinquefasciatus. Nyamuk Cx. quinquefasciatus lebih berpotensi untuk menjadi vektor filariasis dari B. malayi dibandingkan Ar. subalbatus.
Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Kasus Filariasis di Masyarakat (Analisis Lanjut Hasil Riskesdas 2007) Santoso Santoso
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 3 No 1 (2011): Jurnal Aspirator Volume 3 Nomor 1 2011
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.549 KB)

Abstract

Abstracts. Filariasis (elephantiasis disease) in Indonesia is still a health problems, there arestill areas with the patient chronic and acute. A total of 1553 villages in 647 health centersscattered in 231 districts in 26 provinces as the location of the endemic, with a number ofchronic cases of 6233 people. Elimination program disease elephantiasis has beenundertaken by the government, but until today there are still many areas with the number ofmicrofilariae (Mf rate) is still high (> 1%). One of the government's efforts in this regardLitbangkes RI in collecting basic data, including data filariasis is with the activities of theBasic Health Research (Riskesdas) conducted simultaneously across Indonesia. Based onthe results of data collection Riskesdas then further analysis is to look at the environmentalconditions and demographic status associated with the incidence of filariasis. Based on theresults of analysis show that there were a statistically significant relationship between thetype of waste water reservoirs; types of sewage systems and types of livestock kept, theclassification of villages with the incidence of filariasis.
RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT Santoso Santoso
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 5 No 2 (2011): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit Kaki Gajah (filariasis) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (microfilaria) yang dapat menular dengan perantaraan nyamuk sebagai vektor. Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah penderita kronis yang dilaporkan sebanyak 6233 orang yang tersebar di 1553 desa, di 231 kabupaten dan di 26 Propinsi. Berdasarkan hasil survey tahun 2002-2005 jumlah penderita terbanyak ditemukan di Sumatera dan Kalimantan dengan 84 kabupaten/kota memiliki microfilaria rate 1% atau lebih, hal ini menggambarkan bahwa seluruh daerah di Sumatera dan Kalimantan merupakan daerah endemis filariasis. Akses terhadap pelayanan kesehatan yang rendah merupakan salah satu factor risiko peningkatan kasus filariasis sehingga perlu dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan akses pelayanan kesehatan dengan kejadian filariasis. Analisis dilakukan terhadap data Riskesdas tahun 2007. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara akses pelayaan kesehatan terhadap kejadian filariasis yang meliputi: jarak dan waktu tempuh ke RS, PKM, Pustu, Dokter dan Bidan praktek, Posyandu dan Poskesdes; ketersediaan sarana transportasi ke sarana kesehatan.
PERBEDAAN GEJALA KLINIS DAN EFEK SAMPING PENGOBATAN PADA MALARIA FALCIPARUM DAN VIVAX Santoso Santoso; Supargiyono Supargiyono; Mahardika Agus Wijayanti
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 6 No 2 (2012): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Daerah endemis malaria terus meningkat yang diiringi dengan peningkatan kasus resistensi terhadap obat anti malaria. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu daerah endemis malaria di wilayah Provinsi Sumatera selatan dengan Annual Malaria Insidence (AMI) tahun 2008 sebesar21,79 per mil. Jenis malaria yang sering berkembang menjadi malaria berat adalah malaria falsiparum dengan gejala umum yang sering dijumpai diantaranya demam, menggigil dan berkeringat. Gejala klinis ini sering tidak dijumpai pada penderita malaria vivak sehingga penderita malaria vivaks seringkali tidak ditemukan. Sesuai dengan kebijakan Depkes maka sejak tahun2004 pengobatan malaria falsiparum menggunakan obat baru kombinasi artemisinin. Sedangkan untuk pengobatan malaria vivaks baru dimulai tahun 2008. Kegiatan pengobatan malaria dengan menggunakan obat kombinasi artemisinin sering menimbulkan efek samping sehingga menimbulkan pengobatan malaria seringkali tidak sesuai dosis. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan gejala klinis dan efek samping pemberian obat anti malaria pada penderita malaria falciparum dan malaria vivax. Jumlah penderita malaria yang ditemukan sebanyak 35 orang, yaitu 23 penderita malaria falciparum dan 12 orang penderita malaria vivax. Gejala klinis yang ditemukan pada penderita malaria berupa menggigil, sakit kepala, pusing, anoreksia dan nyeri otot. Gejala klinis awal sebelum terapi lebih banyak ditemukan pada penderita malaria falciparum (91%) dibandingkan pada penderita malaria vivax (50%). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara penderita malaria falciparum dengan penderita malaria vivax terhadap munculnya gejala klinis awal. Efek samping artesdiakuin yang ditemukan berupa gatal, pusing, mual, muntah dan nyeri lambung.
PERAN KEPALA DESA DAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP ELIMINASI FILARIASIS LIMFATIK DI KECAMATAN MADANG SUKU III KABUPATEN OKU TIMUR Nungki Hapsari; Santoso Santoso
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 6 No 3 (2012): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program eliminasi filariasis merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah terkait, petugas kesehatan dan masyarakat. Komunikasi lintas program dan lintas sektor menjadi salah satu kunci untuk keberhasilan program eliminasi filariasis. Prioritas program eliminasi ini tidak lepas dengan pengetahuan dan perilaku yang melibatkan masyarakat yang didorong dengan peran petugas kesehatan atau pun petugas lain yang memberikan informasi secara langsung kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran tokoh masyarakat dalam hal ini kepala desa, petugas kesehatan di Puskesmas serta pemegang program filariasis di Dinas Kesehatan terhadap program eliminasi filariasis limfatik di Kecamatan Madang Suku III Kabupaten OKU Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan jumlah informan sebanyak 7 orang. Informan penelitian ini adalah kepala desa, kepala Puskesmas dan Pemegang Program Filariasis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analsis konten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan kepala desa belum mengetahui tentang penyebab dan gejala akut filariasis. Pembinaan dan perhatian dari sektor kesehatan dalam hal ini dari Dinas Kesehatan kepada petugas kesehatan di Puskesmas dan pada masyarakat masih perlu ditingkatkan. Pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas Batumarta VIII kepada Dinas Kesehatan masih belum ada tindak lanjut yang nyata. baru sebatas pada pendistribusian obat serta buku-buku panduan yang diberikan oleh pihak Kementerian Kesehatan pada saat telahditemukannya penderita filariasis di Karya Makmur berdasarkan penelitian Santoso. Tidak adanya anggaran khusus untuk program eliminasi filariasis serta adanya anggapan tentang tidak urgentnya filariasis limfatik menyebabkan tidak berjalannya program eliminasi filariasis. Untuk itu perlu dilakukan komunikasi lintas program dari sektor kesehatan dan sektor lain untuk peningkatan program eliminasi fialariasis.
KERAGAMAN ANOPHELES DI DESA SUNGAI TUHU DAN DESA PURWODADI OKU TIMUR TAHUN 2012 Santoso Santoso; Yulian Taviv
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 7 No 2 (2013): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Malaria in East OKU Regency remains a health concern. The number of cases as 980 clinical and 826 malaria positive. The highest number found in the Purwodadi health center with a number of 510 clinical cases (AMI =13.19 ‰ and API=8.37 ‰). One factor that may increase the risk of malaria infection is the presence of mosquitoes that are vectors of malaria, so we need a survey to know the vector species and its bionomic. Activity survey conducted in two villages in the district of East OKU, the Village and Village Purwodadi Tuhu River. Activities include the arrest of a 12-hour adult mosquito larvae and arrests around the houses. Results catching mosquitoes in the village of River Tuhu gained 15 Anopheles mosquitoes which consists of 7 species, namely: An.barbirostris, An.barbumbrosus, An. umbrosus, An.vagus, An.letifer, An.nigerimus and An.teselatus. Results catching mosquitoes in Purwodadi get 102 Anopheles mosquitoes which consists of 3 species, namely: An.barbirostris, An.barbumbrosus and An.vagus. Types of mosquito breeding sites are found in the form: the former pond, unused irrigation channels and rice fields.
PENENTUAN VEKTOR FILARIASIS DAN SPESIES MIKROFILARIA DI PUSKESMAS BATUMARTA VIII KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2012 R. Irpan Pahlepi; Santoso Santoso
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 7 No 3 (2013): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dan dapat menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Puskesmas Batumarta VIII merupakan salah satu daerah endemis Filariasis yang berada di wilayah Kabupaten OKU Timur (Mf rate 1,05 %). Penelitian ini bertujuan untuk konfirmasi vektor filariasis dan spesies mikrofilaria di wilayah Puskesmas Batumarta VIII Kabupaten OKU Timur. Penelitian dilakukan selama 8 bulan(April-November 2012). Kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah jari di lakukan pada malam hari terhadap 502 orang. Jumlah Penduduk yang positif mikrofilaria sebanyak 4 orang (Mf rate 0.8%) dengan spesies Brugia malayi dan kepadatan rata-rata 200/mL. Hasil 3 kali penangkapan nyamuk mendapatkan 2.792 ekor nyamuk yang terdiri atas 5 genus dan 21 spesies. Hasil Pembedahan terhadap 34 ekor nyamuk tidak ditemukan adanya Larva L3 dalam tubuh nyamuk. Tersangka vektor filariasis yang ditemukan adalah Mansonia annulifera, Ma. Uniformis dan Anopheles nigerrimus. Perlu adanya kegiatan pengobatan massal filariasis karena ditemukan adanya kasus baru dan belum dilakukannya pengobatan massal di daerah penelitian.
Studi Kualitatif Peran Lintas Sektor, Petugas dan Kader Pada Kegiatan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Santoso Santoso; Aprioza Yenni; Katarina Sri Rahayu
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 9 No 2 (2015): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract