Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TAFSIR SURAH YUSUF DALAM ALQURAN DENGAN PENDEKATAN SASTRA MUSTANSIR MIR SITI ROBIKAH
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 1 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.096 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i1.4208

Abstract

Pendekatan sastra dalam tafsir Alquran  sangat jarang sekali digunakan oleh para mufasir. Salah satu mufasir yang menggunakan sastra sebagai pisau analisis alquran yaitu Mustansir Mir. Dengan menggunakan metode pustaka dan konten analisis, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pemikiran Mir dalam menafsirkan Alquran dengan pendekatan sastranya. Tulisan ini fokus pada artikel Mir yang berjudul Irony in the Quran; a study of the story of Yusuf. Dalam artikel tersebut Mir membuka wacana baru bagi kaum Muslim untuk memahami Alquran tidak stagnan pada pemahaman teologis saja akan tetapi Mir mengajak kaum Muslim untuk dapat menikmati keindahan sastra yang terkandung dalam Alquran. Dalam Surah Yusuf menurut Mir terdapat banyak ironi atau harapan bertolak belakang dengan hasil. Dalam artikelnya, Ia menjelaskan bahwa terdapat dua macam ironi, pertama, ironi kejadian dan kedua, ironi perkataan. Dengan adanya artikel Mir ini, dapat diambil pengajaran bahwa kehendak Allah adalah yang paling tepat. Apa yang manusia inginkan belum tentu terjadi tanpa adanya kehendak Allah.
REINTERPRETASI KATA JILBAB DAN KHIMAR DALAM AL-QURAN; PENDEKATAN MA’NA CUM MAGHZA SAHIRON SYAMSUDDIN Siti Robikah
IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/ijougs.v1i1.2066

Abstract

Aurat perempuan banyak diperdebatkan oleh beberapa kalangan baik tentang batasan aurat itu sendiri ataupun batas penutupnya. Al-Quran menjelaskan penutup aurat bagi perempuan dalam ayat dan surah yang berbeda. Dalam QS. an-Nur [24]: 31, al-Quran  menjelaskan mengenai perintah menutupkan kain kerudung ke dadanya. Dalam ayat ini menggunakan kata “khimar” sebagai sebuah kain yang menutup aurat perempuan. Namun berbeda dengan QS. al-Ahzab [33]: 59 yang memerintah perempuan untuk menutup aurat dengan kata “jilbab”. Dalam ayat ini Allah memerintahkan perempuan untuk menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh perempuan. Maka dari itu, sebenarnya ada perbedaan antara penggunaan kata “jilbab” dan “khimar”. Dengan menggunakan pendekatan ma‟na cum maghza Sahiron Syamsuddin, artikel ini akan membahas mengenai kata “khimar” dan “jilbab” dimana keduanya digunakan dalam  ayat yang menjelaskan tentang aurat perempuan. Pendekatan Ma‟na-cum-maghza merupakan pendekatan dalam penafsiran yang menjadikan makna asal literal (makna historis, tersurat) sebagai pijakan awal untuk memahami pesan utama teks (makna yang tersirat). Pendekatan ma‟na-cum-maghza terdiri dari makna (ma‟na) suatu teks al-Quran yang dipahami oleh pendengar pertama dan dikembangkan menjadi signifikansi (maghza) untuk situasi kontemporer. Maka dari itu, kata  “khimar” dan  “jilbab” akan ditemukan perbedaan dan makna yang tersirat dari keduanya. Karena diketahui bahwa kedua kata tersebut sekarang ini dimaknai sama, yang akhirnya menyebabkan adanya legitimasi teologis kewajiban pemakaian jilbab sebagai penutup aurat perempuan secara keseluruhan.
Model Pembacaan Kontekstual Nasr Hamid Abu Zayd Terhadap Teks Suci Keagamaan (Al-Qur’an) Farid Hasan; Siti Robikah
Jurnal Ilmiah Citra Ilmu : Kajian Kebudayaan dan Keislaman Vol 16 No 31 (2020): Jurnal Ilmiah Citra Ilmu: Kajian Kebudayaan dan Keislaman
Publisher : Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

According to Amin al-Khuli, one of the figures who gives an effect to the thought of Nasr Hamid Abu Zaid on his study about al-Qur’an, at the first time, a thought of the Islamic modernity is considered as an infidelity by some people. As time goes by, they pursue it and the thought of it becomes Madzhab for them. Perhaps, that is a right term for Nasr Hamid, the Egyptian intellectual whose thought is regarded an infidelity in the beginning, but it becomes a popular object for the field of study and the research in the world academics, as happened in Indonesia. It is caused by the Nasr Hamid Abu Zaid’s concepts about Islamic modernity which can be considered as a new term in study discourse of al-Qur’an. Linguistics-Semantics and literature are the approaches offered by him in the study of al-Qur’an, because these approaches are capable to find the objective meaning of al-Qur’an, so the approaches, thought and interpretation of religious texts can be more dynamic, contextual, inclusive and relevant to the contemporary discourse of society. Based on the explanation, this study analyzes the views of Nasr Hamid about al-Qur’an and the ways of interpretation which is developed by him. It is hoped that we can see more objectively about who he is, so we don’t fall into a blind claims and maintaining a stagnation.