Antonius Denny Firmanto
Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana malang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi

KAUM AWAM SEBAGAI “GARAM DAN TERANG DUNIA” DI ZAMAN TEKNOLOGI DIGITAL Ireneus Sibori; Antonius Denny Firmanto; Nanik Wijiyati Aluwesia
Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi Vol 13 No 1 (2022): LUMEN VERITATIS : Jurnal Filsafat dan Teologi | April 2022
Publisher : Program Studi Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/lumenveritatis.v13i1.2000

Abstract

The Industrial Revolution 4.0 changed the work system, mindset and face of the world. In an era that is no longer the same, digital technology is growing rapidly. This change presents a new challenge for the Catholic Church in its existence in the midst of the world. The Church recognizes this change and seeks to use technological advances as a means of proclaiming God's love. In this case, the Church tries to invite Catholic laity to rise up and answer the call of Christ. The laity are the ones who are called. Since receiving baptism they have all been called to be salt and light to their fellowmen. Yet the laity often mistake that they have the lower dignity of the priests and are not worthy to be preachers of Christ. The Catholic Church tries to make people realize that they have the same dignity as children of God. They are also called people. They are a mirror image of the face of Christ in the midst of the world. Their presence in direct contact with the world is the hope that the love of Christ will be felt by all nations. In this era of industrial revolution 4.0, common people are expected to become salt and light for others. The methodology I use in this paper is data collection by means of questionnaires and literature study of various books and articles related to the title of this research. The findings in this paper are that Catholic laypeople are still less aware of their role as salt and light especially in the era of the 4.0 industrial revolution. Therefore the Catholic Church must do more to raise up the laity in answering the call of Jesus Christ as the salt and light of the world.
TANGGAPAN KONGGREGASI MSF TERHADAP IMPLEMENTASI GAGASAN EKLESIOLOGI KONSISLI VATIKAN II DALAM PERUTUSAN KONGGREGASI TANAH BORNEO (KALIMANTAN) Antonius Tedy; Antonius Denny Firmanto; Nanik Wijiyati Aluwesia
Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi Vol 13 No 1 (2022): LUMEN VERITATIS : Jurnal Filsafat dan Teologi | April 2022
Publisher : Program Studi Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/lumenveritatis.v13i1.2003

Abstract

Perkembangan umat katolik di Pulau Kalimantan tidak dapat dilepaskan dari sejarah misi awal konggregasi MSF yang bisa dikatakan nekad dan berani memulai karya misi dari daerah yang jaman itu serba kekurangan dan sulit. Namun tanpa memiliki kebaranian untuk memulai tentu saja tidak akan ada hasil yang bisa diperoleh kemudian. Paper ini adalah sebuah tinjauan mengenai pengalaman Gereja dalam semangat Konsili Vatikan II yang terbuka terhadap dunia, yang penulis kembangkan dengan menelisik perjalanan awal misi konggregasi MSF di bumi indonesia, khususnya pulau Kalimantan. Situasi apa yang terjadi pada Gereja masa itu dan tanggapa konggregasi MSF terhadap himbauan dan semagat pasca Konsili Vatikan II terhadap pewartaan tentang karya keselamatan Allah. Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah metode kualitatif studi kepustakaan, dengan membaca secara kritis buku-buka dan artikel terkait yang menjadi karya-karya studi terdahulu mengenai penelitian serupa. sehingga tulisan ini lebih ilmiah dan bisa menjadi bahan diskusi bersama mengenai dinamika misi MSF dari awal sampai pada perkembagannya saat ini. Dan, setelah menuliskan dengan panjang lebar, dengan segala bentuk kesulitannya, akhirnya saya menemukan bahwa misi MSF di Indonesi merupakan semangat yang diinsipari oleh tujuan pendirian Konggregasi MSF oleh Pater J. Berthier, MS. Semangat itu dituangkan dalam Konstitusi Konggregasi MSF bahwa tugas misioner para anggota MSF ialah menyebarkan amanat Kristus, yang diutus, untuk menyebarkan, membebaskan orang miskin, yang berdosa dan mereka yang tertidas.
ROH KUDUS MENJIWAI GEREJA MISIONER (Perspektif Roh Kudus Sebagai Spiritualitas SVD) Rafael Makul; Antonius Denny Firmanto; Nanik Wijiyati Aluwesia
Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi Vol 13 No 1 (2022): LUMEN VERITATIS : Jurnal Filsafat dan Teologi | April 2022
Publisher : Program Studi Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/lumenveritatis.v13i1.2004

Abstract

Gereja pada saat ini terus berkembang dan menyebarkan sayapnya ke seluruh dunia, bangsa, bahasa dan budaya. Tempat-tempat yang belum pernah mendengar Injil telah menghapusnya dalam kehidupan mereka. Fokus tulisan ini adalah Roh Kudus Menjiwai Gereja Misioner. Sebab penulis menyadari bahwa pada hakikatnya gereja adalah bersifat misioner. Hal ini juga diserukan dalam konsili Vatikan II. Semangat misioner yang dimiliki Gereja ini adalah berasal dari Roh Kudus sendiri. Roh Kuduslah yang menjiwai Gereja, sehingga gereja dengan semangat bermisi dan mewartakan Injil ke seluruh dunia. Secara khusus, penulis hendak menjelaskan tentang roh Kudus sebagai spiritualitas SVD. SVD adalah singkat dari Societas Verbi Divini atau dalam bahasa inggris Society of the Divine Word dan dalam bahasa Indonesia adalah Serikat Sabda Allah adalah serikat misi. Sebagai serikat misi, SVD menjadikan Roh Kudus sebagai panutan dan kekuatannya. Peran Roh Kudus sangat nyata dalam karya misioner Gereja dan secara khusus dalam diri para misionaris SVD yang mengimplementasikan karya misioner Gereja.