Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kepemimpinan Sunan Gunung Djati: Tinjauan Filsafat Etika dan Nilai-Nilai Al-Qur’an M. Solahudin; Dodo Widarda
Syifa al-Qulub Vol 4, No 1 (2019): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v4i1.5245

Abstract

Di satu sisi, kepemimpinan Sunan Gunung Djati mengusung konsep Tauhidullah (syi’ar Islam), sedang di sisi lain, dalam masa kepemimpinannya, kelangsungan budaya lokal dan budaya dari agama lama pada saat itu, sangatlah kental pada masyarakat. Bahkan cenderung digunakan oleh Sunan dalam syi’arnya di masa kepemimpinannya. Maka, kemurnian dan ketidak murniannya dapat ditinjau dengan menggunakan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an.   Adapun tujuan penelitian ini yaitu, untuk membangun sebuah konsep kepemimpinan Sunan  Gunung Djati, baik dalam tinjauan Filsafat Etika, dan Nilai-Nilai al-Qur’an, serta bagaimana pendekatan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an terhadap petatah-petitih Sunan Gunung DjatiPenelitian ini juga, bertolak dari sebuah pemikiran bahwa kepemimpinan Sunan Gunung Djati dalam tinjauan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an, jika diaplikasikan dalam kehidupan manusia, terlebih bila disinergikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat saat ini yang demikian kompleks dan heterogen, diasumsikan dapat menjadi satu alternatif model kepemimpinan bagi kehidupan masyarakat. Sebaliknya, bila kepemimpinan Sunan Gunung Djati tidak bersinergi dengan konsep filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an, maka perpecahan dan kehancuran kerukunan umat beragama akan terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak negatif bagi kelangsungan kehidupan masyarakat beragama itu sendiri.  Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu, metode Penelitian Filsafat yang digabung dengan metode Penelitian al-Qur’an. Kehadiran kepemimpimpinan Sunan Gunung Djati lewat rentang hidupnya yang sangat panjang (1448-1568) termasuk ketika menjadi Raja-Pandhita di Kesultanan Cirebon, dikaji melalui refleksi filosofis untuk menemukan aspek transendental dari petatah-petitihnya dan kemudian didukung juga dengan pendekatan ayat-ayat al-Qur’an yang relevan dengan kepemimpinannya. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksploratif, karena bertujuan menggali model penelitian kepemimpinan Sunan Gunung Djati dengan menelusuri filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an. Sedangkan pada penyajian datanya, penelitian ini bersifat analitis kritis dan analitis eksploratif.Jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, berdasarkan pendekatan nilai-nilai al-Qur’an, kepemimpinan Sunan Gunung Djati merepresentasikan karakteristik dari seorang raja, sekaligus juga ulama. Hal itu tidak hanya menyangkut dimensi hidup yang profan, tapi juga terkait dengan realitas hidup yang lebih tinggi berdasarkan visi eskatologis, dengan inti paling utamanya adalah pada moralitas atau ketinggian akhlak, sebagaimana misi yang dibawa oleh Rasulullah. Kedua, etika kepemimpinan Sunan Gunung Djati, merupakan bentuk nilai-nilai universal yang bisa menjadi orientasi etis bagi kehidupan manusia. Ketiga, berdasarkan pendekatan filsafat etika serta nilai-nilai al-Qur’an, petatah-petitih Sunan Gunung Djati, walaupun disampaikan dalam bahasa Cirebon, namun dari sisi kandungannya, merupakan refleksi dari kedalaman nilai-nilai al-Qur’an, dan dalam konteks Indonesia, selaras dengan nilai falsafah Pancasila.
Reclamation (Utilization of the Sea) in the Qur'an and Hadith Perspective M. Solahudin; Irwan Abdurrohman
Indonesian Journal of Islamic Studies Vol 2 No 1 (2018): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/ijis.v2i1.12

Abstract

It is necessary to explore the concept of full sea use according to the Qur'an and hadith, specifically the use of the sea in the form of reclamation. The method used in this study is the library research method. Judging from its purpose, this research is classified as an exploratory type of research, because it aims to explore the use of sea discourse from the Qur'an and hadith. Judging from the presentation of the data, this research is critical analytical and analytical. Because this study makes interpretation (mufassir) and various hadits as material in library research. The results of the study state that, first, in the process, the use of the sea in the perspective of the 'an, basically contains conservation values. with reclamation, which contains an element of "improvement on something that is broken", it can be ascertained that it has conservation value. If the opposite happens, it does not have conservation value, then reclamation carried out is contrary to the meaning of reclamation itself, and also contrary to the values ​​of the Qur'an. Second, the use of the sea perspective basically contains conservation values. Likewise, the nature of reclamation basically contains environmental conservation values ​​if the elements of the use of the beach or the sea do not contradict the values. Conversely, if the reclamation process is carried out against the values, then the reclamation does not have conservation value for the environment.
Johan Galtung's Theory of Violence and Conflict: A Study of Pela Gandong's Local Wisdom as a Media for Conflict Resolution in Ambon Muhammad Riyyan Firdaus; Neneng Gina Agniawati; M. Solahudin
Gunung Djati Conference Series Vol. 4 (2021): The 1st Conference on Ushuluddin Studies
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.947 KB)

Abstract

This study aims to discuss conflict theory in the perspective of Johan Galtung and local wisdom Pela Gandong as a media for conflict resolution in Ambon. This research method is qualitative through literature study. The results and discussion of this research include conflict theory, violence theory, and Pela Gandong local wisdom as conflict resolution in Ambon. This study concludes that Ambonese people have a local wisdom that can overcome conflicts that occur, whether they have ethnic, religious, racial, and inter-group nuances or not, namely the local wisdom of pela gandong which offers peaceful conflict resolution and creates harmony in society. or at least can reduce the occurrence of violence.