Tujuan: Komplikasi mekanik akibat dialisis peritoneal (DP) dapat terjadi karena komplikasi operasi insersi kateter Tenckhoff maupun komplikasi non-operatif, yaitu saat perawatan kateter dialisis jangka panjang. Laporan kasus ini bermaksud untuk menekankan komplikasi non-operasi pada DP dengan menyajikan laporan kasus terpuntirnya kateter eksternal.Metode: Dilaporkan seorang anak perempuan berumur 11 tahun dengan gagal ginjal yang menjalani dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan (DPMB) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan mengalami peritonitis berulang. Hasil: Kateter eksternal terpuntir tanpa masalah pada aliran masuk, aliran keluar, maupun ultrafiltrasi. Skor exit-site 4 dan terdapat gaping. Rontgen dan ultrasonografi abdomen menunjukkan kateter dan kedua cuff berada dalam posisi yang benar. Pasien sering menarik-narik dan memutar-mutar selang kateter dialysis peritoneal (DP). Selain itu, ibu pasien sering melibatkan pengasuh yang tidak terlatih untuk merawat kateter DP dan tidak memfiksasi kateter. Selama perawatan inap, pelatihan diberikan kembali kepada semua pengasuh yang terlibat dalam perawatan kateter harian. Peritonitis teratasi dengan gentamisin intraperitoneal selama 14 hari. Kami menyimpulkan bahwa kateter terpuntir dan peritonitis berulang diakibatkan oleh perpaduan trauma mekanik, perawatan kateter dan exit-site nya yang buruk, serta pelatihan perawatan kateter DP yang suboptimal. Kesimpulan: Kepatuhan perawatan kronik kateter PD oleh pengasuh yang terlatih dengan melibatkan pasien, serta memfiksasi kateter eksternal penting untuk mencegah komplikasi non-operasi pada DP.