Supriyono Purwosaputro
FPIPS IKIP PGRI SEMARANG

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Sudut Pandang Etika-Moral Filsafat Ornanisme (Filsafat Proses) Supriyono Purwosaputro
MAJALAH LONTAR Vol 23, No 3 Agustus (2009)
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/ltr.v23i3 Agustus.479

Abstract

Etika-etika moral mengajarkan pada manusia untuk bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Ajaran moral akan menjadi pedoman dalam kehidupan manusia. Bagi Whitehead dalam pandangannya mengenai etika-moralitas bertumpu pada arti pentingnya?é?á ?óÔé¼?ôproses?óÔé¼?Ø dan ?óÔé¼?ôimportance?óÔé¼?Ø. Moralitas menjadi kontrol bagi pengalaman proses hidup, memposisikan moralitas dalam dinamika kehidupan bukan pada aturan-aturan (hukum) yang mandeg dan kaku, maupun dalam nilai-nilai absolut yang lepas dari dinamika perubahan jaman serta kenyataan pengalaman hidup manusia. Whitehead merumuskan dua prinsip dasar moral, yaitu keteraturan (order) dan kasih (love). Prinsip ?óÔé¼?ôorder?óÔé¼?Ø untuk menjamin kepentingan umum/bersama, sedangkan prinsip ?óÔé¼?ôlove?óÔé¼?Ø melindungi kepentingan individu Key word : Process/organism, importance, order, pure empirism/mores relativsm
KEBEBASAN MANUSIA DALAN PANDANGAN BUDHISME Supriyono Purwosaputro
MAJALAH LONTAR Vol 2, No 2 Agustus (2007): MAJALAH ILMIAH LONTAR
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/ltr.v2i2 Agustus.480

Abstract

Budhisme sebagai falsafah hidup memiliki sifat tidak memaksa, karenanya mampu menawarkan sejumla kebebasan. Diskursus kebebasan mendapat tempat yang memadai dalam budhisme, oleh sebab itu kebebasan dalam konteks budhisme menjadi menarik untuk dijadikan satu tema sentral dalam kajian filsafat timur. Budhisme memberi penghargaan total kepada kebebasan manusia dalam segala tindakan ?óÔé¼ÔÇ£ ekspresi imannya. Melalui dan dengan kebebesannya itu, manusia akan dapat/mampu mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Kebebasan yang merupakan kodrat manusia, memiliki nilai implikatif bagi kehidupan manusia menuju proses pencerahan diri dan sekaligus pertanda keutuhan keluhuran individu pribadi manusia yang bersangkutan. Kebebasan universal-objektif nampak jelas dalam ajaran Budhisme dan akan menjadi hidup, jika ditempuh dengan delapan jalan kebenaran dalam Budhisme. Kebebasan manusia dalam pandangan Budhisme bersifat paradoks, pada tataran awal konseptualnya bersifat mutlak (absolute) tapi kemudian dalam tataran praktek harus mengingat kewajiban moral manusia, agar tidak mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia lainnya Kata-kata kunci : kesengsaraan/samsara, kebebasan, jalan kebenaran, pencerahan
RELASI SEBAGAI DASAR EPISTEMOLOGI TEORI SOSIAL KARL MARX Supriyono Purwosaputro
MAJALAH LONTAR Vol 21, No 1 April (2007): MAJALAH ILMIAH LONTAR
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/ltr.v21i1 April.481

Abstract

Filsafat Karl Marx : ?óÔé¼?ôdialetika materialisme?óÔé¼?Ø dengan pokok-pokok pemikiran mengenai pekerjaan manusia, keterasingan manusia, materialisme historis, revolusi proletariat, dan kritik terhadap kapitalisme. Pemikiran kritis Karl Marx tidak hanya relevan untuk jamannya (abad XIX) saja, melainkan juga relevan dengan keadaan fagmentaris masyarakat modern yang tidak mampu menyediakan ?óÔé¼?ôpekerjaan yang manusiawi?óÔé¼?Ø yang mampu meningkatkan martabat kemanusiaan manusia. Pemikiran Karl Marx yang mendasarkan pada analisis relasi manusia, telah melampaui beberapa tahapan : (1) Pemikiran filsafat praktis yang tidak hanya mengintepretasi dunia, tetapi juga mengubah dunia, (2) Pemikiran pencarian basis keterasingan manusia dalam pekerjaannya, (3) Pemikiran hukum sosial obyektif yang menentukan perkembangan masyarakat. Filsafat Karl Marx menunjukkan pandangan realisme yang bertumpu pada relasi dalam memahamu manusia dan masyarakat, menolak materialisme ?é?áministik, mengandung idealisme dan aktualisme (menolak adanya substansi-substansi) yang mengarah pada pada kesadaran subyek manusia yang terlibat dalam pengembangan masyarakat, mengatasi materialisme yang vulgar dan materialisme mekanistis. Kehadiran manusia lebih ditentukan peranannya dalam pengalaman material (faktor pentingnya relasi antar manusia dan alam) yang bersifat humanis. Pemikiran Karl Marx memperkaya pendangan epistemologi mengenai manusia dan masyakat dangan pendekatan struktural dan analisis kelas. Kritik pada Filsafat Karl Marx: dielatika yang terus-menerus akan menghancurkan dirina sendiri. Secara epistemologis pemikiran Karl Marx telah menjadi inspirasi dasar munculnya aliran Teori Kritis atau Mahzab Frankfurt, dengan dasar pemikiran teori kritis masyarakat. Kata-kata Kunci : relasi, alienasi, dialetika, materialisme-historis
RELEVANSI FILSAFAT ALFRED NORTH WHITEHEAD BAGI PENGEMBANGAN ILMU Supriyono Purwosaputro
MAJALAH LONTAR Vol 22, No 1 April (2008): MIL
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/ltr.v22i1 April.482

Abstract

Dalam suasana hiruk-pikuknya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, Alfred North Whitehead sebagai seorang tokoh aliran filsafat proses mengajukan alternatif dan solusi epistemologik maupun metodologik yang sifatnya unik dan memuat pandangan-pandangan baru tentang relaitas yang menjadi obyek penyelidikan berbagai ilmu pengetahuan. Landasan epistemologi (Filsafat Pengetahuan) A.N. Whitehead adalah teori tentang ?óÔé¼?ôprehension?óÔé¼?Ø yang dimaksudkan untuk mengatasi dikotomi atau pemisahan yang sepertinya tidak terjembatani amtara subyek dan obyek, tanpa meruduksikan ke salah satu. Kontribusi Whitehead di bidang ilmu pengetahuan adalah pengajuan prinsip metodis dalam penelitian yang menjadikan pengalaman sebagai sumber dan muara dalam penelitian ilmiah, dan perumusan suatu pemikiran yang bersifat umum, menyeluruh, mendasar, terbuka, serta dapat menjelaskan seluruh dimensi pangalaman manusia. Pengembangan ilmu berdasarkan pemikiran filsafat Alfred North Whitehead untuk memahami relitas realitas sebaai suatu substansi yang telah jadi dan berhenti berproses, hal ini disebabkan bahwa realitas itu hakikatnya merupakan peristiwa atau fenomena yang bersifat organis. Dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan, Whitehead telah mengingatkan agar menghindar dari kesalahan yang berupa ?óÔé¼?£pernyataan berlebihan?óÔé¼Ôäó, karena itu ilmuan harus selalu memiliki keteraturan observasional dan keteraturan konseptual. Kata-kata kunci : prehensi, organis/proses, relitas. persepsi
PENDIDIKAN NILAI MENUJU KEBEBASAN MANUSIA DALAM ALAM DEMOKRASI Supriyono Purwosaputro
DIMENSI PENDIDIKAN Vol 1, No 2/07 (2005)
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/dm.v1i2/07.483

Abstract

Value clarification only reflects and implicates in the gathering condition where all the people are able to develop the value of respectness, solidarity and interiority. Value clarification in the learning process that support the value which is found in human being?óÔé¼Ôäós life including value of freedom. The point of value is the way of thinking, the way of attitudes, and the way of behaviour, either personal or together. Value clarification will make the students become more mature in finding and giving the positive value in their freedom Progressivism philosophy is relevant to develop the value of clarification to the freedom of human being in democration. Since there is an opinion of basic progressivism a value has a quality of social, besides progresivism giving pressure to the freedom of the students, progressivism also cares to the disipline of the students so that they get advantages. Progressivism as the philisophy of education will get big problems in managing an education in a managed curriculum Keyword : value clarification, freedom, democracy, progresivism