Hendry Rusdy
Universitas Sumatera Utara

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efektivitas getah batang betadine (Jatropha multifida L.) terhadap penyembuhan luka pasca pencabutan gigi pada tikus Sprague-DawleyEffectiveness of betadine (Jatropha multifida L.) stem sap on the wound healing after tooth extraction in Sprague-Dawley rats Hendry Rusdy; Astri Suryani Pasaribu Saruksuk; Rahmi Syaflida Dalimunte; Gostry Aldica Dohude
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 33, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v33i2.32563

Abstract

Pendahuluan: Pencabutan gigi merupakan prosedur yang sering dilakukan di kedokteran gigi. Setelah pencabutan gigi akan dihasilkan suatu perlukaan. Proses penyembuhan luka dapat dipercepat pada kondisi tertentu. Salah satu bahan alami yang dapat membantu proses penyembuhan luka adalah getah tanaman betadine (Jatropha multifida L.). Penelitian bertujuan untuk menganalisis efektivitas getah tanaman betadine terhadap penyembuhan luka dan terhadap tanda-tanda infeksi pasca pencabutan gigi Metode: Desain penelitian studi eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post-test only control group design menggunakan 30 ekor tikus Sprague-Dawley. Teknik pengambilan sampel yaitu convenience sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan diberikan getah tanaman betadine dan kelompok kontrol diberikan asam traneksamat secara oral menggunakan sonde lambung. Tunggu selama 4 jam setelah pemberian getah tanaman betadine dan asam traneksamat. Anestesi pada tikus menggunakan ketamin 50 mg/kg berat badan secara intramuskular kemudian dilakukan pencabutan pada gigi tikus. Pengamatan dilakukan dengan melihat kriteria klinis pada hari 1,3,7 dan diperhatikan sampai luka sembuh serta lihat tanda-tanda infeksi. Analisis data dilakukan dengan uji normalitasShapiro Wilik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Analisis data dilanjutkan menggunakan uji statistik mann whitney. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi setelah diberikan getah betadine dan asam traneksamat dengan nilai p=0,037 (p<0,005). Simpulan: Pemberian getah tanaman betadine terbukti lebih efektif terhadap proses penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi dibandingkan dengan pemberian asam traneksamat. Kata kunci: tikus Sprague-Dawley; penyembuhan luka; pencabutan gigi; getah batang betadine ABSTRACTIntroduction: Tooth extraction is a procedure often performed in dentistry. Tooth extraction will always cause injuries. However, the wound healing process can be accelerated under certain conditions. One of the natural ingredients that can accelerate the wound healing process is betadine (Jatropha multifida L.) plant sap. The study was aimed to analyzed the effect of betadine plant sap on wound healing and signs of infection after tooth extraction. Methods: Experimental laboratory study design with post-test only control group design was conducted towards 30 Sprague-Dawley rats. The sampling technique was convenience sampling. The sample was divided into two groups, the treatment group and the control group. The treatment group was administered with betadine plant sap, and the control group was administered with tranexamic acid orally using a gastric probe, then waited 4 hours after. The anaesthesia was then performed using 50 mg/kg body weight of ketamine intramuscularly. The extraction was performed after. Observations was conducted at the clinical criteria on days 1, 3, and 7 and continue to be monitored until the wound heals. Then, the signs of infection were observed. Data analysis was carried out using the Shapiro Wilk normality test. The results showed that the data was not normally distributed. Thus, data analysis was continued using the Mann Whitney statistical test. Results: The results showed a significant difference in the healing of socket wounds after tooth extraction after being administered with betadine sap and tranexamic acid with a value of p=0.037 (p<0.005). Conclusions: Administration of betadine plant sap is proven to be more effective in accelerating the healing process of socket wounds after tooth extraction than tranexamic acid. Keywords: Sprague-Dawley rats; wound healing; pencabutan gigi; getah batang betadine 
Perbandingan efektivitas lidokain spray 10% terhadap 15% untuk mengurangi nyeri saat pembukaan jahitan bedah minorComparison of efficacy lidocaine spray 10% and 15% for reducing pain of minor surgery suture removal Hendry Rusdy; Rezky Rahmayanti
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 34, No 3 (2022): Desember 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v34i3.37282

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Prosedur bedah mayor maupun minor membutuhkan penjahitan pasca bedah. Saat pembukaan jahitan, pasien dapat merasakan respon nyeri karena rangsangan mekanis oleh gesekan benang. Seharusnya pasien dapat merasa nyaman saat pembukaan jahitan, Rasa nyaman pada pasien dapat diperoleh dengan menggunakan anastesi topikal sebelum pembukaan jahitan dilakukan. Tujuan: Menganalisis efektivitas lidokain spray 10% dan lidokain spray 15% dalam mengurangi rasa nyeri saat pembukaan jahitan bedah minor. Metode: Jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan posttest only control group design. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dan diperoleh sampel penelitian sebanyak 30 orang. Kriteria Inklusi penelitian pasien yang akan menjalani prosedur pembukaan jahitan bedah minor di RSGM-P USU, tidak ada tanda infeksi pada jahitan, jenis jahitan interrupted suture. Kriteria eksklusi pasien yang tidak bersedia ikut serta dalam penelitian. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 pasien yang diberikan lidokain spray 10% (X1), lidokain spray 15%(X2) dan kelompok yang tidak diberi anastesi topikal (kelompok kontrol). Rasa sakit setelah tindakan dilakukan pengukuran dengan instrument Visual Analogue Scale (VAS). Hasil dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan kelompok lidokain spray 10% dan lidokain spray 15% (p=0,675) tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan. Terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan pada kelompok lidokain spray 10% dan Kontrol (p=0,001). Terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan antara kelompok lidokain spray 15% dan Kontrol (p=0,003). Simpulan: Lidokain spray 10% memiliki efektivitas yang sama dengan lidokain spray 15% dalam mengurangi rasa nyeri saat pembukaan jahitan bedah minor, namun lidokain spray 15% memiliki masa kerja yang lebih panjang (15-20 menit) dibandingkan lidokain spray 10% (10-15 Menit). Kata kunci: pembukaan jahitan; nyeri; lidokain spray 10%; lidokain spray 15%ABSTRACTIntroduction: Mayor and minor surgical procedures often require postoperative suturing. During the suture removal process, patients can feel pain due to mechanical stimulation of friction of the thread. Comfort feeling during suture removal is performed by using a topical anesthetic agent before suture removal procedure. The purpose is to analyze the efficacy of 10% and 15% lidocaine spray in reducing pain during suture removal of minor oral surgery. Methods: This study was with three group post-test only control group design. Sampling Technique was purposive sampling, and the sample obtained was 30 people. The inclusion criteria were patients undergoing minor surgical suture removal procedures at RSGMP USU, no signs of infection in the sutures, and the suture type was interrupted. The exclusion criteria were patients who were not wanted to participate in the study. The sample was divided into three groups. Each group consisted of 10 patients receiving 10% (X1) and 15% (X2) lidocaine spray, and the group was not given topical anesthetic agents. Postoperative pain was assessed using a visual analog scale. The result was statistically analyzed using Mann Whitney test. Results: The result showed that the lidocaine spray 10% and lidocaine spray 15% were not statistically different (p=0,675). There was a significant difference between lidocaine spray 10% and control group (p=0,001), and there was a significant difference between lidocaine spray 15% and control group (p=0,003). Conclusion: Lidocaine spray 10% has the same efficacy as lidocaine spray 15% in reducing pain during suture removal of minor oral surgery. However, lidocaine spray 15% (15-20 minutes) has a longer duration of action than lidocaine spray 10% (10-15 minutes).Keywords: suture removal; pain; lidocaine spray 10%; Lidocaine spray 15%
Daya Antibakteri Streptococcus Mutans Menggunakan Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (l.) urban) Rahmi Syaflida; Ahyar Riza; Hendry Rusdy; Sukri Paramita Hasibuan
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 12 (2023): Volume 3 Nomor 12 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i12.12457

Abstract

ABSTRACT Oral health is very important in human life, to protect it preventive measures and medication must be taken to avoid the risk of infection. Streptococcus mutans is a caries-causing bacteria which can lead to odontogenic infections. Pegagan Centella asiatica (L.) Urban plant is a plant that has various properties, including as an antibacterial, because pegagan contains various active compounds such as triterpenoid, saponin, alkaloid and tannin. This study aims to prove the effectiveness of Centella asiatica (L.) Urban as antimicrobial to Streptococcus mutans. This study was a laboratory experimental study with a research design that is post test only control group design. Kirby bauer diffusion methode was used in this study with the bacteria samples used were Streptococcus mutans bacteria and used pegagan extract (Centella asiatica (L.) Urban) with several concentrations, namely 5%, 10%, 20%, 40% and negative control, namely DMSO. In this study, bacterial samples were cultured on nutrient media so that they were incubated for 24 hours and the inhibition zone formed was calculated using a caliper. The results of the research data were analyzed using the oneway Anova test and the Post Hoc LSD test. The results showed a significant difference in the diameter of the inhibition zone between 5%, 10%, 20%, 40% and negative control (p = 0.000 <0.05). In this study it can be concluded that pegagan extract (Centella asiatica (L.) Urban) is effective in inhibiting the growth of Streptococcus mutans at concentrations of 5%, 10%, 20% and 40% with the most effective concentration is 40%. Keywords: Centella Asiatica  (L.) Urban, Odontogenic Infections, Streptococcus Mutans  ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam kehidupan manusia, jadi untuk menjaganya harus dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan untuk menghindari resiko terjadinya infeksi. Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab karies yang dapat berlanjut menjadi menjadi infeksi odontogenik. Tumbuhan pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan yang memiliki bermacam khasiat diantaranya yaitu sebagai antibakteri. Dikarenakan pegagan mengandung berbagai senyawa aktif seperti triterpenoid, saponin, alkaloid dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan daya hambat ektrak Centella asiatica (L.) Urban terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian yaitu post test only control group design. Teknik difusi Kirby Bauer digunakan dalam penelitian ini dengan sampel bakteri Streptococcus mutans dan menggunakan ekstrak Centella asiatica (L.) Urban dengan beberapa konsentrasi yaitu 5%, 10%, 20%, 40% dan kontrol negatif yaitu DMSO. Pada penelitian ini sampel bakteri dibiakkan pada media nutrient agar kemudian diinkubasikan selama 24 jam dan dihitung zona hambat yang terbentuk menggunakan jangka sorong. Hasil data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji oneway Anova dan uji posthoc LSD. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan diameter zona hambat secara signifikan antara 5%, 10%, 20%, 40% dan kontrol negatif (p =0,000<0,05). Penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40% dengan konsentarsi paling efektif adalah 40%. Kata Kunci: Centella Asiatica  (L.) Urban; Infeksi Odontogenik; Streptococcus Mutans