Yayat Supriatna
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

JENIS RUANG PUBLIK DI KAMPUNG KOTA DAN SENSE OF COMMUNITY WARGANYA (KASUS: KAMPUNG KALI APURAN, JAKARTA BARAT) Rika Ulfa Noviantri; Hanny Wahidin Wiranegara; Yayat Supriatna
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.657 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.191-198

Abstract

Kampung kota adalah permukiman tradisional yang tidak terencana dengan kompleksitas permasalahannya seperti kota. Kampung kota Kali Apuran di Jakarta Barat yang padat dan tidak teratur, serta secara sosial dihuni penduduk yang heterogen maka sense of community merupakan hal penting. Ruang publik adalah elemen yang dapat memfasilitasi tumbuhnya sense of community. Terdapat macam-macam ruang publik di kampung kota yang dimanfaatkan penghuni sebagai tempat aktivitas dan interaksi antarwarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sense of community warga kampung kota Kali Apuran pada berbagai jenis ruang publik yang ada di dalamnya. Metode penelitian menggunakan survey angket, yang diambil secara acak. Hasil analisis menunjukkan bahwa berbagai jenis ruang publik di Kampung Kali Apuran memiliki tingkat sense of community yang sama, yakni pada tingkat sedang. Artinya bahwa semua jenis ruang publik memfasilitasi sense of community. Adapun persentasenya berturut-turut menurut responden adalah sebagai berikut: tepi sungai (74,1%), jalan kecil/gang depan rumah (53,7%), halaman sekolah (50%) dan halaman masjid (40%). Hasil tersebut menunjukkan pentingnya kehadiran ruang publik di kampung kota. Agar terjadi peningkatan sense of community diperlukan rekayasa sosial berupa peraturan bersama tentang pemanfaatan berbagai ruang publik yang ada di kampung kota. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan lokal yang kuat agar pemanfaatan ruang publik tidak mengarah pada arah yang sebaliknya.